🥨🥨🥨
Pertengahan semeter 1 kelas sebelas.
Gadis cantik yang memiliki wajah mungil itu menidurkan kepalanya di antara lipatan tangan di atas meja, memandang lempeng pemuda tampan yang duduk kalem di sampingnya sejak tadi.
"Lapar~" Kata Gempi memajukan bibir, menarik-narik ujung lengan seragam si wakil ketua kelas yang nampak serius menulis sesuatu pada buku di atas meja itu. "Makan dulu yuk"
Yohan Pangestu, cowok itu melirik sekilas. "Bentar lagi Ge, ini tugas lo belum selesai"
Gempi Julianti, atau Gege itu berdecak malas. Perutnya sudah bunyi-bunyi sejak tadi minta di isi.
Saat ini jam istirahat sedang berlangsung, hanya ada beberapa murid saja yang bertahan di dalam kelas seperti Yohan dan Gempi, selebihnya ngacir nggak tau ke mana.
"Bisa entar aja Yo kalau itu mah" Ucap Gempi lagi belum mau diam, gadis itu merapatkan bibir saat Yohan menoleh tampak mengernyit dalam. "Gue... Belum makan tadi pagi" Lanjutnya yang jadi cengengesan, kikuk si Yohan udah delik tajam.
"Kebiasaan" Ucap cowok itu yang kemudian menutup buku di atas meja lalu berdiri. Menoleh lagi pada Gempi yang masih belum bergerak dari tempatnya. "Ayo, tugas lo nanti sekalian gue kerjain di kantin aja" Lanjutnya santai.
Gempi mengangkat alis, tersenyum lebar mendengar itu. Dengan mata berbinar, gadis itu beranjak mengejar Yohan yang sudah keluar kelas lebih dulu.
Sampai di kantin si Gempi langsung nyari tempat duduk, ninggalin Yohan yang lagi mesan makanan.
Gempi duduk diam, mengakat siku di atas meja lalu menopang dagu memandang Yohan dari jauh.
Postur tubuh tinggi ideal, wajah yang tampan, kalau senyum bisa bikin degem-degem ambyar gak karuan.
Sempurna.
Intinya kata kebanyakan cewek-cewek SHS, si Yohan itu termaksud salah satu jajaran cowok idaman di sekolah ini.
Gempi mengerjap dua kali. Perutnya berbunyi lagi, ia semakin lapar, gempi harap makanannya segera datang.
Cewek itu menghela nafas, kemudian kembali masuk dalam lamunanya.
Katanya cowok-cowok di IPA 2 itu hits semua, ganteng-ganteng, inceran satu sekolah.
Tapi di mata anak cewek di kelas, hal itu malah biasa aja.
Iya biasa aja, biasa banget, sakingnya sering ngeliat kegilaan mereka, anak-anak cewek jadi ilfil, ngerasa hambar.
Namun satu hal yang tidak bisa di tampik oleh mereka, kalau-
Yohan itu, baik banget. Jika di tanya siapa cowok di kelas yang gak pernah isengin gempi sudah pasti itu Yohan Pangestu.
"Heran, padahal udah bae banget gak neko-neko ehh tetap ae di selingkuhin" Katanya prihatin mengingat kemalangan yang di alami Yohan saat masih kelas sepuluh kemarin.
"Liatin apa sih Ge?" Tanya seseorang yang langsung duduk tepat di samping Gempi. Ikut menopang dagu mencari objek yang tengah di amati gadis ini.
"Ciptaan Tuhan"
"Yang mana? Ciptaan Tuhan banyak"
Gempi mengernyit terusik, membuatnya menoleh malas pada asal suara. "Diam deh, gue kalau lagi lapar suka matahin gigi orang"
Cowok bernama Banu si kapten basket itu mengulum bibir, diam.
***
Yohan melangkah tenang, mencari di mana keberadaan cewek yang ke kantin bersamanya itu.
Setelah celingak-celinguk sebentar, akhirnya netra pemuda itu berhasil menangkap sosok gempi yang sedang duduk membelakangi nya, tengah mengobrol dengan seorang cowok yang tampak familiar.
"Ge" Panggil Yohan saat tiba di meja itu, ia melirik cowok di samping Gempi, lalu mengangkat sebelah alis mengenali sosok itu. "Banu?"
"Yo" Banu tersenyum ganteng balas menyapa. "Gue gabung boleh ya, ada perlu sama nih anak satu"
Yohan mengangkat alis, lalu mengangguk saja tidak peduli banyak. Cowok itu duduk manaruh nampan berisi dua mangkuk mi bakso di atas meja. "Perutnya belum kerasa sakit kan?" Tanya cowok itu mengingat Gempi ada penyakit magh. Tangan cowok itu bergerak meletekan mi bakso di depan Gempi, kemudian meraih gelas di dekatnya, mengisinya dengan air minum lalu memberikan pada Gempi yang sejak tadi diam saja. "Minum dulu"
Gempi menurut, meneguk dua kali isi gelas itu. Hal yang tidak luput dari pandangan Yohan. "Ada bawa obat?"
"Iya, ada di tas gue"
Yohan mengangakat sebelah alis. "Mau gue ambilin?"
"Gak usah Yo, nanti aja gue minum kalau dah balik dari sini." Cegah Gempi saat Yohan sudah berdiri nyaris beranjak pergi.
Yohan mengangguk, duduk kembali.
