chapter 3

Malam ini adalah Malam yang seharusnya menjadi malam yang sangat membahagiakan untuk sepasang pengantin baru itupun terlewati begitu saja karena sikap dingin yang diberikan Kala kepada Istrinya. Ninis pun hanya terdiam dan tak ingin memulai pembicaraan apapun, yang Ninis tahu mereka hanya saja belum terbiasa satu kamar berdua. Karena Ibu mertuanya bilang jika anaknya tidak pernah memiliki kekasih ataupun teman dekat seperti anak lelaki lainnya, Ninis memaklumi hal itu.

Kala menghampiri Ninis, “Nis, kamu lapar gak?” Tanya nya kepada Ninis.

Ninis menundukkan kepalanya, “Lapar sih Mas, tapi kan jam makan malam sudah lewat. Lagipula, Ninis tadi gak berani bangunin Mas. Mas tidurnya pulas sekali.” Ujarnya.

“Oh Iya, maaf ya. Kalau begitu Mas keluar bentar ya, Mas juga lapar.” Ucap Kala.

“Mas, bukan nya kita bisa service room ya. Pesan makanan nya saja biar petugas hotel mengantar makanan nya,” Ujar Ninis kembali.

“Kalau kamu mau pesan boleh Nis, lagipula Mas kurang suka makanan di hotel. Di sebrang hotel ada Nasi goreng kampung, Mas mau makan di sana. Nanti Mas bungkusin buat kamu.”

Ninis mengangguk dengan pelan, “Ninis ikut Mas saja.” Jawab nya dengan sedikit memberikan senyuman. Tanpa mengatakan apapun, Kala berjalan meninggalkan Ninis.

yang Ninis inginkan adalah Kala mengajaknya walaupun hanya makan di samping jalan, namun Kala terlihat tidak menyadari itu.

Satu jam pun berlalu, Kala datang memasuki kamar hotel yang sedang mereka tempati saat ini. Kala melihat Ninis yang tertidur di atas sofa karena menunggu nya begitu lama, Kala pun membuka sebuah kontainer makanan berisikan nasi goreng spesial pertama untuk istrinya itu.

Setelah itu, Ia duduk di atas sofa dan memperhatikan wajah seorang perempuan yang kini sudah sah menjadi istrinya. Ninis wanita yang sangat cantik dan begitu sangat modis. Walaupun Ninis sedikit pendiam akan tetapi Ninis memiliki segudang prestasi yang sangat membanggakan kedua orang tua dan orang-orang di sekitarnya.

Kala terlihat mencoba membangunkan Ninis, dengan perlahan Ninis pun membuka matanya. Kala tersenyum kecil, “Maaf ya lama, tadi Antri.” Ucap Kala.

“Oh gak apa-apa Mas. Makasih ya.” Ninis pun mulai menyantap makanan yang baru saja di berikan oleh Kala, Ia memakan makanan itu dengan perlahan. Kala pun membukakan tutup botol air mineral yang ia juga belikan untuk istrinya, “Makasih Loh Mas, Ninis jadi sangat merepotkan Mas.” Ucapnya.

“Oh enggak kok. Santai aja, aku udah biasa kalau Ibu laper malam. Ya, aku keluar beli buat ibu.” Jawab nya.

Ninis menganggukkan kepalanya, “Oh Iya Nis, besok kita pulang aja ya. Aku gak betah tidur di hotel,” Ucap Kala kepada Ninis, Ninis tidak menjawab apapun. Kala kembali berucap, “Dan aku sudah janji pada diriku sendiri kalau sudah menikah aku akan tetap tinggal bersama Ibu, walaupun rumah kita sudah siap di huni. Mas Cuma minta Ninis bilang sama Ibu, kalau Ninis sama Mas sementara tinggal dulu sama Ibu.”

“Gak apa-apa kan?” Tanya Kala kembali.

Ninis mengangguk dan memberikan seutas senyuman kepada Kala, dalam hati Kala ia merasa kesulitan mencari sikap buruk istrinya itu. Walaupun baru beberapa Jam, hal baik yang ada dalam diri Ninis membuat Kala sedikit merasa iba. Apalagi sedari tadi Kala begitu dingin kepada Ninis, bahkan Ninis tidak menunjukkan rasa sedih dan tidak pula memberikan kalimat protes kepada Kala.

Kala pun melakukan percobaan kembali, “Nis, satu lagi nih.” Ucapnya.

