Maura saat ini tanah berada di ruang terbuka, menatap kearah depan dia mana banyak orang berlalu lalang di depan nya, dia mengambil satu batang rokok, lalu menyulutnya di sana, pusat perbelanjaan yang dia datangi nya tadi di bagian samping nya ada ruang bisa di gunakan untuk para penikmat nikotin di sana, menghisap senang pelan menghayati setiap rasa yang masuk ke dalam paru-paru nya, bahkan untuk sebagai orang merokok bisa membuat pikiran yang kalut menjadi encer seketika.
Maura berjalan mengelilingi jalan yang ada di depannya, dia mengkhayal sebuah keinginan yang mungkin sulit untuk diwujudkan.
Dalam angan nya dia berkeinginan akan di lamar secara romantis, lamaran atas dasar cinta dan kasih sayang yang seutuh nya, bersama orang yang benar-benar mencintai nya dalam suka suka dan saling mendukung satu sama lain sampai nanti mereka di pisahkan oleh maut, atau juga dia berkeinginan untuk kembali kepada Nya , bersama belahan jiwa nya.
Tapi dia juga bingung dan ada satu pertanyaan yang belum bisa dia jawab hingga kini.
Dan pertanyaan itu adalah.....
Pernahkah dia jatuh cinta?
Dan pada siapa?
Mungkin dia bisa menjawab pernah, tepat nya delapan tahun yang lalu, dengan cara yang salah dan juga pada orang yang salah.
Dan sial nya lagi,
Orang itu kini sedang berada di lorong ujung seperti tengah menunggu nya.
Benar kah seperti itu, atau mungkin dia hanya berharap saja, bisa saja kan laki-laki itu tengah menunggu salah satu rekan bisnis atau mungkin orang yang dia sewa juga untuk memuaskan nafsu nya.
Sesaat Maura menghentikan langkah nya, niat nya ingin melupakan tapi justru sosok nya kini ada depan mata nya, banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya tentang keberadaan pria itu di sini.
Apa dia menyusul nya?
Atau dia hanya ingin memastikan tentang keberadaan putra nya Arka yang tadi pamit pulang, sendiri.
Satriya berdiri di sana, di depan nya, dengan balutan kemeja biru yang di lipat sampai siku dengan jas mahal nya yang tersampir di tangan kiri nya, dan satu tangan nya dia masukkan ke dalam saku celana bahan yang dia kenakan, dia bersandar ke dinding menanti Maura yang berjalan menghampiri nya.
Raut wajah Satriya terlihat muram di sana, jangan lupakan tatapan dingin nya yang membuat Maura membeku di sana.
Maura kembali pada ingatan masa lalu nya tentang mereka yang sama sekali tidak pernah terlibat pembicaraan sama sekali, mereka belum pernah berbicara, bahkan jika di tanya apa Maura pernah mendengar suara Satriya, jawaban adalah tidak karena sampai saat ini dia belum pernah mendengar suara nya, tadi di dalam kafe tersebut Satriya tidak mengatakan apa pun di sana, hanya menebar kan aura yang membuat nya dan juga Arka tidak bisa bernafas tenang.
Waktu dulu, tepat nya delapan tahun yang lalu, saat mereka melakukan nya semua dalam diam, seakan langsung terkoneksi dengan baik tanpa bicara hanya dengan tatapan mata, mereka langsung tahu apa yang mereka inginkan.
Memang sangat lucu dan juga unik.
Tapi itu memang benar terjadi dan mungkin tidak ada yang mempercayai nya, di sana hanya Maura yang berucap, kata-kata perpisahan di saat terakhir mereka bertemu.
Maura juga tidak lupa, bagaimana raut kecewa dari Satriya saat kata-kata itu terucap dari bibir nya, yang ada di dalam pikiran Maura saat itu dia tidak ingin menjadi simpanan om om konglomerat, dia hanya ingin berhubungan secara profesional, tanpa ikatan dan hanya satu malam saja, satu malam yang sangat di ingin ulangi saat ini, dia menyesal keputusan nya waktu, waktu di mana dia memilih pergi membawa luka hati nya.
