Setelah menunggu setengah jam, Carl mulai melihat seorang pria yang sebagai pemandu acara mulai berteriak. Memberitahu siapa saja wanita yang akan mereka tawari. Tak lama seorang wanita keluar dengan gerakan tubuh yang begitu menggoda, tampak berpengalaman dan pastinya cantik. Namun Carl tidak tertarik, ia tidak suka dengan wanita yang tampak liar, ia ingin mencari yang seperti Valerie, tampak santai, natural tentunya mahal.
wanita itu pun terjual dengan harga $20.000, penawaran nya begitu panas dan diminati banyak orang.
Lalu beberapa wanita dikeluarkan satu persatu kembali, hingga satu yang membuat Carl tertarik, wanita itu belum tersentuh. "Sial!" pekik Carl saat ia kalah cepat dalam hal penawaran. Carl sudah bersumpah ia tidak akan mengeluarkan lebih dari $40.000 hanya untuk membeli seorang wanita. Carl kadang tak mengerti dengan kursi disebrangnya, ia membeli dua wanita dengan harga fantastis.
"Baiklah, tenang para tuan-tuan. Kami masih menyediakan dua wanita terakhir. Kali ini ada si cantik Amanda."
Carl mempertajam matanya, kaki wanita itu begitu jenjang, lekukan yang pas dan tonjolan yang membuatnya tidak sabar melihat tubuh itu dibalik pakaiannya.
"Amanda, tunjukan wajah cantik mu sayang." Wanita itu melirik dari balik bahunya, mata indah yang tersorot cahaya membuat Carl terdiam, wanita itu berbalik menunjukkan wajah dan tubuh bagian depannya yang hanya ditutupi pakaian ketat itu.
Carl menggelengkan kepalanya. Wanita itu adalah Amber! Tidak mungkin. Keluarga Amber cukup kaya raya dan tidak mungkin pula seorang Amber menjual dirinya pada klub mewah ini.
Carl meyakinkan dirinya bahwa ia tengah terpengaruh minuman keras, ini hanyalah halusinasi. Sudah jelas nama wanita itu adalah Amanda. Terlihat raut wajah wanita itu tampak angkuh atau lebih tepatnya cuek, tak ada senyum diwajahnya.
"Bagaimana jika kita membuka harga dengan $15.000?"
Tanpa menunggu lama, kursi disebrangnya menekan tombol. "$30.000." Carl berdecak, apakah pria itu sudah gila? pria itu akan membeli tiga wanita dalam semalam?! tidak waras.
Carl menekan tombolnya. "$40.000." ujar Carl, membuat sang pembawa acara kegirangan. Carl mengerang saat seorang pria disebelahnya menekan tombol. "$45.000." Tak sampai disitu, beberapa kursi pun menawar dengan harga yang semakin meninggi hingga $60.000.
"$75.000." ujar Carl frustasi, ia mengeluarkan hampir dua kali lipat dari apa yang sudah ia fikirkan.
"Apakah ada yang ingin menawar lebih?" tanya sang pemandu. Tampak tak ada yang menawar lagi, mereka pun akan berfikir dua kali jika membeli seorang wanita hanya untuk satu malam. "Kalau begitu, selamat Amanda, terjual $75.000."
___
Entah siapa yang membelinya, Amber tidak memperdulikan itu, otaknya sibuk menghitung jumlah uang yang akan ia terima, pembagiannya adalah 70% dan 30%. Jika $75.000 maka Amber akan mendapatkan $52.500.
Amber menarik nafasnya panjang dengan kelegaan luar biasa, sudah lebih dari cukup dan masih ada sisa untuk pengobatan Earl selanjutnya. Saat lampu mulai meredup, mata Amber terbebas dari kilauan cahaya itu, ia hendak berbalik kembali ke belakang tirai, namun rasa penasaran nya seketika muncul, ia ingin mengetahui pria apa yang membelinya dengan harga setinggi itu.
Amber menyipitkan matanya, namun nihil, kursi para pembeli itu sangat gelap dan identitas mereka benar-benar terjamin rahasia. "Sekarang giliran Rose. Kau sangat hebat Amanda," ucap seorang wanita yang entah siapa. Membuat Amber mengalihkan pandangannya.