Ninis menjawab, “Iya Mas,”

“Kita Nikah tanpa pendekatan apapun, bahkan suatu hari dimana kita melakukan makan malam tempo lalu pun tidak ada pembicaraan apapun. Aku masih merasa canggung, dan merasa jika kita seakan orang asing yang baru saja dipersatukan. Apa boleh untuk sementara waktu, kita tidur juga tidak bersebelahan dengan kata lain tidak satu tempat tidur. Mengingat aku selama ini selalu tidur seorang diri, mungkin begitu dengan dirimu.” Ucapnya, “Maaf jika aku menyinggung dan membuat perasaan mu sakit..” sambungnya.

“Oh Tidak mas, Ninis memahami kok maksud dari apa yang Mas Katakan. Jadi Mas gak usah sungkan ya kalau ada hal yang mau Mas bicarakan, apalagi hal yang sangat penting.” Ucap nya sembari menutup penutup kontainer makanan tersebut, “Makanan nya super duper enak Mas, tetapi untuk Ninis terlalu banyak porsinya. Maaf ya Ninis makan nya gak habis.” Ucap Ninis kembali.

“Gak apa-apa Nis, aku juga yang salah. Aku beli dengan porsi aku.” Kala beranjak dari tempat duduknya itu, Ia berjalan menuju balkon dan mulai memantik kan api pada batang rokok miliknya.

Ninis pun berjalan menghampiri Kala, “Mas, Ninis tidur ya. Besok pagi Ninis bangunkan Mas apa menunggu Mas terbangun sendiri?” Tanya Ninis pada suaminya.

Kala pun menoleh sedikit kearah wajah Istrinya itu, “Mas pasti bangun sendiri kok.”

**

Keesokan harinya, Kala begitupun Ninis sudah bersiap untuk pulang. Walaupun baru satu malam, Kala memutuskan untuk pulang. Ninis bertanya pada Kala, “Mas, Mang Asep udah sampai belum ya?”

“Kita gak dijemput Mang Asep, kita pulang pakai Taksi Online ya. Gak apa-apa kan?” Tanya Kala.

“Oh begitu Mas, gak apa-apa kok.” Kala pun membawa Koper milik Ninis juga koper miliknya, mereka memasuki taksi online bersama-sama dan di dalam perjalanan. Kala pun meminta sesuatu hal kepada Ninis, Ia mengatakan kepada Ninis agar Ninis tidak mengatakan apapun kepada Ibunya. Jika ibunya bertanya apakah Ninis bahagia malam tadi, Ninis hanya harus mengatakan Iya. Dan, Ninis mengikuti keinginan suaminya itu.

Sesampainya di rumah Sundari, Sundari terkejut sebuah mobil asing memasuki pelataran rumahnya itu. Sundari pun memperhatikan siapa orang yang berada di dalam mobil asing tersebut, dan saat Kala keluar dari dalam mobil itu, Sundari memberikan tatapan yang begitu lekat. Kala berteriak dan berlari menuju dimana Ibunya berdiri, “Ibu.. Kala Rindu.” Ia memeluk ibunya itu tanpa membukakan pintu untuk Istrinya yang baru saja satu hari ia nikahi.

Sundari melepaskan tubuh anaknya, dari kejauhan menantu kesayangan nya itu terlihat berjalan menghampiri dirinya. Sundari berucap, "Mas, belajar dewasa Toh. Ibu malu sama Ninis, Mas ini sudah beristri. Jangan begini dong."

Kala tersenyum, "Walaupun sudah beristri tetap Ibu adalah orang pertama di hati Mas." Sundari menggelengkan kepalanya, Ninis sudah berada di hadapan Sundari, Ia terlihat menarik tangan Sundari dan mengecup punggung tangan tersebut seraya memberikan salam pada Ibu mertuanya.

"Wah wah... Ibu senang punya menantu udah cantik, gaul, Sopan lagi." Celetuknya.

"Terima kasih Bu, Ninis juga sangat bersyukur mendapatkan mertua sebaik dan setulus Ibu. Sekali lagi terima kasih ya Bu." balas Ninis dengan senyuman yang begitu Indah, mata Kala melihat ke kiri serta kanan rumahnya. Ia seakan sedang mencari sesuatu di area rumah itu, Sundari juga terlihat mengajak Ninis dan bertanya pada Ninis mengapa Kala dan Ninis secepat itu pulang, padahal sebenarnya Hotel tersebut telah di bayar Sundari untuk dua hari.

Ninis menjawab, "Ninis dan Mas Kala itu sama-sama tidak betah lama-lama saat berada di Hotel, tetapi bukan maksud kami tidak berterima kasih pada Ibu, Bapak dan juga Ibu kandung Ninis. akan tetapi, kami berdua sangat merindukan Ibu semua." Ninis terpaksa berbohong, semua itu demi nama suaminya.

