Jam sudah menunjukkan angka dua dini hari. Farel perlahan membuka matanya. Keadaannya sudah jauh lebih baik dibandingkan siang tadi. Dirinya tidur di ruang tamu bersama sahabat-sahabatnya dan dua santri lain.
Farel menghela napasnya melihat tubuhnya tertimpa kaki-kaki para sahabatnya. Dengan kasar Farel menyingkirkan kaki mereka dan bangkit. Sekarang tujuannya adalah kamar Kakek dan Nenek. Farel akan memberi kejutan pada mereka sekarang.
Tanpa permisi, Farel langsung masuk ke kamar mereka. Kamarnya memang tidak di kunci saat Farel menginap, karena sudah jadi kebiasaan Farel saat menginap terbangun dan pindah tidur bersama mereka.
"Kek, Nek," panggil Farel pelan dan duduk di atas ranjang. Abdullah dan Jamilah yang mendengar panggilan lembut dari cucunya itu serentak terbangun. Mereka memang sudah sedari tadi menunggu Farel tidur bersama mereka.
Abdullah mengerutkan keningnya. Tidak biasanya cucunya itu membangunkan mereka melainkan langsung tertidur di tengah. "Kenapa Gus? Ada yang sakit?"
"Engga,"
"Lalu? Gak biasanya kamu bangunin. Ada apa? Cerita sama Nenek," tutur Jamilah dengan lembut dan mengusap rambut Farel dengan sayang.
"Farel ingin jadi hafizh Qur'an," jawab Farel membuat Abdullah dan Jamilah tersenyum haru.
"Subhanallah. Mulia sekali keinginanmu. Kakek dan Nenek pasti dukung, Gus,"
"Kakek bisa tes Farel sekarang," ucap Farel membuat Abdullah bingung.
"Maksudmu bagaimana, Gus?"
"In Syaa Allah, Farel udah khatam 30 juz. Kakek dan Nenek bisa menguji Farel,"
"Bacakan empat ayat terakhir dalam jus dua!" tanpa banyak bertanya lagi Abdullah pun langsung memberi pertanyaan pada cucunya itu. Tidak ada keraguan dalam dirinya bahwa cucunya itu memang benar-benar bisa.
Farel pun membacakan empat ayat terakhir dalam jus dua, yaitu surah Al-baqarah ayat 249. Abdullah mulai tersenyum dan memberikan pertanyaan lain begitu pula dengan Jamilah.
Satu jam sudah Abdullah dan Jamilah mengetes ke-khataman Farel dan Farel menjawab dengan begitu lancar tanpa ada keraguan dalam dirinya. Sedangkan saat ini Abdullah dan Jamilah sudah bercucuran air mata. Air mata bahagia, haru, bangga, tidak menyangka juga bisa mendapatkan hal seperti ini.
Abdullah dan Jamilah memeluk Farel dan tak hentinya menciumi Farel serta mengucapkan ucapan syukur.
"Kakek tunggu setoran full kamu,"
"Iya,"
"Khatam ini Farel hadiahkan untuk Kakek dan Nenek. Farel mau buat kalian bangga. Farel kepingin nanti menolong kalian di akhirat. Farel berterima kasih sama Kakek dan Nenek yang sudah menyayangi Farel serta Umma,"
"Yang kamu berikan sudah lebih dari cukup Farel. Kamu sudah berhasil membuat Kakek dan Nenek menangis di tengah malam hm?! Kamu gak perlu berterima kasih! Kamu itu anugerah Allah yang terindah. Hadirnya kamu di kehidupan kita, membuat hidup kita lebih berwarna dan bermakna. Kakek Nenek sayang banget sama kamu,"
"Farel juga," jawab Farel mencium mata mereka satu persatu agar berhenti menangis.
"Abah dan Umma kamu sudah tau?"
