Nyatanya meskipun Guan dikeroyok oleh dua orang secara bersamaan, keduanya masih belum bisa mendaratkan serangan pada pemuda itu.
Semua pukulan dan serangan yang mereka lancarkan dengan mudah dihindari oleh Guan bahkan pemuda itu terlihat tidak kesulitan melancarkan serangan balik pada mereka.
Yang lebih hebat lagi dia bisa memperkirakan momentum serta titik serang yang ideal dalam pertarungan itu menghadapi dua orang yang jika dilihat secara kasat jauh lebih kuat dibandingkan dengannya serta jauh lebih dewasa dibandingkan dengannya.
"Apa yang kalian lakukan, mengurus satu orang saja tidak becus…"
"Kau mudah hanya bicara, jika menghadapi orang ini aku yakin kau akan kesulitan…"
"Dia hanya orang biasa kenapa kalian begitu heboh.." salah seorang diantara mereka yang memegangi wanita sebelumnya melemparkan wanita itu ke tanah dan ikut bergabung menyerang Guan.
"Tambahan satu orang, itu bukan masalah!" Guan masih dengan santainya menghindari setiap serangan yang ketiganya lancarkan, mereka masih belum serius karena tidak ada yang menggunakan pedang besar yang mereka bawa hingga setelah beberapa menit menyerang dan tidak membuahkan hasil, salah satu dari mereka mencabut pedang dari sarungnya.
"Anak ingusan, harus aku akui kau memang hebat tapi apakah kau bisa menghindari yang ini?" Ujar orang yang mengeluarkan pedang, melihat rekan mereka mengeluarkan pedang kedua orang yang menyerang Guan mulai mengambil jarak, pedang yang besar akan memiliki beban yang besar pada tubuh penggunanya, jika tidak bisa mengendalikannya maka pedang itu bisa menyerang orang lain yang berdekatan.
Guan sadar bahwa situasi mulai tidak menguntungkannya, dia bertarung tangan kosong dan hanya ada sebuah ranting, jika dia memiliki sedikit saja tenaga dalam maka dia bisa mengubah ranting yang dia bawa menjadi sekeras besi tapi saat ini dia hanyalah manusia biasa yang bahkan tidak memiliki cukup tenaga dalam dan kekuatan.
"Kau mulai takut? Jangan cemas aku akan menghabisimu dengan satu serangan… itu akan mengurangi rasa sakitmu!" Ujar orang itu berlari ke arah Guan sambil menyeret pedang besar yang dia bawa.
"Dilihat dari postur tubuh dan bagaimana dia memegang senjata sepertinya dia tidak menguasai pedang besar itu, aku masih memiliki kesempatan!" Batinnya.
Ketika pedang besar itu diayunkan ke arahnya Guan melompat dengan lompatan yang sangat indah melewati tebasan pedang dengan sempurna, wanita yang melihat pertarungan Guan dan tiga orang itu hanya diam mematung tidak percaya.
"Dia bukan seorang pendekar, lalu bagaimana dia bisa bergerak semacam itu dan menghadapi mereka bertiga?"
Meskipun dia adalah seorang pendekar tapi dia masih belum yakin jika diminta untuk mengikuti gerakan yang dilakukan oleh Guan, gerakan pemuda itu terlalu sempurna baginya. Seperti gerakan seseorang yang telah melalui ribuan pertarungan hidup dan mati.
Setelah Guan mendarat di tanah dia memanfaatkan momentum untuk melancarkan serangan balik, dia menendang dengan keras kepala pria yang menyerangnya membuat orang itu menjatuhkan pedangnya dan mundur beberapa langkah.
Belum sempat dia mencerna situasi yang terjadi sebuah pedang menancap di perutnya hingga tembus ke bagian punggung.
"Ah maaf, sebenarnya aku ingin menghabisimu dengan sekali serang tapi yah, kau tau, pedang kalian ini terlalu besar dan sulit untuk digunakan!" Ujar Guan sambil mengangkat bahunya.
Baik gadis dan dua rekan orang itu tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, di dunia persilatan kematian adalah hal biasa tapi membunuh tanpa mengedipkan mata, itu adalah sesuatu yang lain karena pembunuh profesional sekalipun tidak mampu melakukannya.
