1 Tahun Kemudian....
"Mama, Papa, Liani pergi ke sekolah dulu iya." ucap Liani.
"Iya sayang, kamu berangkat bareng dengan Papa saja."
"Iya Ma." Liani menyalami tangan Aulia, lalu mencium punggung tangannya.
Aulia tersenyum, menatap kepergian suami dan anaknya. Mereka berdua mengendarai mobil dengan lirih.
"Shitt...!" Tiba-tiba Rahman mengerem mobilnya.
"Ada apa Pa?" tanya Liani.
"Ponsel Papa ketinggalan, kita pulang ke rumah dulu iya sebentar." ujar Rahman.
"Iya Pa." jawab Liani.
Rahman memutar balik arah tujuannya, mobilnya melaju ke rumah. Rahman terkejut mendapati Aulia tengah bersama seorang pria, di halaman rumah.
Rahman turun dari mobil dan menghampiri Aulia. "Siapa dia?" tanya Rahman.
"Kenalin, saya adalah selingkuhan istri anda." jawab tersenyum, sambil mengulurkan tangan.
"Tidak sayang, itu tidak benar. Tolong percaya padaku." Aulia memohon.
Rahman yang tersulut emosi, langsung memberikan pukulan kepada pria tidak dikenal itu. Pria itu babak belur, dan segera lari tunggang langgang meninggalkan rumah tersebut.
"Dasar istri pengkhianat, kurang apa aku sampai kamu mendua?" Rahman berteriak murka, dan hendak menampar Aulia.
"Papa, jangan tampar Mama!" teriak Liani histeris.
Rahman menghentikan tangannya, yang melayang di udara. "Lebih baik kamu pergi saja dari rumah ini. Aku sudah tidak ingin melihat wajahmu lagi selamanya." Rahman melengos pergi, masuk ke dalam rumah.
"Mama!" Liani memeluk Aulia, dia terisak.
Rahman melempar koper, yang berisi barang-barang Aulia keluar rumah. Aulia langsung mendekati Rahman dan bersimpuh di kakinya.
"Mas, jangan usir aku. Aku minta maaf, telah menemuinya di belakangmu. Tapi dia bukan selingkuhan ku, tolong percaya dan dengarkan penjelasan aku."
"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan, cepat pergi."
"Papa, jangan usir Mama huaa..." pinta Liani, sambil menangis.
"Mas, aku harus melakukan apa supaya kamu memaafkan ku?"
"Sampai kamu mati, baru aku akan memaafkan dirimu." jawab Rahman, dengan rahang mengeras.
Aulia berdiri dan segera berlari, Liani mengejar mamanya sambil menangis.
"Mama, jangan pergi." pintanya.
Aulia berhenti sejenak. "Maafin mama sayang, mama harus pergi."
Bibi Ijah menghampiri Liani dan memeluknya. "Nyonya, jangan pergi iya. Kasian Liani." ucapnya.
"Tidak bisa Bibi, tolong jaga Liani baik-baik iya." Aulia menitipkan Liani ke bibi Ijah.
Di dalam kamar.
"Bibi, mama pergi. Mama meninggalkan aku di sini bersama Papa." Liani masih menangis histeris.
"Sayang, orang dewasa itu terkadang tidak bisa menjelaskan sesuatu kepadamu secara rinci. Yakinlah, mamamu akan kembali jika Allah mengizinkan." Bibi Ijah memeluk Liani.
Liani membenamkan kepalanya di dada bibi Ijah. "Huaa... huaa... Liani tidak ingin mereka berpisah."
"Mereka tidak berpisah, mereka hanya sedang ada sedikit masalah. Kamu tenang saja." ucap bibi Ijah.
"Tapi, Liani sedih melihat Mama diusir dengan Papa." Masih terisak.
"Kamu tidak perlu bersedih atas kepergian mamamu. Lupakan dia, karena dia tidak akan pernah kembali ke rumah ini." Rahman muncul dengan wajah garang.
"Tuan, nona Liani masih terlalu kecil. Jangan memberitahukan hal, yang membuatnya tambah terluka."
"Aku tidak peduli Bibi, lebih baik aku jujur daripada dia terus berharap. Aku akan memaafkan Aulia, jika dia sudah mati." Rahman berteriak, memenuhi seisi ruangan.
Liani bergidik ngeri melihat ekspresi papanya, yang tampak murka. Dia menggigit jari-jarinya, dengan terus terisak.
Telepon Rahman berbunyi. "Halo, apa Pak Rahman ada?" tanya orang di seberang telepon.
"Halo, dengan saya sendiri." jawabnya.
"Pak, kami ada informasi penting. Kami dari pihak kepolisian menemukan mayat istri anda tewas tertabrak truk besar."
"Apa?" Rahman kaget dan ponselnya terjatuh ke lantai.
"Papa, ada apa?" tanya Liani.
"Mama kamu tertabrak mobil truk. Dia sekarang di rumah sakit." jawab Rahman.
"Ayo kita ke sana sekarang Pa." Liani merengek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
XMantan SElaTAN
inalillahi 😢😢😢
2023-02-22
1