Namanya Yohan

🥨🥨🥨

Pertengahan semester 1 kelas X

Di SHS atau Starla high School ini merupakan sekolah yang di penuhi dengan serbuk berlian, bukan hanya berprestasi tapi murid-murid di sini juga pada punya visual yang setara dengan idol negara gingseng.

Ngeri gak tuh.

"Ngeri woy"

"Ha?" Gempi mengangkat sebelah alis, memandang gadis berambut sebahu itu heran. namanya Hanifah Salsabila.

"Habis liat hantu?"

"Bukan" Balas gadis bernama Hani itu terengah. "Ada kabar hot"

"Yang dingin aja Han biar adem, matahari lagi terik banget nih"

"WOY!"

Gempi terkekeh pelan. "Santai dong, sensian mulu"

"Gara-gara elo anjir." Hani mengipasi wajahnya yang di banjiri keringat, dia baru saja lari dari kantin saking semangatnya mau menceritakan ini pada Gempi. "Barusan di kantin, ada yang tubir"

"Wihhh seru, masalah apa?" Tanya Gempi dengan mata yang berbinar ingin tau.

"Anak kelas sepuluh sama senior"

"Buset demi apa? gede banget nyalinya"

Hani mengangguk membenarkan."Masalah percintaan Ge, karna cewe" Ucapnya sudah persis kayak ibu-ibu tetangga tukang gosip. "Ceweknya cantik sih, yahh gue yang serbuk rengginang mah apa atuh" Lanjut gadis berpipi bulat itu jadi insecure.

Gempi berdecak kesal. "Lanjut ege, terus gimana? Masalahnya apa?"

Hani berdehem pelan."Katanya ceweknya selingkuh, nah si cowoknya itu gak Terima dong, di datangin lah si kaka kelas yang di duga sebagai pembinor"

Gempi bertepuk tangan kagum."Hebat, lagak lu udah kayak pembawa acara rumpi no secret"

Hani sontak langsung menepuk dadanya bangga. "Iya dong, anaknya Pa Ardito nih"

Gempi tersenyum geli. "Jadi siapa tuh cowo?"

"Kaka kelas?"

"Bukan bodoh, itu tuh yang jadi sad boy"

"Ohhh, si Yohan"

Gempi mengangkat alis "Yohan?"

🥨🥨🥨

"Yakin gak mau bareng, bentar lagi hujan lo Ge"

Gempi berpikir sebentar namun kemudian tetap kembali menggeleng, menolak ajakan pemuda jangkung itu. "Gak deh, gue nunggu aja bentar lagi juga nyampe"

Pemuda bernama Panji itu diam sebentar, memandang wajah gadis itu lembut. "Beneran nih? Sekolah dah mulai sepi loh"

"Enggak woy, dah sanah elahh buset dah"  Kata Gempi jadi gereget, mendorong Panji untuk bergerak dari tempatnya.

Tidak tersinggung, cowo berwajah manis yang merupakan ketua kelas Gempi itu malah terkekeh geli. "Iya-iya, ngegas amat lo"

"Elo sih"

"Iyaaa" Tangan Panji bergerak mengusap puncak kepala Gempi yang terlihat mengkeeut kesal. "Kalau ada apa-apa kabarin gue atau langsung aja chat di grup kelas"

"Oke" Jawab Gempi sebelum akhirnya Panji berlalu pergi ke arah parkiran.

Dua menit berlalu sejak Gempi mengirimkan pesan kepada ayahnya, yang katanya udah di dekat sekolahnya tapi sampe sekarang belum juga nongol.

"Beneran hujan" Gempi menggerakan bola mata memandang area sekitar.

"Sepi ya" Katanya dengan intonaai ceria yang di paksakan, lalu tertawa hambar. "Sialan" Umpatnya yang tiba-tiba jadi takut.

"Ck, nih anak-anak ekskul pada kemana sih biasanya juga jam segini masih–WAH!!" Gempi berteriak spontan, menoleh kaget pada pemuda yang barusan lewat begitu saja di sampingnya.

Sedangkan cowok tampan itu jadi ikut latah termundur kaget mendengar teriakan nyaring yang tepat di samping telinganya. "Ha? Kenapa? Paan?" Tanyanya heran.

Gempi mendelik, refleks menepuk keras bahu cowok yang tidak ia kenali itu. "Elo ngagetin, elah gue pikir setan"

Cowok itu ikut mendelik tajam, greget cewek di depannya ini tiba-tiba malah ngatain. "Gila lo ya?" Cibirnya keki.

Gempi merapatkan bibir lalu mendengus kesal tidak terima, namun saat nyaris melontatkan balasan gadis itu jadi terdiam memandang wajah cowok itu, kemudian meringis negeri. "Lo abis jatoh di mana, bonyok gitu?" Katanya jadi kepo padahal mereka tidak saling kenal. Membuat cowok itu yang sebelumnya hendak berbalik pergi jadi mengurungkan niat.

Cowok itu mengangkat sebelah alis, bingung dengan gadis aneh di depanya ini yang tidak bisa diam. "Bukan urusan lo" Balasnya tanpa intonasi.

Gempi malah menyeringai. "Hasil tubir ya?" Katanya sambil menaik turunkan alis menggoda.

Cowok itu mengernyit, menoleh pada Gempi yang sudah menatapnya tengil. "Diam lo" Katanya sambil melotot Galak.