Dia, Maura tidak mengenal Satriya.
Namun rasa itu tumbuh begitu saja saat pertemuan kedua mereka, di sana mereka melakukan dengan penuh hasrat, dan saat dia jatuh cinta, dia langsung tahu diri untuk tidak semakin dalam dan terperosok di sana, dia memilih berhenti dan melupakan semua nya, dia tidak ingin jatuh cinta pada orang yang salah, jadi dia memutuskan untuk melontarkan kalimat perpisahan itu.
Dan yang terjadi saat ini sangat lucu bagi mereka, lihat bagaimana semesta mempermainkan mereka, takdir berjalan dan mengatur umatnya sesuai jalur nya.tapi tidak mungkin jika dia hanya akan menjadi penonton saja, dia akan menjadi pemain dari drama yang di ciptakan oleh semesta.
Maura mendekati Satriya, akhirnya setelah sekian purnama kini mereka di pertemukan lagi, mereka berdiri di samping tanaman bunga yang terjejer rapi, mungkin mereka akan mengingat saat ini sepanjang hidup mereka.
Cantik
Gumam Satriya tanpa ada yang bisa mendengar nya.
Cantik yang menyakitkan.
Menikam tepat pada ulu hati nya.
Apakah saat ini mereka akan kembali berkomunikasi lewat tatapan lagi, seperti saat itu, saat yang tidak pernah Satriya lupakan dia setiap hari nya.
Tidak.
Satriya ingin mendengar suara bidadari nya yang kini berdiri tepat di hadapan nya, lagi dan lagi, dia mengagumi keindahan sosok wanita yang memiliki hati nya sepenuh nya.
Dia ingin mendengarkan alunan suara dari wanita yang terdengar merdu di telinga nya, merdu sekaligus menyakitkan, kini netra mereka beradu, dia sangat merindukan wanita itu, dia juga baru tahu kalau nama wanita itu adalah
Maura Hana
Nama yang indah sangat cocok untuk wanita ini.
"Maura" sapa Satriya pada akhirnya.
Maura tersentak saat ini, dia tidak sanggup saat nama nya di panggil oleh pemilik hati nya, debaran jantung nya berpacu sangat cepat seperti sedang melaju di area lari satu kilo meter dan kata menang terbeban penuh di pundaknya, suara Satriya yang tegas dan dalam itu membuat nya ragu untuk membalasnya.
Dia bingung harus memanggil nya dengan sebutan apa?
Pak.
Om
Bos
Atau mungkin tuan besar, seperti di novel-novel yang selalu kakak nya baca itu.
"Satriya"
Pria itu tersenyum tipis dan itu membuat Maura tertegun senyum laki-laki itu bagai ektasi yang membuat nya,
Candu.
Bisa di pastikan kalau Satriya juga merasakan hal yang sama dengan Maura, tapi yang jelas Satriya mengijinkan nya memanggil nama nya tanpa sebutan apa apa dengan santai tanpa panggilan apa pun.
Jelas dari tatapan Maura, kalau perasaan mereka sama, saling tertarik satu sama lain sejak dulu.
Mungkin bukan sekedar tertarik, tapi lebih menjurus pada satu hal yang perlu penjabaran jelas di antara keduanya.
"Bagaimana kabar mu?" Tanya Satriya.
"Seperti yang kamu lihat, masih seperti ini keadaan ku." Kata Maura
Satriya tersenyum sambil menatap dari ujung rambut hingga kaki nya, dengan Maura yang santai menyesap nikotin yang terselip di jari nya.
"Terima kasih"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Chiisan kasih
wuih keren maura ngrokok, visualnya dong
2023-02-25
1
mom_abyshaq
selamat pagi
2023-02-11
1
Bangu Thry Wulandari
aku datang ya kak... ☺☺
2023-02-04
2