Makan malam pun telah selesai, Kala meminta ijin pada Ibunya untuk segera meninggalkan meja makan. Namun Sundari terlihat menghentikan hal tersebut, "Bincang dulu Mas sama Ibu disini, Ibu tuh mau tahu mengenai Visi Misi pernikahan kalian."
"Visi Misi apa toh bu?" Tanya Kala dengan kerutan di dahinya.
"Ya, Anak kalian mau berapa? Kalian mau menetap dimana? Dan untuk yang dekat-dekat sini, kalian mau berbulan madu kemana?" Tanya Sundari sembari melirik kan kedua bola matanya itu.
Kala menggelengkan kepalanya, "Enggak, Enggak Bu. Kala kan sudah bilang toh kalau Kala gak mau berbulan madu, Kala selalu tidak paham apa artinya berlibur? Toh di rumah itu tempat yang paling nyaman untuk Kala." Ujar nya sembari mengangkat sebuah gelas berisikan air putih, ia meneguk air putih tersebut.
"Lah Wong beda kalau sudah punya Istri, kamu tanya sama Ninis mau pergi kemana nih setelah menikah. Ibu kan mau Cucu, siapa tahu sepulang kalian berbulan madu, kalian memberikan ibu kabar Baik." Ucap Sundari tanpa henti.
Ninis tersenyum, ia memegang punggung tangan Sundari. lalu mengatakan, "Bu, Mas Kala dan Ninis masih mau menunda berbulan madu. lagipula, Jika Allah berkehendak untuk Ninis mengandung dalam waktu dekat ini. Ninis akan segera mengandung, Mas Kala sibuk kerja dan Ninis juga tidak mau memaksa. Biar saja nanti kalau sudah waktunya, bulan madu kami akan menjadi bulan madu paling Indah." Sundari tersenyum, Ia menumpukkan tangan nya di atas tumpukan tangan Ninis.
"Ibu itu tidak pernah salah dalam memilih sesuatu untuk Mas Kala, seperti jodohnya ini. Ibu bahagia punya Ninis."
"Ibu bisa saja, Ninis jadi malu loh Bu."
Kala terdiam saat melihat kedekatan diantara Ninis dan Sundari, permasalahan itu kembali melintas dalam benak nya. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana kecewanya Sundari maupun Ninis saat mengetahui bahwa hal buruk telah ia lakukan kepada Camelia, tanpa berpikir panjang, Kala secepat itu meninggalkan Ibu serta Istrinya dan memilih mencari udara segar di tempat yang terbuka.
Sementara itu, di dalam ruang rawat Monalisa. Camelia terlihat melamun seolah mengosongkan pandangan nya, Camelia mengingat satu persatu kalimat yang baru saja ia dengar dari bibir lelaki yang sudah menghancurkan masa depan nya. Hatinya begitu yakin bahwa hal buruk tidak akan terjadi padanya, Ia hanya berharap Kala melupakan peristiwa malam itu dan mencoba untuk tetap menjadi suami yang baik untuk Ninis. Wanita yang telah ia nikahi dua hari yang lalu, "Mel.. " Panggil Sumiati, suara Sumiati seolah tidak terdengar olehnya.
Sumi mencoba memperhatikan raut wajah anaknya, matanya kosong hanya ada sedikit air mata membasahi matanya itu. Sumiati mencoba menyadarkan Camelia, "Mel, Tuan putri ibu yang cantiknya MasyaAllah." Camelia pun tersadar dan secepat mungkin menyeka air matanya, "Kenapa menangis anak Ibu ini?" Tanya Sumiati.
"Amel, gak nangis bu. cuma mengantuk." Jawab nya dengan singkat sembari menarik selimut tersebut sampai menutupi bagian atas tubuhnya, "Ibu bukan nya tidur, besok Ibu pulang ya. Biarkan Amel sendiri disini."
"Amel, Lia, sayang ku, Anak ku. Ibu akan tetap menemani Amel sampai pulang ke rumah Bu Sun kembali." tegasnya menjawab.
"Ibu, kasian Bu Sun. Beliau itu tidak bisa hidup tanpa Ibu, buktinya baru saja pulang sudah menghubungi Ibu." Seru Amel dengan bibir mengerucut.
"Bu Sun yang meminta Ibu untuk menjaga mu disini, lagipula Ibu tidak akan dapat tertidur dengan tenang saat anak kesayangan Ibu tidak ada." Tegasnya kembali, "Sudah, kamu tidur sana. Ibu mau baca dulu Novel Online." sambungnya sembari membawa ponsel miliknya, Amel tersenyum manakala melihat sikap protektif sang Ibu. Ya, Amel sangat bersyukur memiliki ibu seperti Sumiati. Pasalnya, Beliau sangat memperhatikan apapun yang Amel inginkan. Dan sebagai Ibu, Sumiati berhasil mendidik Amel seorang diri dengan sepenuh jiwa. Maka dari itu, Amel sangat menyayangi ibunya dan berharap dapat membahagiakan sang ibu terkasih.
Melihat sang Ibu yang begitu sibuk memainkan ponsel miliknya, Amel pun mengikuti jejak sang Ibu. Namun, bedanya Amel terlihat membuka sebuah Media dimana foto-foto kenangan nya bersama Kala tersimpan banyak di dalam nya. Satu persatu pun foto itu pun mulai ia tekan dan berniat untuk ia hapus, namun saat hal itu akan ia lakukan, ia secepat kilat mengurungkan niatnya.
