Eps 2. Kematian dan Kehidupan

"Dingin…. Apakah ini rasanya kematian? Atau ini rasanya dikubur hidup hidup? Aku sudah tidak bisa merasakan tubuh bagian bawahku"

Guan terombang Ambing di dalam kegelapan tanpa batas, dia benar benar berada dalam situasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, ketenangan yang belum pernah dia rasakan. Terakhir kali dia merasakan ketenangan semacam ini sebelum tujuh Pusaka dunia di dengar oleh dunia persilatan, sekitar 40 tahun yang lalu.

"Apakah orang mati juga bisa merasakan sakit, tunggu, ada yang aneh…!" 

Ketika Guan menyadarinya dia berteriak dengan lantang di dalam tanah, teriakan Guan bisa didengar oleh Jixia dan teman temannya, mereka tidak tahu apa yang terjadi tapi mereka sangat yakin bahwa Guan sudah mati lalu darimana suara itu? Pertanyaan itu muncul di benak mereka.

"Ha…hantu…"

"Hei bodoh jangan pergi, kau seorang pendekar tapi takut dengan hantu!"

"Jixia, sepertinya Wuxin benar, kita tidak boleh berada di tempat ini. Mungkin tempat ini telah dikutuk?"

"Apa yang kau bicarakan, tidak ada hantu atau…" Ketika Jixia berusaha menjelaskan pada Quhei teriakan lainnya terdengar, kali ini jauh lebih keras dibandingkan dengan sebelumnya sebelum teriakan itu menghilang secara perlahan lahan.

"Hantu…" Quhei berlari meninggalkan Jixia di tempat itu.

Pada dasarnya mereka bertiga adalah anak anak nakal yang hanya berani dengan orang orang lemah, hantu? Itu adalah masalah lain karena mereka tidak terlihat dan tidak bisa di serang. Terlebih banyak rumor mengatakan bahwa hantu memiliki rupa yang menyeramkan jadi mereka takut akan hal itu.

"Sial, kalian berdua benar benar pengecut. Tunggu aku!" Jixia mengejar keduanya, entah kenapa dia merasa suasana tiba tiba berubah menjadi dingin dan tempat itu menjadi lebih menyeramkan dibandingkan dengan sebelumnya, bau busuk mayat yang berserakan di mana mana ditambah suara teriakan yang entah darimana datangnya. Hal itu sudah cukup untuk membuat seorang pendekar yang mengaku sebagai seorang pemberani berlari kocar kacir karena takut.

Sementara itu jauh di dalam tanah tubuh Guan mulai mengering dengan cepat, kalung yang melingkar di lehernya menyerap semua darah yang dia miliki dan bukan hanya itu, bahkan organ dalamnya dihancurkan satu demi satu membuatnya tidak tahan dengan rasa sakit yang dia rasakan.

Berikutnya setelah dia tidak memiliki darah cahaya putih mulai menembus tubuh Guan, cahaya itu menguraikan tubuh Guan menjadi partikel partikel cahaya dan membuatnya benar benar menutup matanya untuk selamanya, dia tidak tau apa yang sebenarnya terjadi tapi di luar tanah tempat tubuh Guan ditimbun memancarkan cahaya keperakan yang menembus langit seakan akan cahaya itu ikut dikubur bersama dengan Guan.

….

Guan bisa merasakan kepalanya diusap dengan lembut oleh seseorang, dia juga bisa mendengar senandung merdu yang tidak asing di telinganya. 

Ketika dia membuka matanya dia melihat wajah seorang wanita yang tersenyum menatap wajahnya. Ketika Guan melihat wanita itu dia perlahan mulai meneteskan air matanya.

Bukan air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan, dia sangat rindu dengan sosok yang mengusap kepalanya terlebih suasana tempat itu mengingatkannya pada masa lalu.

"Apakah ini mimpi, sangat aneh karena aku sudah mati tapi masih bermimpi tapi mimpi ini, aku tidak ingin mimpi ini berakhir" Gumamnya dalam hati sambil memandang wajah wanita di depannya dengan senyuman yang merekah di wajahnya.

"Aiya, kau sudah bangun… bibi baru saja akan membangunkan mu, kau kenapa? Apakah ada yang salah dengan wajah bibimu ini?"

Wanita itu terlihat kebingungan, dia tidak tau kenapa Guan menatapnya sangat dalam dan tidak mau melepaskan pandangannya darinya, dia berniat bertanya lebih jauh tapi Guan segera mengajukan pertanyaan yang membuatnya sangat terkejut.