***
Amber hampir tak percaya, ia menatap layar ponsel tanpa berkedip. Hasil pembagiannya sungguh besar, dan kini sudah masuk kedalam rekeningnya. Hanya dalam beberapa jam ia sudah mendapatkan uang sebanyak itu, bahkan melebihi dari apa yang ia butuhkan. "Senang berbisnis dengan mu Amanda, aku harap anak mu segera sehat kembali," ujar pria itu begitu ramah. Amber tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya.
Langkah Amber sedikit ragu saat mulai mendekati mobil pria kaya yang sudah membelinya. Mata Amber mengamati mobil mewah itu, mengintip samar pada jendela gelap mobil untuk melihat sosok pria yang akan bersama dengannya malam ini. Tangan Amber mulai terulur membuka pintu mobil, dengan perasaannya yang tegang dan canggung ia duduk dikursi samping pria itu.
Kening Amber sedikit berkerut, pria itu bukanlah perawakan pria tua yang menyebalkan ataupun bertubuh gempal. Pria itu tampak masih muda dan tampan dari samping, wangi nya benar-benar tercium parfum mahal dan tubuhnya masuk kategori yang diinginkan para wanita. Untuk apa pria sesempurna ini membeli seorang wanita dengan harga mahal?
"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Amber pelan. Pria itu belum juga menoleh pada Amber. Ia tengah menunduk di atas stir dengan jemari yang memijat pangkal hidungnya. Bau alkohol mulai Amber hirup, dan Amber yakin pria ini tengah sedikit mabuk.
Seketika pria itu terbatuk, ia mengambil air mineral yang ada disebelahnya, meminum dengan cepat dan kembali menutupnya. "Maaf, aku terlalu banyak minum, sepertinya aku mulai mabuk." Tepat saat wajah itu berbalik, dunia Amber pun terasa berbalik, ingin rasanya ia menghilang dalam seketika. Bagaimana bisa dari sekian juta pria dan kini yang ada dihadapannya ada Carl! Pria yang Amber benci dan paling ia hindari.
Wajah Amber memucat, tangannya sudah bersiap untuk membuka pintu dan berlari kabur. "Kau ingin kita melakukannya dimana?" tanya Carl. Kening Amber kembali berkerut samar, apa ia tidak mengenali Amber?
Mobil mulai dihidupkan dan sedikit bergerak. "Dimana pun, aku akan mengikuti segala kemauan mu malam ini," jawab Amber. Baiklah, setidaknya Carl akan melupakannya lagi untuk malam ini, yang harus Amber lakukan adalah setelah selesai ia harus kabur dari Carl.
"Baiklah, Amanda," jawab Carl. "Boleh aku tahu nama kepanjangan?"
Amber hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Nama ku hanya Amanda."
Carl terlihat mengangguk pelan. Dan perkataan yang keluar dari mulut Carl cukup membuat Amber was-was. "Kau begitu mirip dengan teman ku," gumamnya pelan. Amber baru saja membuka mulutnya dan hendak menjawab, namun Carl terlebih dahulu memotongnya. "Ah, tapi jangan dipikirkan, mungkin aku hanya terbawa pengaruh minuman," lanjut Carl.
Sesampainya dibasement, Amber turun dari mobil, berjalan masuk kedalam lift dan menyusuri lorong panjang menuju kamar Carl. Amber menelan air liurnya keras saat pintu itu terbuka, kamar ini lagi. "Masuklah, kau ingin minum terlebih dahulu?"
Carl mengiring Amber pada sebuah bar mini miliknya, mereka mengambil gelas yang satu ukuran dan menegak habis air putih itu. "Jujur, sudah lama aku tidak melakukan ini, aku harap kau memberikan apa yang aku butuhkan," ujar Carl, nada bicaranya semakin tak menentu, beruntung mereka bisa selamat diperjalanan tadi dengan kondisi Carl yang tengah mabuk.
Amber hanya mengangguk samar, kini jantungnya kembali berdebar. Tangan Carl mulai mengusap rambut Amber pelan, lalu merain tangan Amber. "Aku rasa sekarang waktunya." Amber hanya mengikuti kemana Carl membawanya, sebuah kamar yang sudah tampak berbeda dari terakhir yang ia lihat.
Mereka kini berdiri dibagian ujung kamar yang terdapat sebuah kursi nyaman. Carl duduk terlebih dahulu, Amber seketika memalingkan wajahnya saat melihat Carl membuka sabuk. "Kemarilah, aku ingin tahu apa yang bisa kau lakukan dengan mulut mu," ujar Carl pelan. Mata Amber membola, ia tidak bisa, tidak mengerti juga tidak ingin!
---
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments