Saat tadi Diandra mendengar suara bariton dari supir keluarga Matteo yang khusus menjemput di apartemen, menatap ke arah rumah dengan dikelilingi tembok tinggi menjulang dan bahkan ini pertama kali akan memasuki area yang sangat luas tersebut.
Hingga menyadari bahwa kalimat terakhir dari sang ayah yang masih menatapnya tersebut benar adanya. "Sepertinya aku terlalu terbuai dengan cinta yang selama ini ditunjukkan oleh Austin. Jadi, sampai lupa diri dari mana berasal."
"Baiklah, Ayah memang benar. Mulai sekarang, aku tidak akan pernah bertanya apapun atas semua yang dilakukan oleh Austin dan juga keluarganya karena itu adalah sebuah hal terbaik untuk kami."
Diandra mengakhiri perkataan dengan pandangan melihat kanan kiri area halaman luas yang sangat luas dan dipenuhi oleh tanaman hias serta beberapa pohon rimbun terawat.
"Bahkan halaman rumah keluarga Matteo luasnya seperti lapangan bola di kampung kita. Sekarang aku sadar jika perkataan Ayah serasa menamparku." Diandra bisa melihat jika beberapa orang sudah berdiri menyambut kedatangannya.
Hingga beberapa saat kemudian melihat pasangan suami istri yang tak lain adalah calon mertuanya baru saja keluar dari pintu utama. Disusul calon suami yang terlihat berjalan cepat untuk menghampiri mobil.
Tentu saja ia selalu merasa sangat terharu melihat sigapnya pria yang akan menjadi suaminya hari ini karena buru-buru mendekat. Tentu saja untuk membantunya turun dari mobil dengan cara menggendong ke kursi roda setelah menatapnya tidak berkedip dan tersenyum simpul.
Sementara tadi saat berangkat dari apartemen, dibantu sang ayah dan supir dengan sangat kesusahan dan membuatnya merasa frustasi. Ia ingin segera kembali berjalan agar tidak sepenuhnya menggantungkan hidup pada orang lain.
Apalagi akan menjadi seorang istri dari seorang pria hebat nan tampan sekelas Austin Matteo. Jujur saja ia takut karena di luaran sana banyak sekali wanita penggoda yang mengincar pria yang berasal dari keluarga konglomerat tersebut, tapi berusaha untuk tidak semakin membebani pikiran dengan hal-hal negatif seperti itu.
Beberapa saat lalu, Austin yang terlihat sudah siap mengenakan setelan jas lengkap berwarna hitam putih itu berdiri di balkon dan beberapa saat kemudian melihat mobil keluarganya yang menjemput mempelai pengantin wanita telah tiba.
Tentu saja ia buru-buru berlari turun karena ruangan kamarnya ada di lantai dua.
Kemudian ia langsung menyapa calon mertua terlebih dahulu dan beberapa saat kemudian menurunkan tubuh calon istri di kursi roda, berbisik lirih di dekat daun telinga. "Sayang, kamu sangat cantik hari ini. Aku seperti hampir tidak mengenalimu."
Austin sama sekali tidak berbohong karena memang penampilan mempelai pengantin wanita terlihat sangat memesona dan merasa sangat beruntung karena sebentar lagi sosok wanita yang sudah lima tahun lebih berpisah darinya tersebut akan seutuhnya menjadi miliknya.
Sementara itu, Diandra yang saat ini tersipu malu dengan wajah makin merona, merasa seperti seorang gadis remaja yang baru jatuh cinta. Namun, tidak mengakui bahwa ia sangat bahagia mendapatkan pujian dari Austin dan juga menganggap adalah pria paling tampan yang pernah dijumpai.
"Kamu benar-benar sangat pandai membual."
"Aku jujur, Sayang. Mana ada membual. Astaga! Apa perlu aku membuktikan dengan bertanya pada semua orang yang ada di sini?" Austin kini sudah berdiri di belakang kursi roda karena ingin mendorong ke halaman depan sebelah kiri yang ada meja kursi untuk acara pernikahan.
Meskipun orang yang menikahkan belum tiba, tapi ia baru saja mendapatkan informasi jika orang tersebut sudah dalam perjalanan dan mungkin beberapa menit lagi tiba.
Refleks Diandra mencubit tangan calon suami agar tidak semakin berbuat hal konyol. "Jangan membuatku malu. Iya, aku percaya kalau memang cantik karena tadi para make up artist meriasku selama dua jam."