Gempi kini sibuk menaruh rempah pada mi baksonya, hingga saat ia nyaris mencampurkan satu sendok sambal dalam mangkok, sebuah tangan dengan gesit menahan lengan gadis itu. "Hm?" Gempi mendongak, pada Yohan yang sudah mendelik tajam.
"Gak usah aneh-aneh deh bocil" Kata Yohan sembari merebut sendok sambal itu dari tangan Gempi.
Gempi mencibir, wajahnya tampak merenggut. "Dikit aja, gue gak bisa kalau gak pedis Yo, gak enak"
"Berisik lo" Balas Yohan melotot gemas. "Dah makan aja tuh sebelum magh lo kambuh."
Gempi berdecak, kini jadi menurut dengan ogah-ogahan. "Ngomong aja Nu" Kata gadis itu tiba-tiba, tanpa menatap cowok di sampingnya itu
Banu mengerjap, dari tadi hanya bisa diam memandangi interaksi Yohan dan Gempi yang tidak biasa di matanya.
Banu menipiskan bibir, mengenyahkan hal itu dari pikiranya. "Gimana ge? Sampai sini aman?" Katanya menanyakan bisnis di antara mereka.
Gempi melirik sekilas, lalu mengangguk tenang. "Iya, gue lagi usaha, yang penting lo gak ngasih kendor aja, pepet terus kalau bisa"
"Iya dong, aman itu mah"
Gempi meneguk air di gelasnya, lalu memandangi Banu. "Lo beneran serius kan?"
Banu mengangakat sebelah alis, cowok itu mengangguk yakin. "Iya lah Ge, kalau gak serius ngapain gue ngasih lo duit" Katanya yang membuat Gege mendelik panik menepuk mulut cowok itu spontan.
Yohan yang awalnya fokus mengerjakan soal-soal di buku Gempi, jadi menggerakan mata, melirik dua orang di depannya itu yang sudah heboh saling pukul.
Atau lebih tepatnya, Gempi yang terus memberi pukulan pada Banu yang sibuk menangkis pukulan itu sambil terus beristighfar.
"Ge" Yohan memanggilnya kalem, tanganya terulur meraih lengan Gempi menghentikan gadis itu. "Makan dulu, bentar lagi masuk kelas"
Gempi menoleh sesaat, kemudian mencibir ke arah Banu.
Kapten basket itu mendelik, namun diam saja tidak membalas, ia malah jadi melirik Yohan yang tengah memandangi Gempi lekat.
Hal yang membuat Banu mengernyit samar, jadi kepo. "Kalian... Pacaran?"
Gempi langsung tersedak, hampir saja mengeluarkan mi di dalam mulutnya. Sedangkan Yohan terlihat lebih tenang, mengakat alis memandangi gurat wajah Banu yang penuh tanya.
Gempi menepuk-nepuk dadanya yang jadi sesak, dengan cepat meneguk air di dalam gelasnya. "Jangan gila deh" Kata kesal.
"Emang enggak?"
"Iyalah tolol"
"Santai dong"
Gempi mendelik, kemudian lanjut makan tidak peduli banyak.
Kini Banu menatap Yohan, cowok itu terus fokus menulis seolah tidak terusik. "Pdkt?"
Gempi mencoba tidak peduli.
"Ttm?"
Kini Yohan jadi mendongak, mengernyit ke arah Banu. "Apaan?"
"Teman tapi mesra?"
Gempi mengumpat tertahan, menjambak rambut Banu brutal. Yohan meringis melihat itu. "Cuman teman aja Nu, teman kelas biasa"
"Minkem aja bisa gak sih HA!" Kata Gempi ilang kesabaran.
Banu memajukan bibir. "Dah lah, gue minggat aja, di sini malah di amuk sama penghuni ragunan." Katanya yang langsung berlari pergi sebelum tangan Gempi sempat mencekik lehernya.
Yohan meandangi itu, ada senyuman kecil yang terukir di wajahnya, kemudian jadi terkekeh geli saat Gempi terus komat kamit sambil terus mengunyah makanan.
Yohan berdehem kecil. "Ge, emangnya kita kelihatan serasi ya?"
Gempi mendongak, melebarkan mata memandang cowok di depannya ini heran. "Kagak anjrit" Jawabnya dengan cepat.
"Tapi yang tadi bukan pertamakalinya kan" Yohan menyeringai, menutup buku di meja lalu menepikan nya. "Orang-orang banyak yang ngomong gitu"
Gempi mengakat alis tertegun, jadi menyadarinya.
Kalau di pikir-pikir lagi, iya juga. Selama ini orang-orang di sekitar Gempi sering memberikan pertanyaan yang sama seperti Banu tadi.
Padahal menurut Gempi, interaksi anatara Yohan dan Gempi masih tergolong wajar, mereka teman sekelas, sering ketemu, wajar dong kalau akrab.
"Ge"
Gempi terhenyak, mengerjap dua kali. "Hn?" Balasnya agak linglung.
Yohan mengakat siku dia atas meja, lalu menopang dagunya memandang Gempi serius. " Menurut lo-.. "
Gempi tampak menyipitkan mata curiga. "Paan?"
"Gimana kalau kita pacaran aj-A ANJ! GE ADUH SAKIT GEEE IYA IYA AMPUN!"
Gempi melotot tajam."Efek kebanyakan gaul sama trio annoying, jadi ikutan sangpah mulut lo"
🥨🥨🥨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments