Kabar Buruk

Lalu Kirana pun berkendara ke tempat kerjanya. Ketika ia sampai di sana ia melihat Annan sudah bekerja, Annan tidak melihat ke arahnya ketika ia masuk. Kirana juga mulai bekerja, tidak sekalipun mengucapkan sepatah kata pun kepadanya. Ketika waktu istirahat tiba, Kirana pergi ke kafe kecil bersama Citra.

"Jadi Ali dan aku sudah resmi berpacaran sekarang," Ujar Citra sambil tersenyum.

"Kupikir kakakmu akan membunuhnya setelah dia menangkap kalian berdua di apartemen mu di tengah malam waktu itu" Ujar Kirana sambil tersenyum menggoda, Citra tertawa.

"Ya ampun! Aku tidak akan pernah melupakan itu!" Ujarnya dan mulai tertawa lebih keras.

"Kasihan Ali harus berlari keluar dengan celana pendeknya dengan membawa semua pakaiannya sementara Kakak mu mengejarnya dengan pisau daging di tengah jalan," Ujar Kirana tertawa

"Jadi, seberapa sulit meyakinkan kakak mu untuk tidak membunuh Ali?" Lanjut Kirana bertanya sambil meneguk minumannya.

"Itu sangat mudah, aku hanya mengancam akan memberi tahu ibu tentang bagaimana dia berkencan dengan gadis itu bahkan setelah ibu melarangnya," Ujar Citra sambil terus memakan salad nya.

"Tapi bagaimanapun, Ali sangat manis, dia membuatkan ku lukisan yang indah tempo hari untuk peringatan 1 tahun kami," Lanjutnya dengan tatapan menerawang di matanya.

Setelah berbicara dengan Citra beberapa menit kemudian Kirana undur diri ingin ke toilet.

Ketika ia sampai di sana ia melihat ke cermin, ia memiliki lingkaran hitam karena kurang tidur.

"Apa, seperti apa Kirana?" Pertanyaan Citra melintas di kepalanya, Kirana melihat ke arah wastafel

"bagaimana rasanya dicintai..." Lanjut Kirana bergumam.

ia melihat satu air mata jatuh ke wastafel, Kirana merasakan pipinya basah. ia segera menghapus air matanya. Kirana melihat ke arah cermin dan memperbaiki riasannya, ia menarik napas dalam-dalam dan berjalan keluar kamar mandi.

Ketika ia berjalan kembali ke mejanya, Kirana melihat orang lain di sana bersama Citra, Citra menatapnya dan melambai pada Kirana

"Hei Kirana! Lihat siapa yang kutemukan" Kirana melihat orang itu dan ternyata itu Ali

Kirana tersenyum dan duduk.

"Hai Ali bagaimana kabarmu?" Ujar Kirana

"Selain hampir terbunuh beberapa hari yang lalu oleh Calon kakak ipar ku, selebihnya cukup bagus," jawabnya sambil menatap Citra. Citra kembali menatapnya dengan tatapan penuh cinta yang sama di matanya lagi.

"Oh sial, teman-teman, aku harus pergi, aku lupa aku harus melakukan sesuatu di tempat kerja," Ujar Kirana dan berdiri,

"Kirana, apa kamu yakin tidak bisa tinggal?" tanya Citra

"Ya, aku yakin, bye guys," Jawabnya dan meletakkan uang untuk makanannya dan pergi.

Kirana berjalan kembali ke kantor

Ketika ia kembali ke kantor Kirana melihat Annan di sana belum pindah dari tempatnya sekali pun.

"Tuan Annan, apa kau sudah makan?" Ujarnya, dan untuk pertama kalinya hari itu Annan menatap Kirana, Kirana pun menyadari betapa lelahnya Annan.

"Aku tidak lapar," Ujar Annan lalu kembali menatap laptopnya dan mulai mengetik lagi.

Kirana memeriksa waktu dan melihat masih ada 30 menit tersisa untuk istirahat. Kirana meninggalkan kantor dan pergi ke restoran di seberang jalan.

Kirana kembali ke kantor. ia masuk dan lagi-lagi Annan masih mengetik. ia pun berjalan ke mejanya dan menutup laptop itu.

"Mengapa kamu melakukan itu?" Ujar Annan kesal

Kirana menjatuhkan bungkusan itu di atas mejanya.

"Pekerjaanmu akan tetap ada setelah kamu makan," Ujar Kirana. Annan mulai membuka laptop

"Aku hanya perlu menyelesaikan-" Annan mulai tetapi Kirana langsung mengambil laptop Annan hingga membuat Annan memelototinya

"makan dulu, nanti aku kembalikan laptop mu" Ujar Kirana sambil berjalan menuju mejanya.

Annan menyerah dan mulai memakan makanan yang diberikan Kirana padanya.

"bisakah aku mendapatkan laptopku kembali sekarang" Ujarnya. Kirana melihat ke mejanya dan ternyata Annan sudah selesai. Kirana pun bangun dan menyerahkan laptopnya,

"kamu tahu,, tidak sehat melewatkan makan siang" ujar Kirana

"Ya terserah akulah" ujar Annan berkata pada dirinya sendiri. membuat Kirana Tersenyum

"KIRANA!" Kirana mendongak ketika mendengar seseorang meneriakkan namanya,

BRAK

"Kirana! dia!" Ujar Tiara berteriak kacau

"Ti Tiara sedang apa kamu disini?" Ujar Kirana bingung.

Tiara berjalan mendekati Kirana

"Ki kirana ini tentang Kak gilang" bisik Tiara sedih.

"Ada apa dengan Kak gilang?" Ujar Kirana bertanya tiba-tiba hatinya tidak tenang.

"Ka kak Gilang mengalami kecelakaan, mereka tidak tahu apakah dia akan selamat!" Jawab Tiara Sedih

"Dia mengalami kecelakaan... Mereka tidak tahu apakah dia akan selamat..." Ucapan itu terus menggema di telinga Kirana Hingga membuat Lututnya menjadi lemah, jika saja Tiara tidak sigap menangkapnya mungkin sekarang Kirana sudah terjatuh

"Kita harus pergi Kirana" Ujarnya. Kirana mengangguk dan menghapus air matanya dan bangun.

Kirana menoleh ke arah Annan, Annan hanya berwajah Datar seperti biasa

"Aku akan pergi sekarang Tuan Annan, aku minta maaf atas semua keributan yang ku buat," Ujar Kirana dan berjalan keluar kantor tanpa menunggu jawabannya.

Kirana mulai berjalan menuju mobil dengan Tiara di sebelahnya. Kirana berkendara ke rumah sakit, ketika mereka sampai di sana mereka memberi tahu mereka bahwa Gilang masih dalam operasi. Hingga membuat Mereka berakhir di ruang tunggu sambil menunggu dengan cemas sampai lampu operasi mati.

Setelah berjam-jam, lampu akhirnya mati. Dokter pun keluar,

"Mo Morgan" Ujar Tiara dan mulai tersipu.

"Bukankah itu kakak laki-laki Tuan Annan? Dia pasti orang yang menjalankan rumah sakit Winata Ketika Morgan melihat Tiara, dia juga mulai tersipu!" Batin Kirana sambil berjalan ke arahnya,

"Bagaimana kabar Kak Gilang?" Ujar Kirana bertanya. Tiara pun segera berhenti tersipu dan memasang wajah Serius

"Gilang kehilangan banyak darah ditambah lagi siapa pun yang menyakitinya pasti berniat membunuh Morgan karena mereka memukulnya di beberapa organ utamanya, saat ini dia dalam keadaan koma" Ujarnya dengan Datar

"A Apa kau tahu kapan dia akan bangun?" Ujar Kirana Khawatir. Morgan menghela nafas,

"Ini sebenarnya bukan pertanyaan kapan, ini lebih merupakan pertanyaan apakah dia akan bangun!" Ujar Morgan pelan

"aku minta maaf," Lanjutnya, Morgan meletakkan tangannya di pundak Kirana dan berjalan pergi.

"Jika dia bangun? Tidak, tidak, tidak Kak Gilang harus bangun. aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan jika dia tidak hidup. Siapa yang akan ada untuk menghiburku saat aku sedih?"

"Siapa yang akan ada di samping ku ketika aku tidak tahu bagaimana mengatakan 'tidak' kepada orang lain? Siapa yang akan ada di sana ketika aku perlu bersandar pada seseorang? Bagaimana jika dia tidak bangun? Aku merasa lututku mulai lemas lagi memikirkan dia tidak akan bangun." Batin Kirana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!