"Ini hanya kenangan, lagipula kapan lagi bisa berfoto dengan Mas Kala. Dan, Mas Kala yang selalu memfoto dirinya memakai ponsel ku. Itu artinya, Mas Kala ingin menyimpan wajah nya di dalam ponsel ku." ucap Camelia dalam hati.
"Mel, Tidur. Sudah malam nak. nanti Tensi darah mu Turun lagi, Piye sih nak?" Amel segera mengangguk dan mengiyakan keinginan Ibunya, Amel juga menyelipkan ponselnya itu kedalam bantal yang ia pakai saat ini.
Namun, sebuah getaran pada Ponselnya membuat hati Amel merasa penasaran.
"Siapa yang menghubungi ku malam-malam..." Ucap Amel kembali, Ia kembali merogoh ponselnya itu dan melihat sebuah nama 'Mas Kala Calling.. 'Amel pun secepat mungkin memasukkan kembali ponselnya itu kedalam bantal, lalu tak lama kemudian sebuah pesan masuk kedalam ponsel miliknya.
"Mel, kamu sudah tidur ya. kalau sudah tidur maaf Mas sudah mengganggu mu, besok Mas dan Ninis akan menjenguk mu ke rumah sakit. Apa ada yang mau kamu minta dari kami?" Tanya nya dalam pesan, Camelia pun membaca pesan tersebut.
lalu membalasnya, "Baru saja mau tidur Mas, Tidak ada Mas. Mas dan Mbak Ninis sudah menjenguk pun Amel sudah senang, tetapi sebaiknya tidak usah Mas, Besok mungkin saja Amel sudah pulang."
Ting!
"Tidak Mel, kebetulan Dokter yang menangani mu adalah teman Ninis. katanya kamu belum bisa pulang sampai hari Rabu, Ninis mengatakan itu pada Mas." balas Kala.
Camelia pun membalas, "Oh begitu, ya sudah sampaikan rasa terimakasih Amel kepada Mbak Ninis."
"Baik Mel, nanti Mas sampaikan. baik-baik ya Mel, cepat sehat. Besok Mas bawakan Amel bubur putih tanpa santan yang suka Mbok Sum buatkan." balas Kala kembali.
"Tidak perlu Mas, Terimakasih sebelumnya bahkan sesudahnya." Balas Camelia kembali, Ia memilih untuk tidak mengaktifkan ponselnya itu. Bahkan, sebelum ia menonaktifkan ponsel tersebut, niat untuk menghapus foto-foto Kala itupun ia lakukan dan berharap bayangan wajah Kala tidak lagi menghantui dirinya.
Beralih kedalam kediaman Sundari, Kala memasuki kamar Pribadinya. Ia terkejut saat melihat Ninis yang pada saat ini sudah berganti pakaian dengan pakaian Khas malam pertama, bahkan aroma terapi di dalam kamarnya dapat membuat seorang Pria merasakan hasrat seksualnya. Namun tidak dengan Kala, Ia begitu merasa tidak nyaman saat melihat Ninis dengan pakaian satin berukuran pendek itu.
"Mas Kala mau mandi? Ninis sudah siapkan Air hangat di dalam Bathub, Ninis juga sudah beri minyak hangat agar Badan Mas Kala tidak merasa pegal." Ucap Ninis, Kala mengangguk dan segera masuk kedalam kamar mandi nya itu.
Dan saat Kala meninggalkan dirinya, Ninis terlihat menarik napasnya dalam-dalam. Ia juga terlihat memejamkan matanya sejenak, lalu membuang napasnya dengan kasar.
Dalam hatinya berucap, "Bisa-bisa nya aku berusaha menggoda suami ku, dan aku tahu Mas Kala tidak akan tergoda dengan apapun yang aku lakukan saat ini."
"Ninis.. Ninis.. Apa sih kamu? kok malah punya pikiran busuk sama suami kamu itu. Ada-ada saja!" ucap nya kembali, Ninis mencoba mencarikan kemeja tidur untuk suaminya. Namun, saat Kala selesai membersihkan tubuhnya itu. Ia melihat bahwa Kala sudah memakai pakaian dengan sangat rapi, "Mas Kala kok udah pakai baju tidur?" Tanya Ninis.
"Ninis gak lihat di dalam kamar mandi ada lemari besar?" Tanya Kala, Ninis menggelengkan kepalanya tanda ia tidak mengetahui lemari tersebut.
"Lemari itu berisikan Pakaian dalam, handuk dan beberapa kemeja tidur Mas. nanti Mas berbagi sama Ninis, Mas minta Mbok Surti untuk mengosongkan satu tempat untuk Ninis." Sahut Kala, Kala berjalan membawa bantal miliknya dan mengambil sebuah selimut tipis dari dalam lemari berbahan kayu jati itu.
"Ninis tidur di atas ranjang saja, Mas biar di atas Sofa." ucap Kala kembali.
Ninis terdiam sejenak, "Mmm, ba-ba.. Baik Mas." Ninis pun membawa mantel coklat berbahan sutra dan segera memakai mantel tersebut lalu merebahkan diri di atas ranjang milik Kala, air matanya menetes. namun, ia mengingat betul kalimat yang di ucapkan oleh Kala pada saat berada di dalam kamar Hotel. Dan Ninis mengerti bahwa Kala belum siap tidur satu tempat tidur dengan orang yang baru saja kenal dengan nya, Ninis pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan memilih untuk segera beristirahat.
"Maafkan Aku Nis, Aku sama sekali belum siap. Aku tidak. mencintaimu dan Aku tidak bisa berpura-pura untuk itu." Ucapnya kembali dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments