chapter 4

Malam itu Kala memutuskan untuk menemui Camelia yang masih berada di dalam rumah sakit, Kala mencoba memperhatikan apakah situasi di sana baik untuk ia datangi atau mungkin saja Sumiati ibu dari Camelia masih dalam penjagaan anaknya.

Tring! sebuah pesan masuk itu memenuhi bar pada ponsel milik Kala, Kala pun membuka pesan tersebut.

"Mas, Ninis sudah pulang sore tadi. Maaf baru mengabari, tadi Ninis langsung berbincang bersama Ibu dan kata Mbok Sur, Mas ijin untuk keluar. kalau boleh jangan terlalu malam pulang. Ninis menunggu makan malam bersama Mas dan Ibu di rumah." Kala menghela napasnya, sebuah pesan masuk kembali ia lihat dan pesan tersebut adalah pesan masuk yang diberikan Ninis untuk dirinya.

"Ninis mencoba memasak makanan kesukaan Mas kala, Ninis tunggu ya." Sambung Ninis kembali dalam pesan.

saat Kala selesai membalas pesan yang diberikan Istrinya itu, Ia begitu terkejut dengan kehadiran Sumiati di hadapan nya, "Ya Tuhan Mbok, Mas kaget."

"Mas Kala ada apa di rumah sakit?" Tanya Sumiati, "Mau tengok Camelia ya?" Tanya nya kembali.

"Iya Mbok, kebetulan tadi Kala menengok teman. Eh Kala ingat Amel juga mendapatkan perawatan disini." jawab Kala yang sengaja berbohong demi gengsi nya itu.

"Amel ada di dalam, si Mbok mau beli makan. tadi Ibu sama Mbak Ninis juga kesini. katanya Mas Kala capek baru pulang dari Hotel makanya gak ikut jenguk Amel, Capek sudah ngapain Mas?" Canda Sumiati untuk Kala, Kala memang sosok anak majikan yang sangat baik. Ia selalu sopan kepada Asisten rumah siapapun, apalagi pada Sumiati yang selama ini mengasuhnya dengan sangat baik.

"Gak ngapa-ngapain mbok, ya begitulah tidur eh ingat Ibu jadi Mas Kala pulang saja. lagipula, Mas Kala kan gak betah kalau lama-lama tinggal di dalam hotel." jawab Kala dengan sedikit goresan di dahinya.

"Ya si Mbok tahu persis, ya sudah Mas. Mbok beli makan dulu ya lapar, Mas Kala mau Mbok belikan kopi hangat atau apa?"

"Gak usah Mbok, Kala sebentar kok." jawab nya kembali, Sumiati pun mengangguk sembari meninggalkan Kala yang tak jauh berada di sekitar ruangan Camelia.

Setelah melihat langkah dari Sumiati sudah menjauh, ia pun segera menghampiri sosok Camelia yang berada di dalam sebuah ruangan kelas 1 Monalisa itu. Ia mengetuk pintu dari luar dan berharap suara Camelia mempersilahkan dirinya untuk masuk, "Masuk saja Buk." kata Camelia, Kala pun masuk kedalam ruangan dimana Camelia mendapatkan perawatan.

"Eh Mas Kala, masuk Mas." titahnya.

"Maaf ya Mas baru bisa datang malam ini." ucapnya.

"Enggak apa-apa Mas, lagian Mas kan sama Mbak Ninis itu masih harus berbulan madu." jawab Camelia dengan kepala tertunduk.

"Mmm, kamu kaya gak tau saja Mas itu.. "

"Mas, mau minum air putih? itu di situ ada air kemasan botol kecil." ucap Camelia dengan sengaja karena tidak mau lagi mendengar Kala berbicara mengenai ketidak-nyamanan dirinya saat bersama Ninis, wanita yang kini sudah ia nikahi.

"Oh gak usah Mel, Mas tadi sudah habis satu botol di Mobil." jawab Kala, "Kata dokter kamu sakit apa?" Tanya Kala.

"Kelelahan Mas, katanya Amel gak kontrol jam makan. jadi Lambungnya kena." jawab Camelia.