"Belum. Beberapa hari ke depan mungkin,"
"Kamu itu seneng banget buat kita terharu mendadak. Gak bisa kebayang nanti saat Abah mu tau kamu sudah hafish. Bisa-bisa ngadain syukuran tujuh hari tujuh malam,"
Farel hanya tersenyum tipis. "Masih jam tiga. Kakek Nenek istirahat lagi aja. Farel mau keluar,"
"Gak mau ikut tidur?"
"Gak ngantuk. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumussalam,"
Tanpa berkata lagi Farel pun langsung keluar kamar menyisakan Kakek Neneknya yang masih tersenyum haru.
"Bangun!" ucap Farel membangunkan sahabatnya satu per satu.
Mereka semua terbangun dengan susah payah, terlebih lagi Dylan yang langsung mendapatkan tendangan di bokongnya dari Farel.
"Tega banget sih lo, Rel! gue udah bangun, nih!" kesal Dylan yang membuat Farel mendengus.
"Tahajud!"
"Di ndalem apa di masjid?"
"Masjid," mereka berempat serempak mengangguk dan segera menuju masjid setelah mengganti pakaian.
Sahabat-sahabat Farel juga sama dengan Farel. Tidak pernah meninggalkan sholat wajib. Dan mereka tidak akan alpa sholat tahajud serta dhuha karena Farel selalu mengingatkan dan mengajak mereka. Buat mereka, Farel bukan hanya sahabat yang bisa diajak untuk senang di dunia, tapi juga untuk senang di akhirat. Mereka memang tidak salah berteman dengan Farel.
Mereka sudah selesai sholat tahajud dan mengaji sebentar sebelum para santri terbangun. Mereka berniat untuk mengelilingi pesantren di hari yang masih terlalu dini ini.
"Rel, lo liat apa, sih?" tanya Yusuf, sebab sedari tadi Farel terdiam dengan fokus pada satu titik yang membuat mereka semua mengikuti arah pandangan Farel.
"Itu bukannya Nafsiha yang tadi siang kasih obat ke lo? Itu dia sama siapa? Kok pegangan?" tanya Adam.
"Mencar terus rekam!" perintah Farel yang langsung dilaksanakan oleh mereka tanpa banyak bertanya.
Farel pun melakukan hal yang sama. Setelah beberapa menit mereka merekam, Farel memberi mereka kode untuk mengakhiri aksi rekam merekam. Tanpa berkata lagi Farel langsung menghampiri Nafisha yang tangannya dipegang oleh Zaki, santri yang mencari masalah dengan dirinya tadi siang.
"Lepas Zaki! Kamu itu apa-apaan?! Jangan sentuh saya!" berontak Nafisha sambil menangis berusaha melepaskan cekalan Zaki.
"Sha, aku berubah gini buat kamu. Apa kamu gak mau nerima aku? Aku harus gimana biar kamu mau sama aku?"
"Saya gak akan pernah mau sama kamu! Lepasin saya, Zaki! Atau saya akan teriak?!"
"Kalau kamu teriak kita akan dihukum sama-sama,"
"Ckck hebat, ya?! Jam segini berduaan di tempat sepi. Pegangan tangan pula," ucap Adam membuat Zaki langsung melepaskan cekalannya pada Nafisha.
"Urusannya sama lo apa?"
"Wah,, nyolot ya lo sama gue?!" geram Adam hendak maju selangkah jika Farel tidak menahannya.
"Lo aja yang ganggu,"
"Muncung kau, bangsat!" marah Yusuf.
"Percuma kalian tadi sholat tapi udah marah-marah," peringat Afnan yang membuat mereka semua beristighfar segera.
"Pergi!" ucap Farel dingin pada Zaki.
"Siapa lo nyuruh gue pergi?!"
"Pergi atau lo kita aduin biar dicambuk?!" ancam Afnan yang membuat Zaki berdecak kesal dan langsung pergi.
"Ikut!" ucap Farel pada Nafisha untuk mengikutinya.
"Sha, lo ikut, gih! Lo aman, kok. Kita juga bakal ikut," ucap Dylan saat melihat wajah takut Nafisha. Nafisha pun mengangguk dan mengikuti Farel.