"Sur.." Panggil Sundari.

"Loh kok panggil Mbak Surti Bu." kata Kala bertanya.

Sundari menjawab, "Loh, Surti ya kan ART disini juga. kenapa memangnya?"

"Mbok Sum kemana?" Tanya Kala kembali, Ia juga seolah memperhatikan keadaan di dalam rumah nya itu.

Sundari mengambil napasnya dalam-dalam, "Lupa aku, kemarin kan Camelia gak sadarkan diri tuh waktu di tempat nikahan kamu. Pada akhirnya Ibu suruh Sum bawa aja ke rumah sakit, eh katanya Tensi darahnya sangat rendah. Jadi sementara harus di rawat beberapa hari." Jelas Sundari, Entah mengapa hati Kala begitu mengkhawatirkan Sosok Camelia.

Sundari pun berucap kembali, "Berhubung nih Menantu baru ibu lagi habiskan masa-masa malam pertama, jadi Ibu gak kabari Ninis."

"Gak apa-apa bu, sing penting Camelia sudah mendapatkan perawatan yang sangat baik. Biasanya sih kalau Tensinya Normal sudah dapat dipastikan pulang secepatnya, memangnya Camelia ada riwayat itu ya bu?"

"Enggak sih, ya selama ini yang aku tahu Camelia baik-baik saja. Iya kan bu?" jawab Kala kepada Ninis, Ninis keheranan saat melihat raut wajah Kala yang begitu sigap menjawab pertanyaan yang di ajukan Ninis untuk Ibu mertuanya.

Sundari menimpali kalimat yang baru saja di ucapkan oleh Kala, "Setahu ibu sih tidak punya Nis, tetapi kata Asep semua karena Camelia tidak beristirahat dengan baik. Ya, dia kan bantu ibu mempersiapkan semuanya.

Terutama kebutuhan Mas Kala, tapi jangan salah paham ya Nis, Kala dan Camelia sudah seperti layaknya kakak beradik. Usia mereka yang terpaut jauh, membuat mereka. sangat dekat. Kala selalu momong Camelia seakan Camelia adiknya." sambung Sundari.

"Gak apa-apa Bu, Ninis paham kok. Kalau begitu gimana kalau kita tengok Camelia, Camelia pasti senang." Ajakan Ninis untuk menjenguk Camelia di tolak oleh Kala, saat itu Kala beralasan bahwa dirinya sangat lelah dan ingin secepatnya memasuki kamar pribadinya.

Ninis pun meminta ijin pada Kala agar ia mengijinkan Ninis untuk pergi bersama Ibu mertuanya, Kala pun mengijinkan Ninis dan Kala terlihat berjalan menuju kamar pribadinya itu.

Di Dalam kamar tersebut, Kala berusaha mengingat apa saja yang terjadi saat malam itu. Yang Kala ingat, Kala pulang dengan kondisi hujan dan salah satu teman nya menghubungi Asep karena Kala begitu mabuk parah. Memori ingatan malam itupun ia coba untuk ingat dan terputar di dalam otaknya, sialnya Kala tidak ingat saat ia memasuki rumah dan menuju kamar tersebut.

Kala memperhatikan ruangan miliknya itu, sebuah Kamera pengintai berbentuk pensil itupun menyala. Ya, Kala memang sengaja memasang kamera pengintai karena untuk keamanan dirinya saja. semua ia lakukan karena saat dulu ia sempat merasa kehilangan barang berharga miliknya, Kala berjalan menghampiri meja tersebut.

Sebuah jepit berbentuk hati tak sengaja terinjak olehnya, "Ini kan milik Amel." ucap Kala.

"Apakah Amel yang semalam melakukan itu bersamaku..?" Tanpa berpikir panjang, Kala pun terlihat menyambungkan Kamera pensil itu dengan Laptop miliknya. Ia mencari hasil rekaman dimana malam lepas lajang itu telah usai, sebuah rekaman menunjukkan bahwa Camelia masuk dengan langkah kecil dan terlihat begitu hati-hati itu di saksikan olehnya. Lalu, ia melihat Camelia berjalan menyimpan Jas yang akan di pakai olehnya untuk Acara Akad pernikahan dirinya bersama Ninis. Dan terakhir ia melihat Camelia yang begitu pelan mengusap foto miliknya dan menyimpan nya kembali. Lalu, Camelia membalikkan tubuhnya ia sudah melihat bahwa dirinya berada di hadapan tubuh Camelia.