"Bibi, meskipun bibi sudah mati 20 tahun yang lalu wajah bibi masih tetap terlihat muda" Ucap Guan sebelum dia mendapatkan pukulan keras di kepalanya.

"Au…"

"Apakah kau menyumpahi bibimu ini mati ha? Dan lagi dua puluh tahun, bahkan usiaku belum genap 30 tahun sekarang!" Ketika wanita itu mengatakan hal itu di sisi lain Guan seolah menyadari sesuatu.

"Sakit? tunggu bukankah aku sudah mati? Kenapa masih merasakan rasa sakit, terlebih ini hanya mimpi tapi kenapa terlihat begitu nyata?" Guan Membatin sambil mengedarkan pandangannya hingga pandangannya jatuh pada cermin yang menggantung di ruangan itu, dia dengan cepat berdiri dari kasurnya dan berlari menuju ke arah cermin. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat dirinya di depan cermin.

Wajah oval dengan pupil mata coklat yang menawan, rambut panjang sepunggung dan tubuh yang lengkap tanpa kurang suatu apapun. Dia mencoba mencubit dirinya sendiri dan menemukan rasa sakit yang memang seharusnya.

"Ini, ini bukan mimpi? Apakah aku benar benar mendapatkan kesempatan kedua? Tidak mungkin semudah itu kan?" Batin Guan sebelum dia merasakan tepukan keras di punggungnya dan entah kenapa atmosfer terasa begitu dingin secara tiba tiba.

"Ling Guan! Kau mengabaikan bibimu setelah mengatakan hal itu" Ujar wanita itu, raut wajahnya sudah tidak enak dipandang dan Guan tau apa yang terjadi.

"Ah…hahaha, maaf bibi aku hanya bercanda, ngomong ngomong…bibi datang kesini bukan karena ingin mengatakan sesuatu, misalnya mengenai wasiat ayah dan ibuku?"

Ketika Guan mengatakan hal itu wanita itu terdiam cukup lama, dia tidak menanggapi apapun sebelum menggelengkan kepalanya pelan.

"Guan, kau masih belum memiliki kapasitas untuk mendengar semua ini, maafkan bibi tapi suatu saat ketika kau siap bibi akan menceritakan semuanya padamu" Ujar wanita itu.

Sebenarnya Guan tahu persis apa wasiat terakhir yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya, orang tua Guan adalah dua orang pendekar tingkat tinggi yang dikepung oleh tiga kelompok terbesar yang ingin menghancurkan keluarga Ling, mereka adalah keluarga Liu, keluarga Gu dan keluarga Gong.

Kedua orang tua Guan meninggalkan sebuah pesan, lebih tepatnya sebuah harta peninggalan pada Guan dan harta itu adalah pedang yang masuk dalam salah satu pusaka penguasa dunia, senjata dengan kekuatan terbesar tapi karena tidak ada orang yang bisa membuka sarung pedang itu, sampai saat ini tidak ada orang yang menyadari seberapa berharganya senjata pusaka itu.

Untungnya sampai saat ini keluarga Ling masih memiliki cukup kekuatan untuk menyimpan senjata itu sebagai sebuah pusaka, jika tidak maka kemungkinan besar pusaka penguasa dunia yang memiliki kekuatan begitu luar biasa akan menghilangkan banyak nyawa orang tidak bersalah.

Melihat bibinya murung Guan kembali menenangkannya dengan bertanya tujuannya datang ke tempatnya, dia tidak memutuskan tidak memikirkan apa yang telah terjadi padanya, karena ini adalah kehidupannya yang kedua dan dia memiliki kesempatan untuk mengubah banyak hal dia bersumpah pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan membiarkan keluarga Ling dihancurkan seperti masa lalu, Selain itu dia juga ingin menghentikan era dimana tujuh Pusaka dunia muncul karena jika sampai hal itu terjadi dunia akan diselimuti oleh kekacauan.

"Kepala keluarga memintamu untuk datang ke ruang pertemuan, ada sesuatu yang ingin dibicarakan" Ujar wanita itu sebelum dia meninggalkan Guan karena banyak urusan yang harus dia selesaikan.

"Jika tebakanku benar maka mereka akan datang hari ini" Gumam Guan sambil meremas tangannya dengan erat.

Terpopuler

Comments

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

Ayo....

2023-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!