Lina yang saat ini masih menatap intens putranya, memilih untuk melanjutkan pemikirannya. "Sepertinya ia memang mengalami masalah pada syaraf dan juga suara. Nanti atau besok, mungkin akan ada informasi lagi. Bersiaplah dengan berbagai macam kemungkinan."
"Iya, Ma. Tidak perlu khawatir karena keyakinanku sangat kuat bahwa Diandra adalah jodohku karena meskipun sekuat apapun menghindariku, tetapi takdir berpihak padaku. Hal itulah yang membuatku sangat yakin. Bahwa pada faktanya, saat ini pria itu bukan siapa-siapa untuk Diandra."
Meskipun sebenarnya merasa tidak tenang pada putranya, tetapi Lina Rosmala berusaha untuk tidak terlihat gelisah sekaligus khawatir.
"Itu memang benar dan buktinya adalah Aksa, bukan? Baiklah, Mama harus keluar dan mengecek pekerjaan para pelayan dulu. Kamu bisa bersiap, meski acara masih lama." Tanpa menunggu jawaban, ia pergi meninggalkan putranya tersebut.
Austin hanya diam mengamati siluet sang ibu dan kembali ke ruangan pribadinya. Kemudian menatap ke arah ranjang king size yang sudah dihias oleh orang-orang suruhan orang tua.
"Malam ini, aku tidak akan sendirian di ranjang itu dan menegaskan bahwa akulah jodoh Diandra, bukan Yoshi. Kamu tidak akan bisa merebut Diandra dariku meskipun sadar dan kembali ke sini."
Karena tidak bisa menahan diri atas perasaan membuncah yang dirasakan, kini Austin memilih menelpon calon istri. Hingga beberapa saat kemudian terdengar suara dari seberang telpon.
"Halo."
"Sayang, aku sangat mencintaimu," ujar Austin yang kini tengah menyalurkan rasa gelisah agar berubah lebih tenang.
Meskipun merasa jika terdengar sangat konyol karena tiba-tiba mengungkapkan perasaan pada calon istri, Austin sama sekali tidak memperdulikan jika dianggap lebay.
Sementara itu, Diandra yang saat ini masih dirias, hanya tersenyum simpul dan sangat bahagia karena selalu saja mendapatkan cinta yang melimpah ruah dari pria yang dianggap adalah Dewa penolong berhati malaikat.
"Apa kamu menelpon hanya untuk bicara itu?"
"Iya, hanya itu. Apa tidak boleh?" ujar Austin dengan mengamati wajahnya di cermin dan tengah membandingkan dengan wajah seseorang.
Meskipun hanya mengingat sekilas wajah orang itu, tapi merasa percaya diri jika ia jauh lebih tampan.
"Bukan tidak boleh, tapi karena aku sedang sibuk dirias saat ini. Jadi, tidak ingin menganggu konsentrasi dari para make up artist."
"Baiklah. Aku mengerti, Sayang. Sekarang hanya ingin mengucapkan sesuatu dan tidak butuh waktu lama."
"Apa? Katakan saja." Diandra makin aneh atas sikap calon suami hari ini, tetapi tidak ingin banyak bertanya.
Bukan juga ingin membuat ilfil Austin kesal atas sikapnya setelah melihat kebaikan pria yang sebentar lagi akan merubah statusnya.
"Jangan pernah menatap pria lain selain aku setelah kita resmi menjadi suami istri. Jangan menduakan cintaku karena aku hanya mencintaimu. Apa kamu mengerti?" Austin sedikit merasa lega setelah mengungkapkan semua dan berharap wanita di seberang telpon akan mengingat itu.
***
Wanita dengan mengenakan kebaya berwarna putih saat ini sudah berada di dalam mobil yang melaju menuju ke keluarga calon mertua karena memang pernikahan diadakan di sana. Setelah tadi mendapatkan telpon dari pria yang beberapa jam lagi akan menjadi suami, ia hanya menjawab singkat ketika Austin mengungkapkan kekhawatiran.
Bahwa pria itu seperti takut jika ia tertarik pada orang lain dan berselingkuh. Bahkan Diandra tadi tertawa begitu mendengar apa yang dikatakan Austin karena berpikir bahwa itu terlalu berlebihan.
