Loncengpun bunyi, menandakan waktu istirahat di mulai. Saat itu sekolahku masih menggunakan lonceng, bukan bel. Sebagian siswa keluar kelas untuk memanfaatkan waktu istirahat. Satu persatu dari mereka mulai keluar. Sebagian lagi berdiam diri di kelas, ada yang makan membawa bekal sendiri, ada yang ngegosip, dan lain sebagainya.
"Ke kantin yuk Al, laper nih." Ajak Nuri yang bersiap-siap beranjak dari kursinya.
"Kamu duluan aja, aku mau ngumpulin tugas dari Bu Laras dulu kemarin." Jawabku sambil memegang dan menggulung-gulungkan buku yang aku tulis-tulis tadi.
"Oh, tapi kamu nanti nyusul ya." Pinta Nuri yang beranjak dari kursinya.
"Iya pasti." Jawabku meyakinkan Nuri.
Aku keluar kelas menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas di meja Bu Laras. Setelah ku taruh buku tugasku di mejanya Bu Laras, aku pergi menyusul Nuri ke kantin. Dia duduk sendiri sedang menyantap makanannya.
"Udah?" Tanya Nuri sambil menyantap nasi uduk di meja kantin ketika aku sampai di sana.
"Udah."
Aku duduk berhadapan dengan Nuri.
"Bi, aku es jeruk satu yaaa.." Teriakku kepada penjual di kantin seraya mengangkat tangan.
"Iya neng." Suara dari seberang sana, rupanya itu penjualnya.
"Eh Al, menurut kamu anak baru itu gimana?" Tanya Nuri yang masih dalam keadaan mengunyah.
"Gimana apanya?" Bingung aku.
"Ganteng nggak?" Tanya Nuri sambil mengangkat dan menurunkan alisnya berkali-kali.
"Gak tahu ah.. Ngapain sih bahas soal anak baru itu.."
Aku sedikit kesal Nuri terus membahas soal siswa baru itu.
"Ish kamu.." Desis Nuri. Dia kembali menyantap nasi uduknya.
"Ini neng es jeruknya." penjual itu menyodorkan es ke meja. Lalu kembali ke asalnya.
"Ok makasih".
Aku langsung menyeruput es nya, pake sedotan ya. Tenggorokkan yang kering ini akhirnya basah kembali.
"Kita boleh duduk di sini gabung sama kalian?" Suara itu terdengar dari belakang tubuhku.
"Boleh banget, silahkan!" Jawab Nuri sedikit heboh.
Ternyata itu suara Sendi yang membawa mangkuk berisi mie rebus untuk santapannya, dan Ervan yang membawa sebungkus roti beserta air mineral.
Nuri terlihat senang kegirangan, senyum-senyum gak jelas karna Sendi duduk di sebelahnya, dan Ervan duduk di sebelahku.
"Kenalin, aku Nuri."
Nuri yang super duper kecentilan itu menyodorkan tangan menyalami Sendi dan Ervan. Merekapun langsung menerima uluran tangan Nuri tanpa membuka suara, hanya senyuman ramah yang mereka berikan.
"Al, kamu gak kenalan sama mereka?" Perintah Nuri.
Aku menghela berat.
"Tadi waktu di kelas, Pak Kepsek kan udah nyebutin nama aku."
"Alesha ya?" Tanya Sendi.
"Iya." Jawabku datar.
Sendi memberikan senyuman lagi kepadaku.
"Oh iya, kalian kenapa milih sekolah di sini?"
Aku mencoba menanyakan kepada mereka untuk menghindari senyuman Sendi yang membuat aku salah tingkah.
Sendi langsung menjawab pertanyaanku.
"Karna di sini aku akan menemukan hal yang tidak pernah aku alamin dalam hidupku sebelumnya."
Aku menatap Sendi sebentar, lalu aku menundukkan kepala. Tidak tahu apa maksud dari omongannya.
"Ngomong apaan sih lo." Kata Ervan yang merasa geli mendengar omongan Sendi.
Aku segera meminum es jerukku karna sebentar lagi lonceng pasti akan bunyi. Sementara Nuri, Sendi dan Ervan sibuk menyantap makanannya.
*****
Seperti biasa, aku harus nyamper Lisa pagi-pagi supaya bisa berangkat bareng.
Sampai di sekolah, terdengar suara teriakkan seperti ema-ema yang lagi ngomel. Teriakkan itu berasal dari kelasku, ketika masuk kelas, ternyata itu suara Nuri sedang menagih uang khas mingguan.