"Fix" Gempi menganggukkan kepala seolah puas tebakanya benar, membuat cowok itu jadi melotot gemas melihatnya.

"Elo kan...... Yang namanya Yohan?" Tebak gadis itu sok tau.

"Ha?"

"Si sad boy?"

Cowok itu mengumpat, Gempi malah terkekeh puas.

"Lo–"

"Gue Gempi, Gempi Julianti" Katanya jadi memperkenalkan diridiri dengan santainya tanpa peduli dengan wajah cowok itu yang sudah melongo tak paham. "Jangan lupa obatin luka lo, bukan cuman di muka aja tapi di hati juga, gue balik dulu" Katanya sebelum akhirnya berlari pergi keluar dari gerbang sekolah sebab mobil ayahnya sudah menunggu di sana.

Pemuda yang bernama asli Yohan Pangestu itu speechless, ia diam lama, lalu mengernyit dalam.

".....................................ha?"

Tuh cewek beneran peduli atau ngeledek sih?

***

"Sama siapa tadi?" Pria paruh baya yang sedang fokus menyetir mobil itu menoleh sekilas pada putri nya yang duduk enteng di jok samping kemudi.

Gempi yang sebelumnya fokus bermain HP jadi teralihkan dan menatap lurus Papanya itu. "Siapa?" Tanyanya tidak konek.

"Itu..cowok yang Papa lihat tadi" Pria itu tersenyum. "Pacar kamu ya?"

"Ha?" Gempi mengernyit mencoba mencerna ucapan itu."Gempi jomblo kok"

Pria itu tertawa mendengarnya. "Jadi bukan pacar ya?"

"Siapa sih?"

"Yang tadi berdiri berdua neduh di Koridor"

Gempi diam sesaat lalu kemudian ber-oh panjang mengingat cowok bernama Yohan itu. "Bukan pacar aku Pah"

"Padahal ganteng, kamukan suka tuh yang modelan begitu"

Gempi mengerjap dua kali."Emang ganteng" Balasnya santai."Tapi dia sad boy pah, yang kayak begitu pasti susah moveon, Ribet" Lanjutnya.

Papah Gempi melirik, lalu tersenyum tipis tidak menanggapi lebih lanjut.

Mereka kembali diam.

Sampai akhirnya Gempi tiba-tiba menyeletuk. "Mungkin bakal Gempi gebet kalau dia udah beneran sembuh dari masa lalunya" Katanya bergurau lalu terkekej geli. "Ganteng gitu gak boleh di anggurin kan"

Papahnya langsung tertawa lepas.

***

"Tadi ada cewek gila, sksd sama gue"

Yohan mendudukan diri di atas karpet berbulu di dalam kamar itu. "Ngeselin banget, ngatain gue sad boy" Lanjut cowok itu kesal.

Cowok lain yang duduk di sampingnya yang nampak memainkan stik pees jadi menoleh dan menertawai itu. "Lah emang benar kan"

Yohan melirik tajam lalu melongos kasar dan mengumpat.

"Bukan cuman dia, seantero sekolah yang tau kejadian elo di kantin tadi juga bakal ngatain lo hal yang sama"

Yohan diam merapatkan bibir mendengar itu, nyeri di wajahnya mulai terasa saat ini. Dan juga hatinya, yang di sudah di buat patah oleh gadis yang ia pikir memiliki perasaan cinta yang sama tulusnya dengan perasaan Yohan.

Hari ini benar-benar terasa kacau.

"Obatin dulu luka lo sana"

"Hm?"

'Jangan lupa obatin luka lo, bukan cuman di muka aja tapi di hati juga'

Yohan tanpa sadar jadi mengingat ucapan gadis itu padanya.

"Galau banget lo sampe bengong gitu, awas gila" Temanya menegur, membuat Yohan mengerjap agak linglung.

"Namanya Gempi" Celetuk Yohan tiba-tiba tanpa di tanya, membuat temanya itu menoleh bingung.

"Ha?"

"Nama cewek yang ngatain gue sad boy itu, Gempi... Umm Gempi Julianti kalau gak salah"

Temanya tertawa mendengarnya."Masih sempat lo ajak kenalan?"

"Dia sendiri yang ngenalin diri, gue gak minta" Jawab Yohan mendengus pelan."Dia ngingetin gue buat jangan lupa obatin luka gue, bukan cuman di muka aja tapi di hati juga"

"Baru ketemu udah perhatian aja"Teman Yohan mengangguk pelan. "Boleh tuh" Katanya penuh arti.

Yohan mengumpat tertahan, lalu menabok keras kepala temannya itu. "Jangan gila, gue baru putus ege"

"Yaa emang kenapa, cewek lo aja udah dapat pengganti elo bahkan sebelum kalian putus kan, eh ralat maksudnya mantan"

Yohan menghela nafas lelah.

"Kali aja takdir Yo, elo baru aja di buat patah hati, terus takdir langsung buat elo ketemu sama Gempi dia ngingetin elo buat ngobatin luka di hati elo, siapa tau kan sebenarnya si Gempi itu obatnya, yang bakal nyembuhin hati lo"

Yohan diam lama, namun langsung menggelengkan kepala menolak hal tidak masuk akal itu. "Nulis novel aja lo gak usah main pees" Cibir nya membuat temanya itu tertawa kencang.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!