'Seharusnya aku yang mengatakan itu padanya. Namun, kenapa malah pria yang nyaris sempurna tanpa cela itu takut kehilangan wanita cacat miskin sepertiku? Kenapa aku merasa jika semua sikap dan perhatian Austin padaku sangat aneh?' gumam Diandra yang kini menoleh ke arah sang ibu di sebelahnya.
"Ibu, apa tidak merasa ada yang aneh dengan Austin? Aku melihat kalian sangat akrab seperti sudah lama mengenal calon menantumu itu. Apalagi tuan Malik Matteo yang mengatakan jika pernikahan ini hanya sederhana tanpa mengundang awak media."
Diandra sebenarnya sama sekali tidak mempermasalahkan jika tidak ada resepsi pernikahan besar-besaran karena Austin notabene adalah putra tunggal dari pengusaha terkenal, tapi yang dipikirkan adalah alasan utama mungkin karena kondisinya.
Bahwa istri dari seorang putra pengusaha sukses dan sekarang menjadi CEO di perusahaan adalah karena ia dalam keadaan cacat. Jadi, keluarga mertuanya tidak ingin mempublikasikan mengenai menantu yang hanyalah seorang wanita cacat.
"Apa kamu kecewa karena sama sekali tidak ada resepsi pernikahan besar-besaran seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang-orang kaya?" Sosok wanita paruh baya yang kini terlihat rapi memakai kebaya balik bertanya karena jujur saja tengah lari dari pertanyaan sang putri kesayangan.
Wanita bernama Laksmi Mustika itu tidak mungkin mengungkapkan alasan utama bahwa keluarga Matteo ingin melindungi putrinya dari pertanyaan para awak media yang pastinya akan mengungkapkan bahwa baru bercerai dengan suami pertama.
Bahkan pernikahan itu dulu dilakukan dengan banyak awak media meliput karena keluarga Narendra memang saat itu memutuskan untuk menggelar resepsi besar-besaran.
"Aku bertanya untuk mendengar pendapat Ibu. Kenapa malah tanya balik?" Diandra
yang kini mengerucutkan bibir, beralih menatap ke arah kursi depan.
Di mana sang ayah ada di sana. "Ayah, menurutmu bagaimana? Aku bukan mengharapkan keluarga Austin menggelar pesta pernikahan megah seperti yang sering kulihat di televisi dari para konglomerat seperti mereka."
"Hanya saja, berpikir mungkin alasan mereka melakukan itu karena kondisiku yang seperti ini." Diandra menunduk menatap kedua kakinya yang terkena imbas dari kecelakaan.
Bahkan ia merasa sangat aneh karena sama sekali tidak mengingat bagaimana bisa kecelakaan. Namun, ketika bertanya pada dokter, hanya diberikan jawaban jika itu efek dari syaraf yang mengalami shock berlebih, sehingga memori hilang pada saat mengalami kecelakaan.
Sementara itu, pria paruh baya yang tak lain bernama Romy Sudrajat seketika bergerak untuk bisa menatap putrinya yang tengah menunduk. Kemudian beralih pada sang istri yang tengah memberikan sebuah kode agar mewakili untuk memberikan sebuah alasan.
"Bukan seperti itu, Putriku. Tuan Malik Matteo sudah menjelaskan alasan mengapa pernikahan dilakukan secara tertutup dengan dihadiri oleh sanak saudara saja. Mereka tidak ingin kondisimu drop karena belum sembuh sepenuhnya dari kecelakaan."
"Setelah kondisimu benar-benar jauh lebih baik, akan menggelar konferensi pers untuk mengungkapkan status kalian. Kemudian resepsi pernikahan diadakan setelah itu dilakukan. Jadi, jangan berpikir macam-macam atau hal buruk pada mertuamu."
Saat Romy baru saja menutup mulut setelah mengungkapkan alasan yang sudah dipertimbangkan dan juga dibantu oleh calon besannya karena memang berjaga-jaga jika Diandra bertanya.
Hingga ia tersenyum simpul begitu sang supir mengatakan jika mereka telah tiba di depan rumah megah bak istana keluarga Matteo dengan pintu gerbang tinggi menjulang tersebut.
"Jangan membuat acara hari ini gagal karena kekhawatiranmu itu, putriku. Kamu sangat beruntung karena bisa mendapatkan seorang pria yang sangat mencintaimu dengan tulus. Jadi, harus bersyukur karena kita hanyalah berasal dari keluarga miskin dan jangan sampai lupa diri."
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
syantie
lnjut Thor cemungut💪💪💪
2023-01-18
3