Jabatan Nuri di kelas sebagai bendahara.
"Heyyy... ayo dong kalian itu harus bayar khas, masa seminggu sekali aja gak mampu tapi jajan ke kantin tiap hari mampu."
Suara Nuri kalo udah teriak-teriak membuat semua orang yang mendengarnya bisa mendadak sakit telinga.
"Ya ampun Nuri, berisik tahu. Sampe kedengeran ke jalan raya sana." Omelku ke Nuri yang baru saja datang.
"Habisnya gak mau pada bayar." Decak Nuri dengan nada kesal.
"Heh kamu Lisa, bayar." Tagih Nuri sambil menyodorkan tangan ke Lisa.
Lisa langsung merogoh saku bajunya.
"Nih.. Aku bayar buat 2 minggu ke depan." Lisa menyodorkan uangnya pada Nuri.
"Bagusss.." Jawab Nuri merasa puas.
"Kamu gak mau bayar, Alesha?" Nuri kembali menyodorkan tangannya padaku.
"Nanti aja.." Jawabku tenang.
"Huh kebiasaan" Nuri mendesis.
Sendi pun datang. Nuri langsung nyamperin Sendi yang baru saja duduk di kursinya.
"Sendi, kamu mau bayar uang khas gak, kamu udah masuk daftar minggu ini."
Cara ngomong Nuri yang kecentilan itu.
"Berapa?" Tanya sendi sambil merogoh saku celana nya.
"Cuma 2000 kok perminggunya, hehe"
"Nih"
Sendi memberikan uang seniali Rp.10.000
"Untuk 5 minggu" Lanjut Sendi.
"Beneran...???" Nuri so kaget.
"Iya.." Jawabnya datar.
"Aduhhh kamu baik banget dehh."
Puji Nuri dengan nada yang terus kecentilan itu.
Tiba-tiba Ketua Osis masuk ke kalas kami. Namanya Aldi. Kami semua langsung bersiap-siap duduk di tempat masing-masing.
"Assalamu'alaikum wr. wb" Kak Aldi memberi salam.
"Walaikum salam wr. wb" Jawab kami semua serentak.
"Maaf mengganggu waktunya. Besok kita akan mengadakan sidang OSIS. Pelaksanaanya setelah KBM, banyak yang harus kita bahas dan kemungkinan bisa sampe malam. Maka dari itu saya berikan surat izin ini untuk ditanda tangani oleh orangtua kalian. Kita akan menginap semalam di sekolah. Kalian pulang dulu ke rumah kalian masing-masing. Nanti saya beri waktu 30 menit, kalian harus segera kembali ke sekolah. Mengerti!"
"Siap Mengerti." Jawab kami dengan kompak.
"Untuk anak baru, kalian ikut gabung organisasi. Kamu namanya siapa?" Kak Aldi menunjuk pada Ervan.
"Ervan kak." Jawab Ervan sopan.
"Kamu masuk ke Seksi Keagamaan bersama Nuri. Yang satunya lagi masuk ke Seksi Pendidikan. Ada pertanyaan?"
Kak Aldi menegaskan.
Sendi mengangkat tangannya.
"Anggota Seksi Pendidikan siapa kak?"
"Alesha." Jawab Kak Aldi.
"Oh iya, terima kasih kak."
"Kalo begitu, terima kasih atas waktunya. Wasalamu'alaikum wr. wb.." Pamit kak Aldi.
"Walaikum salam wr. wb...."
Ya gini-gini juga aku masuk Osis di bagian seksi pendidikan. Karena aku sudah bilang, aku lumayan pintar, hehe.
"Kenapa sih dia harus masuk seksi pendidikan?" Tanyaku kepada diriku sendiri sambil menyenderkan punggung ke kursi tempat dudukku.
"Mending kita tukeran aja Al, kamu sama Ervan, aku sama Sendi. Gimana?" Sahut Nuri mendengar pertanyaanku.
"Emangnya, kamu berani komplain sama keputusan ketua Osis masalah kayak gitu??" Tanyaku meragukan Nuri.
"Enggak sih... Hehe" Nuri cengengesan.
Keliatan banget kalo Nuri beneran suka sama Sendi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Sri Mawardi
masih nyimah tetus aku suka dari awal mulai bagus
2020-10-20
3
seizy Kurniawan
cieeee mulai deket nih
salam MEIML
2020-07-10
2
Aisy Hilyah
semangat Thor
2020-07-08
1