Setelah mengambil makanan, beberapa saat kemudian melihat Austin telah berjalan mendekat sambil membawa piring berisi makanan.
"Sayang, aku suapi sekalian." Austin menarik kursi dan duduk di hadapan sosok wanita di hadapannya tersebut.
Namun, ketika hendak menyuapkan makanan ke dalam mulut Diandra, memicingkan mata begitu melihat sikap aneh sang istri. Saat berniat untuk bertanya, mendengar suara bariton dari sang ibu.
"Jangan membuat Diandra terlalu lelah hari ini karena kondisinya belum sepenuhnya sehat. Lihatlah sekarang, menantu kami malah seperti tengah tertekan. Kamu pasti sangat gugup hari ini, kan?"
Dengan menahan rasa sakit, Diandra saat ini hanya menganggukkan kepala. "Bukankah semua mempelai pengantin merasa sangat gugup di hari pernikahan, Ma? Jadi, aku merasa jika ini bukanlah sesuatu yang perlu dipikirkan."
Saat Austin ingin mengucapkan kalimat untuk membiarkan Diandra berkomentar, seketika membulatkan mata begitu melihat jika sosok wanita yang baru saja dinikahi tiba-tiba pingsan dengan tubuh terhuyung ke belakang.
"Sayang!" Austin seketika menahan bagian belakang tubuh Diandra agar tidak semakin terhuyung ke belakang.
"Diandra!" Rina Rosmala benar-benar sangat terkejut jika kekhawatirannya menjadi nyata.
"Putriku!" Orang tua Diandra yang tadinya berbicara dengan besannya mengenai pertanyaan putri mereka tadi ketika merasa ragu atas keputusan mendadak itu dan merasa sangat terkejut.
"Cepat bawa istrimu ke kamar, Austin!" teriak Malik Matteo yang melihat beberapa sanak saudara seperti khawatir.
"Panggil dokter keluarga agar segera datang." Rina Rosmala yang benar-benar sangat khawatir pada menantunya, kini merasa bersalah.
Sementara itu, Austin segera mengiyakan perintah dari sang ibu untuk menggendong tubuh sang istri masuk ke dalam kamar. Bahkan diikuti oleh orang tua dan mertua ketika masuk ke dalam lift yang memudahkan mereka ke lantai dua.
Kemudian membaringkan tubuh sang istri begitu berada dalam kamarnya. "Aku sama sekali tidak menyangka jika ternyata istriku tidak fit hari ini."
Austin beralih menatap mertuanya karena ingin menanyakan tentang sesuatu. "Apa hari ini istriku mengeluhkan kondisi tubuhnya, Ayah, Ibu?"
Refleks Romy Sudrajat dan Laksmi Mustika saling bersitatap sambil mengingat tentang perihal Diandra. Hingga beberapa saat kemudian, mengetahui hal yang terlupakan.
"Apa karena Diandra tengah menyimpan berbagai macam pertanyaan di pikirannya, sehingga terlalu membebankan otak dan pastinya dari tadi tengah menahan kesakitan di depan semua orang?"
Tomy yang berpikir jika selama ini belum pernah masuk ke ruangan kamar mewah seorang konglomerat, melihat jika hiasan sudah berantakan di bawah tubuh putrinya.
Tanpa berpikir panjang karena sangat khawatir pada keadaan Diandra, Austin mengeluarkan ponsel untuk menghubungi dokter pribadi keluarga mereka.
"Biar dokter yang memeriksa istriku karena sibuk menebak adalah kesalahan yang fatal dan mengetahui jika itu sangat membahayakan."
Saat ini, Austin menunggu panggilan diangkat, hingga begitu mendengar suara bariton dari seberang telpon, refleks menoleh ke arah wanita di atas ranjang yang tadinya pingsan, kini bersuara.
"Aku tidak apa-apa. Hanya saja kepalaku sangat pusing karena memikirkan tentang sesuatu yang mengganggu," lirih Diandra yang baru saja membuka mata dan berpikir jika ingin jujur agar tidak membuat semua orang khawatir.
Semua orang yang berada di dalam ruangan kamar, kini merasa sangat lega begitu melihat Diandra yang pingsan sudah sadar setelah sebelumnya tadi sang ibu sibuk memberikan minyak angin pada beberapa bagian yang dianggap bisa menyadarkan.