"Oh gitu, lagipula kamu sih makan nya aneh-aneh." celetuk Kala, "Makan aja terus mie Instan pakai cabe ulek terus kerupuk yang di pakai kencur itu apa sih?"

"Seblak kampung, enak Mas. Mas kan yang suka cicip-cicip kalau Amel masak." jawab Camelia dengan senyuman yang begitu membuat hati Kala damai.

Kala mendekati Camelia, "Ada hal yang harus Mas bicarakan sama Amel." Camelia menundukkan kepalanya, "Mas mau minta maaf atas kejadian malam itu."

"Malam apa Mas?" Tanya Camelia.

"Amel gak perlu menutupi semuanya, walaupun Mas benar-benar tidak sengaja karena Mabuk. tetapi Mas sudah melakukan dosa itu pada Amel." ungkap nya dengan air mata yang sudah mulai membasahi matanya.

Kala menarik tangan Camelia, namun Camelia mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Kala pada tangan nya itu. Air matanya pun menetes, "Lupakan saja Mas, kasihan Mbak Ninis. lagipula Mbak Ninis wanita yang sangat baik untuk Mas, Amel gak kenapa-kenapa kok Mas." ucap Camelia dengan kepala tertunduk kembali, setidaknya Camelia tidak ingin membuat masalah di dalam pernikahan Kala dan Ninis yang baru saja dua hari terlaksana.

"Mas akan bertanggung jawab jika sesuatu hal terjadi padamu Mel."

"Tidak usah mengatakan itu Mas, Mas hanya harus berusaha mencintai Mbak Ninis. Mas harus ingat kalau Ibu sangat berharap Mas dan Mbak Ninis memberikan banyak kebahagiaan untuk Ibu. Jangan memikirkan Amel Mas, tidak akan terjadi apa-apa kepada Amel. yakinlah."

Kala mengusap air mata Camelia, namun saat ia melakukan itu, sosok Sumiati masuk kedalam ruangan tersebut.

Kala pun melepaskan tangan nya itu dan berpura-pura tidak terjadi pembicaraan apapun bersama Camelia.

"Mbok sudah belikan Teh manis hangat untuk Mas Kala, ini Mas.. " Ucap Sumiati sembari memberikan secangkir teh manis hangat kesukaan Kala.

"Terimakasih Mbok." Ucap Kala kepada Sumiati, "Teh yang mbok buat gak akan pernah ada gantinya, tapi gak apa-apa lah ini juga kan dari tangan Mbok." Celotehnya dengan senyuman manis dari wajahnya itu.

"Ah Mas Kala mah bisa-bisa nya bikin hidung si Mbok ini melayang."

"Bu, Mas Kala mau pulang malah dikasih Teh. Mbak Ninis sudah menunggu Mas Kala di rumah." Ujar Camelia.

Kala melirik kan matanya kearah Camelia, "Dari mana Amel tahu kalau Ninis sedang menunggu ku." ucap Kala dalam hati.

"Ya, Ibu kan tidak tahu nak. ya sudah, Mas Kala minum dulu Teh nya. Gak apa-apa walau sedikit, biar nanti Si Mbok saja yang habiskan." ujar Sumiati kepada Kala, Kala pun meneguk habis teh tersebut. Setelah selesai meminum Teh tersebut, Ia kembali menatap wajah Camelia yang terlihat begitu sangat pucat.

"Mas Kala pulang ya, besok Mas Kala suruh Mang Asep belikan Amel buah segar. biar lebih Fresh dan Fit."

"Gak usah Mas, dari rumah sakit juga dikasih buah segar kok. lagian besok Amel pulang, ya kan Buk?"

"Eh dapat info dari mana Mel, lagian Dokter yang tangani kamu saja belum mengatakan apapun. lagipula Tensi darah kamu masih sangat rendah, Ibu khawatir Mel ada apa-apa sama kamu." jawab Sumiati yang berbicara sembari mengunyah makanan miliknya, "Mas Kala, nanti kalau pulang ucapkan terimakasih si Mbok untuk Ibu dan Mbak Ninis ya. Ibu sama Mbak Ninis tadi memindahkan Amel keruangan ini, kata Ibu biar Amel bisa lebih nyaman Istirahatnya." Sambung Sumiati, Kala menatap Sumiati lalu membalasnya dengan senyuman.

"Nanti Kala bilangin sama Ibu, ya sudah Kala pulang ya Mbok."

"Ya Mas, Ayo Mbok antar sampai depan pintu."

"Enggak usah Mbok, Mbok kan lagi makan. Kala sendiri aja Mbok."

"Yo wis, hati-hati di jalan ya Mas Kala."

"Iya Mbok, Mas pulang ya Mel." Camelia tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, "Cepat Sehat Mel, Mas tunggu di rumah." Camelia menundukkan kepalanya, lalu saat Kala berjalan meninggalkan dirinya, hatinya seakan risau namun ia secepat mungkin menggubris hal itu.

°°°

Sesampainya di dalam kediaman ibunya, Kala terlihat berdiam diri di dalam mobil miliknya. Ia memikirkan bagaimana jadinya jika Camelia mengandung anaknya, ia tidak tahu harus mengatakan semua ini atau mungkin menutupi aib tersebut.

"Tidak!!" Ucapnya sembari menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Amel tidak akan hamil. Biarkan semua itu menjadi rahasia diantara kami berdua, biarkan pernikahan ku berjalan dengan lancar satu tahun ini sampai aku mendapatkan alasan untuk bercerai dari Ninis. Aku tidak mau mengecewakan Ibu, aku juga tidak mau menyakiti hati wanita manapun." sambungnya, Kala menundukkan kepalanya itu. Entah mengapa hal itu terlintas dalam pikirnya, mungkin saja karena memori malam itu selalu menghantui benaknya.

"Mel, semoga hal baik selalu berada di sisi mu. Semoga saja tidak terjadi apapun kepada mu, biarkan pernikahan ku berjalan dengan baik. Aku janji akan menikahi mu setelah aku mendapatkan alasan untuk melepaskan Ninis." Kalimat itu ia ucapkan dengan penuh keyakinan, entah mengapa kalimat itu terucap dari bibir miliknya.

Dan entah mengapa hatinya seakan mengatakan bahwa Camelia lah wanita yang mampu menaklukan hatinya, gadis berusia tujuh belas tahun itu sangat melekat di hati nya selama ini. bahkan, selama ini Ia selalu berusaha menjaga Camelia dengan sangat baik dan hal itu lah yang membuat dirinya merasa berdosa akan kejadian malam itu.

Tok..

Tok..

Tok..

Seseorang mengetuk pintu kaca samping mobil tersebut, ia pun segera memastikan siapa orang yang berada di samping mobil miliknya itu.

"Ninis.. " Dalam hatinya berucap, Ia pun segera keluar dari dalam mobil tersebut.

"Malam Mas, kok malah diam di dalam mobil. padahal sedari tadi Ninis sudah sambut Mas di sana." tunjuk nya pada pintu Utama Istana milik Sundari.

"Mmm, Maaf Nis. tadi Mas lagi ingat-ingat apa yang tertinggal di dalam cafe tempat Mas bertemu Teman. Eh ternyata gak ada." jawabnya dengan sengaja berbohong.

"Oh Mas dari Kafe ya, bukan nya Mas tadi mau jenguk Camelia juga?" Tanya Ninis, "Sudah jenguk kan Mas?" Tanya nya kembali.

"Sudah, hanya sebentar. kebetulan, teman Mas juga di rawat di sana." Sahutnya kembali.

"Ya sudah, Ninis sudah selesai memasak. Ibu sudah menunggu di dalam, bisakah kita masuk sekarang Mas?" Tanya Ninis dengan nada yang begitu sangat lembut.

"Bisa Nis, Ayo." Kala pun berjalan tanpa menggandeng tangan Ninis, Ninis terlihat berjalan tepat di belakang suaminya itu. Walaupun begitu tidak ada kalimat protes apapun yang Ninis katakan kepada suaminya, Ninis berjalan dengan santai tanpa merasakan apapun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!