"Keparat kau, kau membunuh teman kami maka kau harus menemaninya pergi ke neraka!" Pria lainnya mulai mengayunkan pedangnya ke arah Guan, ayunan pedang besar itu nyatanya lebih cepat dibandingkan dengan sebelumnya memaksa Guan untuk mengambil langkah mundur sambil menghindari setiap serangan yang dilancarkan hingga telinganya menangkap sebuah suara desiran yang aneh.
"Suara ini, suara sanca kepala banteng! Gawat!"
Guan memutuskan untuk menyelesaikan semuanya dengan cepat atau jika tidak dia harus berurusan dengan dua orang itu serta sanca kepala banteng, menghadapi dua kekuatan yang berbeda akan menyulitkannya ditambah sanca kepala banteng jauh lebih kuat dibandingkan dengan keduanya.
Guan bergerak dengan cepat, menghadapi dua orang di hadapannya, dia mengambil jarak hingga tanpa di sadari oleh keduanya Guan sudah ada di hadapan mereka.
"Maaf saja, aku tidak ingin dibuat kerepotan menghadapi kalian dan binatang spiritual itu jadi kota selesaikan ini dengan cepat!" Ujar Guan, tangannya dengan cepat bergerak ke gagang pedang yang masih dipegang oleh pria itu dan ketika tangan Guan berhasil mencapainya dia menarik pedang itu dan mengayunkan pedang itu dengan cepat.
Seketika tubuh pria itu terpotong menjadi dua bagian, dia tidak tahu apa yang terjadi karena semua itu berlangsung begitu cepat, dia hanya melihat Guan yang bergerak menuju ke arah rekannya dengan pedang yang siap untuk di ayunkan.
"Apa apaan?" Melihat Guan yang berubah menjadi buas membuat pria terakhir tidak bisa berkata kata, dia ketakutan ketika melihat tubuh rekannya terpotong menjadi dua bagian, rasa takut itu semakin kuat ketika melihat Guan berlari ke arahnya dengan pedang yang ada di tangannya.
"Sesali perbuatannya di neraka!" Guan mengayunkan pedangnya tapi pria itu berhasil menangkisnya, dia hanya terlempar mundur beberapa langkah karena beban dari pedang yang diayunkan oleh Guan.
Dia tidak memikirkan apapun, dia melemparkan pedangnya dan berlari pergi meninggalkan Guan karena pemuda itu nyatanya lebih menakutkan dari apa yang dia pikirkan.
"Kau harus menghentikannya, jika tidak dia akan membawa lebih banyak orang untuk menuntut balas padamu!" Ujar wanita yang menyaksikan pertarungan Guan sebelumnya, dia sebenarnya tidak percaya di usia yang begitu muda Guan memiliki kemampuan beladiri yang begitu tinggi bahkan tanpa tenaga dalam.
Memang benar jika dilihat dari kekuatan Guan tidak lebih dari seorang sampah keluarga bangsawan tapi dari teknik, pemahaman dan kemampuan dia lebih hebat dibandingkan dengan para jenius yang pernah ditemui.
Kenapa di anggap sebagai sampah sebab keluarga bangsawan atau keluarga besar membesarkan keturunan mereka dengan seni beladiri dan sumber daya, jika mereka tidak bisa berkembang dan gagal maka mereka adalah sampah bahkan masyarakat awam sekalipun jika diberikan suplai sumber daya yang cukup bisa menjadi pendekar.
"Itupun kalau dia bisa pergi dari sini" Ujar Guan dan sesaat setelah dia mengatakan hal itu suara teriakan keras terdengar dari arah pria itu berlari.
Suara teriakan itu seperti suara teriakan kesakitan, bahkan ada suara keributan dari arah datangnya suara itu.
"Apa yang terjadi?" Gumam wanita itu memandang arah larinya pria sebelumnya.
"Dia datang, sanca kepala banteng!" Ujar Guan dan sesaat setelahnya suara desiran ular terdengar semakin jelas mendekat ke arah mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Kaaaaabbbbuuuurrr....
2023-02-05
0
Pendekar New
walaupun punya pengalaman dr kehidupan sebelumnya setidaknya badan'nya tidak mampu untuk bergerak lincah menghindari pedang..apalagi d kehidupan sekarang mc manusia biasa gk bisa kultivasi gk pernah latihan tubuh kok tiba2 bisa kuat,bisa lincah..
PERLU PENJELASAN biar masuk akal,.jngan bilang ini novel bukan dunia sebenarnya, maklum serba gk masuk akal...
2023-01-31
1