Sekarang mereka sudah berada di teras masjid dengan jarak beberapa cm.
"Kenapa nangis?" pertanyaan itu keluar dari bibir Farel yang sudah berdiri di hadapan Nafisha sambil bersedekap dada.
"Fisha udah dipegang sama laki-laki lain yang bukan mahrom Fisha. Lebih baik Fisha ditusuk pakai besi panas," jawab Nafisha kembali menangis.
"Fisha?! Sha, kamu kenapa nangis? Siapa yang buat kamu nangis?" seorang gadis datang menghampiri Fisha dengan wajah panik.
"Kalian siapa? Fisha kenapa nangis?" tanyanya pada rombongan Farel.
"Tadi dia kepergok berduaan sama santri," jawab Adam dengan santainya.
"Santri? Siapa? Zaki? Iya?" pertanyaan itu hanya dijawab anggukan oleh Fisha.
"Emang bangsat ya, tuh orang! Gak kapok-kapok jadi orang. Mana tuh orang? Biar gue bikin bonyok sekalian," geram gadis itu dengan bar-barnya.
"Jadi dia udah sering? Sampe pegang tangan Fisha?" tanya Adam.
"APA?! JADI TADI LO DIPEGANG-PEGANG SAMA SI BRENGSEK ITU, FISHA?!" teriak gadis itu marah sedangkan Fisha lagi-lagi mengangguk.
"Emang biasanya gak dipegang-pegang?"
"Enggaklah! Karena biasanya gue langsung narik Fisha, tapi tadi gue kebelet boker," jawab gadis itu ngegas dan blak-blakkan.
"Terus, tadi kenapa lo gak langsung pergi aja, Sha?" tanya Yususf.
"Tadi aku udah mau pergi tapi dia udah narik tangan aku duluan,"
Entah kenapa dengan dirinya, Farel merasa ada yang aneh dari dirinya. Dia merasa marah melihat Nafisha menangis dan dia marah Nafisha disentuh pria lain.
Tak mau berpikir keras, Farel langsung mengeluarkan sapu tangannya dan meletakkanya ke pangkuan Nafisha. Tanpa kata lagi Farel langsung berlalu membuat sahabatnya menyusul.
"Lo bakal gimana, Rel? Lo aduin atau gimana? Menurut gue ini sih udah termasuk pelecehan, ya. Ceweknya aja gak mau dipegang tapi tetep dipegang," tanya Dylan serius. Sebobrok-bobroknya Dylan, jika ada masalah, Dylan bisa menjadi yang paling serius.
"Gue laporin,"
"Emang seharusnya begitu. Tapi apa lo juga bakal laporin Fisha?"
"Biar urusan gue," jawab Farel membuat mereka mengangguk paham.
"Cewek tadi siapa, ya? Kok jantung gue langsung jadi gak sehat sih?!" tanya Adam.
"Yang bar-bar tadi?" tanya balik Dylan yang di angguki Adam.
"Selera lo yang bar-bar begituan, Dam?" ucapan Yusuf membuat mereka terkekeh kecil membiarkan Adam mendengus kesal.
"Besok kita tanya namanya. Kalo perlu alamat rumahnya," ucap Afnan.
"Buat apa alamat rumah?"
"Kali aja lo mau lamar," jawab Afnan yang lagi-lagi membuat mereka tertawa begitu pula Farel yang terkekeh kecil.
Receh memang. Tapi begitulah hubungan mereka. Selalu bersama saat susah dan senang. Saling menghibur, berbagi dan saling mengingatkan.
Tbc...
^^^#as.zey^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
═ NISA ═
sampai sini aqu lum paham alurnya... cuma aq salut sam kepribadianya farel and friend... #semoga readers bisa mengambil pelajaran yg baikny dari stiap novel yg dibaca aamiin
2023-05-15
0
kak masun
wow kejutannya Gus farel bikin demam yang baca Gus, bener2 ajib hafal langsung 30juz.
2023-02-03
1