"Aku malah merasa saat ini seperti tengah memakai topeng di wajahku. Semoga tidak menimbulkan efek karena selama ini jarang memakai make up." Diandra yang baru saja mengungkapkan kekhawatiran, kini menyapa calon mertuanya yang baru saja mengobrol dengan orang tuanya.
Hingga melihat ada dua mobil masuk dan kembali mendengar suara bariton dari pria di belakangnya.
"Sepertinya itu mobil orang yang akan menikahkan kita. Aku baru ingin menelpon sudah sampai mana, ternyata sudah tiba. Syukurlah, jadi tidak membuatmu terlalu lama menunggu." Austin kini sudah berada di balik meja panjang yang nanti akan menjadi tempat pernikahan mereka.
Kemudian berdiri di sebelah mempelai pengantin wanita untuk ikut menyapa beberapa orang yang baru saja tiba tersebut.
Melihat orang tua dan calon mertuanya menyapa terlebih dahulu, sehingga menunggu giliran menyapa. Hingga merasakan jika jas yang dipakai ditarik pada bagian lengan olah wanita di kursi roda tersebut, sehingga refleks menoleh.
"Apa kamu gugup?" tanya Diandra yang mendongak menatap ke arah wajah dengan pahatan sempurna tersebut.
"Sedikit." Austin menjawab dengan memberikan sebuah kode memakai ibu jari dan telunjuk.
"Kenapa aku tidak gugup sama sekali? Padahal kata teman-temanku dulu, mereka bahkan sampai tidak bisa tidur karena memikirkan hari pernikahan," ucap Diandra yang saat ini langsung menyunggingkan senyuman begitu melihat beberapa pria yang salah satunya akan menjadi wali hakim untuk menikahkan mereka.
"Sepertinya mempelai pengantin sudah sangat siap hari ini," sapa seorang pria berseragam jas lengkap yang menatap wajah pasangan di hadapan.
Austin refleks tersenyum simpul dan menjabat tangan satu-persatu orang-orang tersebut. "Tentu saja kami sudah sangat siap dan ingin segera sah menjadi pasangan suami istri, Pak."
Kemudian Austin secara khusus mempersilakan agar beberapa orang yang baru saja datang tersebut segera duduk di tempat yang telah disediakan. Meskipun tadi sudah mendengar orang tuanya telah lebih dulu melakukan.
"Kalau begitu, lebih baik kita mulai sekarang karena kedua mempelai telah siap."
Kini, Austin menganggukkan kepala dan refleks mendaratkan tubuhnya di dekat calon istri yang menurutnya sangat cantik tersebut dan mulai mendengarkan beberapa penjelasan mengenai tentang pernikahan dan bagaimana lafal yang akan diucapkan ketika menikah.
Sementara itu, Diandra yang tadi belum mendengar tanggapan dari Austin, merasa sangat aneh dengan apa yang terjadi.
'Kenapa aku seperti merasa pernah berada dalam posisi seperti ini? Apa ini yang dinamakan Dejavu?' gumam Diandra di dalam hati yang tidak bisa fokus mendengarkan penjelasan karena sibuk sendiri dengan pemikiran aneh di kepala.
Sementara di sisi lain, orang tua Diandra saling bersitatap karena merasa sangat khawatir jika nasib putri mereka akan berakhir seperti pernikahan pertamanya dulu.
'Semoga ini akan menjadi pernikahan terakhir untuk putriku dan bisa hidup bahagia,' gumam Laksmi Mustika yang saat ini merasakan usapan lembut pada punggung tangan karena sang suami seolah seperti tengah memberikan sebuah semangat karena mengerti apa yang dipikirkan.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
gaby
Aq ngulang baca dr awal lg thor, karena kmrn bacanya ngebut begadang semaleman, makanya agak krg paham. Pas dibaca ulang ternyata Diandra dah cerai sm Yoshi. Apakah Yoshi selingkuh,makanya mereka kecelakaan karena terlibat pertengkaran di dlm mobil. Kalo emang mreka cerai karena Yoshi slingkuh, mending Yoshi mati aja endingnya. Aq ga rela aja kalo suami pengkhianat endingnya nikah sm slingkuhannya & hdp bahagia. Aq sering gondok baca novel on going sampe ratusan Bab, eh endingnya suami pengkhianat & sang pelakor seolah dbuat kena karma cm sdikit, abis itu bahagia selamanya
2023-03-19
1