Sosok Kala itu menghampiri Camelia, Memeluk Camelia bahkan Mencumbu Camelia seolah Harimau jantan yang sedang menyergap mangsanya. Camelia meronta dan menolak, namun tangan kuat miliknya dengan sigap menarik Camelia dan melucuti segala pakaian yang di pakai oleh Camelia.

Ia begitu tidak percaya bahwa malam itu benar-benar terjadi, Ia tidak tahu harus melakukan apalagi. Ini adalah kesalahan, kali ini tidak banyak lagi yang dapat Kala lakukan mengingat baru saja satu hari yang lalu ia menikahi wanita pilihan ibunya. Namun, di sisi lainnya Kala sudah merenggut harta satu-satunya yang sangat berharga milik gadis bernama Camelia.

Matanya begitu terlihat risau, Ia takut apa yang sudah ia lakukan terbongkar dan membuat malu Ibu kandungnya yaitu Sundari.

"Apa yang sudah Aku lakukan Tuhan?" Tanya Kala seorang diri, "Aku akan mempermalukan diriku sendiri, Mendiang Bapak juga Ibu ku. Apa yang akan mereka katakan saat tahu perbuatan keji yang aku lakukan sebelum Ijab kabul itu terucap." Ujar Kala dengan air mata yang menetes, Ia benar-benar tidak menyadari hal itu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini, mengingat permasalahan ini begitu sangat berat dan akan mempermalukan pihak masing-masing.

Ia kembali berucap, "Dan Camelia, Maafkan Mas. Mas tidak menyadari hal itu terjadi, dan hal itu membuat mu sakit saat ini. Maafkan Mas Camelia, Mas memang begitu menyukai kamu. Tetapi, Mas sadar Cinta kita hanya akan di pandang sebelah mata oleh Ibu Mas Sendiri. Maafkan Mas Camelia.. Maafkan Mas.. "

Kala menutup wajahnya dengan menggunakan kedua tangan nya, saat ini Ia merasa sangat frustasi.

"Apa aku hapus saja File ini sehingga tidak ada bukti jika Aku yang bersalah." ucapnya, Namun seketika itu, "Arggggghh tidak Kala, Ibu dan Mendiang Bapak tidak pernah mengajarkan kamu untuk lari dari sebuah Tanggung jawab. Apapun yang nantinya terjadi pada Camelia adalah tanggung jawab kamu sebagai lelaki yang sudah tega merenggut harta satu-satunya perempuan baik seperti Camelia." Hatinya enggan melakukan hal tercela lainnya kembali, Ia pun bertekad untuk menemui Camelia dan segera berbicara bersama Camelia.

Ia terbangun dari tempat duduknya, ada hal yang harus ia lakukan sebelum menemui Camelia. Ia berjalan menuju ruang laundry di belakang rumahnya, "Mbak Ina," Panggilnya.

"Iya Mas."

"Saya mau tanya, kemarin selepas pernikahan saya selesai. siapa yang membersihkan kamar saya?" Tanya Kala pada salah satu staff Laundry yang berada di lingkungan rumahnya itu.

"Mmm, Kalau gak salah Amel Mas. Tadinya mau saya, karena Amel juga kan sedang sakit. tetapi kata Amel, dia gak bisa beres-beres kamar kalau setelah ini. katanya malu sama Mbak Ninis." Terang Ina. Karena setahu Ina, Amel dan Kala begitu sangat dekat.

"Oh begitu." jawab Kala.

"Kenapa Mas? gak rapi kah? Biar Mbak Ina yang bereskan kalau memang tidak rapi, Mbak Ina tahu mungkin saja Amel kelelahan." Terang Ina kembali, "Karena dia juga mencuci dan menjemur sendiri Kain penutup ranjang Mas." tutur Ina berlanjut.

"Oh enggak Mbak Ina, Kala cuma mau bilang makasih kan, sekarang ada Ninis jadi apa-apa Kala minta sama Ninis. kalau begitu, Kala pergi dulu ya Mbak."

"Baik, Mas."

Kala berjalan dengan pelan, "Sungguh kamu mencoba untuk menutupi kesalahan ku, Amel. Aku tidak menyangka bahwa kamu mau mengorbankan dirimu demi aku." ungkap Kala di dalam hatinya.

"Bagaimana jika hal buruk terjadi padamu." ucapnya kembali.

Kala terdiam sejenak, Ia kembali memegang ujung kepalanya dan merasa begitu sangat sesak saat memikirkan nasib Camelia saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!