"Syukurlah kamu sudah sadar, putriku. Semua orang sangat khawatir ketika kamu tadi tiba-tiba pingsan. Apa yang kamu rasakan sekarang? Apakah kamu memikirkan sesuatu tadi?"
Sang ayah yang juga merasa sangat lega, kini seketika melanjutkan perkataan sang istri. "Dokter menyarankan bahwa kamu belum boleh terlalu memforsir kinerja otak karena akibat kecelakaan itu. Aku yakin jika kamu tadi membebani otak, hingga berakhir kehilangan kesadaran."
Tidak ingin Diandra kembali pingsan, Austin refleks membuka suara untuk berkomentar. "Ayah, Ibu, sebaiknya jangan banyak bertanya pada Diandra. Bukankah yang paling penting sekarang adalah istriku sudah sadar?"
"Biar dokter yang nanti akan memeriksa, agar mengetahui bagaimana keadaan istriku dan memberikan obat."
Kemudian beralih menatap ke arah orang tuanya di sebelah kiri. "Papa dan Mama keluar saja karena ada banyak saudara di bawah."
Malik Matteo dan sang istri kini saling bersitatap dan membenarkan perkataan putra mereka. "Iya, kamu benar. Pasti mereka juga ikut mengkhawatirkan keadaan Diandra. Biar kami memberitahu mereka bahwa menantu sudah sadar."
Lina Rosmala kini menganggukkan kepala dan menatap ke arah menantu yang masih terbaring telentang di atas ranjang dengan dihiasi bunga mawar merah.
Kemudian berjalan mendekat dan mengusap lembut lengan sang istri. "Beristirahat saja di kamar. Kami akan mengabarkan pada sanak saudara bahwa kamu tidak apa-apa."
Diandra yang tadinya ingin mengatakan sesuatu mengenai hal yang membuatnya merasa seperti pernah berada di situasi sama, kini mengurungkan niat dan berpikir jika orang tua dan mertuanya tidak perlu mengetahui.
Kini tersenyum simpul pada mertuanya. "Aku tidak apa-apa, Ma. Jangan khawatir."
Kemudian ia beralih menatap ke arah orang tua. "Jangan khawatirkan aku, Ayah, Ibu. Aku tadi hanya pusing sedikit dan mungkin ini efek gugup pada acara hari ini."
Meskipun sebenarnya merasa sangat khawatir pada keadaan putri mereka, Romy dan Laksmi dan yang tadinya berpikir jika Diandra tengah mengingat sesuatu mengenai masa lalu, kini merasa sedikit lega.
"Syukurlah jika semuanya baik-baik saja." Laksmi yang melihat kode dari sang suami, kini mengerti dan memilih bangkit berdiri dari tepi ranjang. "Ibu akan membuatkan minuman hangat untukmu."
Sementara Romy yang dari tadi berdiri di dekat ranjang, kini juga menyahut, "Ayah akan membantu ibumu." Kemudian berjalan mengekor sang istri yang sudah berjalan keluar kamar.
Diandra yang hanya diam karena tadi mengangguk perlahan dan melihat siluet para orang tua meninggalkannya hanya bersama dengan Austin, kini bersitatap dengan iris berkilat tersebut.
Austin yang langsung mendaratkan tubuh di tepi ranjang sebelah sang istri, kini menggenggam erat telapak tangan dengan jemari lentik itu. "Beristirahatlah, Sayang. Aku akan menungguimu di sini. Acara hari ini membuatmu terlalu lelah. Jadi, akhirnya pingsan seperti tadi."
Meskipun sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin diajukan olehnya pada Diandra, tapi menahan diri karena berpikir jika saat ini sang istri butuh istirahat. Namun, saat ini merasakan jika tangannya semakin digenggam oleh wanita yang menatapnya dengan sorot mata penuh pertanyaan.
"Bukan karena lelah aku pusing dan pingsan tadi, tapi ...." Diandra merasa bingung bagaimana harus memulai bercerita.
Hingga menemukan kalimat yang dianggap sangat cocok dan kembali meneruskan ucapan. "Sekarang kita sudah menjadi suami istri. Jadi, aku tidak ingin ada hal yang disembunyikan. "Bukankah rumah tangga kita akan harmonis jika tidak ada rahasia di antara kita?"
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments