Saat ini, Austin mendengarkan perkataan penghulu yang saat ini berada di depannya yang menjelaskan bahwa melafalkan kalimat akad nikah.
Karena kalau sampai terjadi kesalahan penyebutan nama, mahar, kata-katanya belepotan, berhenti dan terdiam di tengah yang tidak dalam satu napas, maka pengucapannya akan tidak sah dan di ulang kembali. Tidak jarang pengantin laki-laki yang sering lupa dan salah ketika mengucapkan kalimat pernikahan dan harus diulang berkali-kali.
Kini, Austin menganggukkan kepalanya tanda mengerti semua ucapan pria yang berada di hadapannya tersebut. Hingga begitu ia siap, lalu menjabat erat pria tersebut yang mulai mengucapkan kalimat.
Setelah itu dengan lantang Zayn mengucapkan kalimat sakral yang akan menegaskan dirinya sah menjadi suami wanita yang sangat dicintai dengan mahar uang seratus juta dan satu set perhiasan.
“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Austin Matteo bin Malik Matteo dengan Diandra Ishana binti Romy Sudrajat dengan maskawinnya berupa satu set perhiasan dan uang satu Miliar tunai.”
Dengan satu kali tarikan napas, Austin mengucapkan kalimat dengan suaranya yang tegas dan lancar.
Saya terima nikahnya dan kawinnya Diandra Ishana binti Romy Sudrajat dengan mas kawin satu set perhiasan dan uang satu Miliar dibayar tunai."
Pria yang merupakan penghulu tersebut bertanya pada beberapa orang saksi yang berada di dekatnya. ""Bagaimana para saksi, sah?"
Para saksi tersebut merupakan sanak saudara keluarga Matteo dan sudah diberitahukan tadi sebelum mempelai pengantin tiba, agar merahasiakan pernikahan Austin dan Diandra dari awak media.
Akhirnya dengan serempak semua orang yang berada di sana menjawab. "Sah!"
Semua orang yang hadir awalnya merasa suasana penuh dengan ketegangan karena khawatir jika sampai mempelai pengantin pria melakukan kesalahan dalam berucap, tetapi begitu Austin berhasil menyelesaikan kalimat pernikahan, seketika semua orang merasa sangat lega dan ikut bahagia.
"Alhamdulillah." Semua orang yang hadir merasa sangat lega begitu mempelai pengantin pria berhasil menyelesaikan kalimat akad nikah.
"Sekarang Tuan Austin sudah sah menjadi suami dari Nona Diandra Ishana. Sekarang bisa langsung menandatangani surat nikah!" Penghulu menatap pengantin pria yang sudah berubah status tersebut dengan penuh hormat.
Wajah Diandra yang tadinya terlihat sangat terkejut karena sama sekali tidak menyangka jika mahar yang diberikan oleh Austin sebanyak itu. Ingin ia menangis karena merasa sangat terharu saat pria yang kini menjadi suaminya tersebut terlalu banyak berbuat baik hanya demi wanita sepertinya.
Namun, langsung berbinar begitu mendengar penjelasan dari pria yang berada di depannya.
Diandra menoleh ke arah Austin yang telah benar-benar sah menjadi suaminya dan langsung mencium punggung tangan. Sudut bibirnya melengkung keatas saat menatap pria yang terlihat sangat jelas bahagia karena tidak berhenti menyunggingkan senyuman dari tadi.
Austin kini sudah mencium kening Diandra untuk mengungkapkan perasaan bahagia sekaligus terharu karena perjuangan tidak sia-sia.
Kemudian keduanya mulai menandatangani buku nikah yang disodorkan oleh pria yang berada di depannya.
Setelah itu, pria yang menikahkan tersebut mulai membacakan doa untuk mendoakan mempelai.
Semua orang yang berada di ruangan tersebut langsung menengadahkan kedua tangannya sambil mengamininya.
Acara pun telah selesai setelah sebelumnya ada sesi foto saat kedua mempelai sama-sama menunjukkan buku nikahnya ke hadapan fotografer handal yang sengaja dibayar mahal untuk mengabadikan momen bersejarah tersebut.
Austin langsung menjabat tangan penghulu tersebut yang berpamitan kepadanya. "Terima kasih, Pak."
"Iya sama-sama, Tuan Austin. Semoga rumah tangga yang baru Anda bina ini dirahmati oleh Tuhan dengan menjadi keluarga yang bahagia selamanya. Kalau begitu, saya pamit undur diri karena masih ada lagi yang harus saya nikahkan hari ini!" Akhirnya pria tersebut bangkit dari kursi.
Tentu saja Austin mengaminkan doa tersebut dan melihat orang tuanya juga mengucapkan terima kasih.
Salah satu orang kepercayaan Malik Matteo langsung membuka tas berwarna hitam dengan ukuran yang cukup besar seraya mengambil amplop dengan isian yang terlihat tebal dan memberikannya kepada pria berumur tersebut.
Sementara yang lain sudah sibuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai pengantin.
Senyuman mengembang dari Austin dan Diandra seolah mewakili perasaan mempelai pengantin tersebut jika hari ini sangat bahagia karena sudah sah sebagai suami istri.
Bahkan Austin yang merasa bahwa sekarang jauh lebih gugup karena telah sah menjadi istri wanita cantik yang duduk di kursi roda tersebut dan bisa melakukan apapun hari ini.
Beberapa menit kemudian, ia merasa sangat lega karena sudah tidak ada lagi yang mengucapkan selamat dan para sanak saudara sibuk menikmati makanan yang disajikan hari ini.
"Kamu mau makan apa, Sayang? Biar kuambilkan. Aku ingin kita makan sepiring berdua."
Austin kini menoleh ke arah pria yang terlihat menatapnya dengan intens dan terlihat cinta begitu besar dari iris berkilat itu. Namun, melihat itu malah merasa sangat bersalah.
"Harusnya aku yang melayanimu, bukan malah merepotkan suami. Apa kata sanak saudara dari keluarga Matteo jika melihatmu melayaniku?" Diandra bahkan tadi bisa melihat jika tatapan beberapa orang, khususnya wanita, seperti tidak menyukainya.
Namun, berakting tidak tahu dan memilih untuk fokus pada diri sendiri dan juga sang suami yang sangat mencintainya. Hingga mendengar jawaban dari Austin, semakin membangkitkan kepercayaan diri.
"Aku menikahimu bukan ingin kamu melayaniku dengan kondisimu yang seperti ini. Kita bisa bekerjasama dalam hal apapun. Jadi, tidak menyerahkan semua urusan rumah tangga padamu karena kamu bukan pelayan, tapi ratuku." Austin mengusap lembut pundak sang istri dan tersenyum.
Kemudian beralih menatap ke arah kerumunan orang-orang yang tengah bersantai sambil menikmati makanan. "Jangan lebih mementingkan pemikiran orang lain karena hal yang lebih penting adalah perasaan kita."
"Aku ambil makanan dulu dan karena tadi kamu tidak menjawab, jadi harus menerima yang kupilihkan." Kemudian berjalan menuju ke arah meja panjang dengan banyaknya aneka jenis makanan tersebut.
Saat Diandra tadi hanya menganggukkan kepala tanpa bisa berkata-kata karena benar-benar sangat terharu atas jawaban dari Austin, kini melihat sang suami sudah fokus memilih makanan, teringat dengan janji pada orang tuanya.
Namun, merasa sangat aneh ketika momen pernikahan beberapa saat lalu yang seperti pernah dialami. Refleks langsung menggeleng perlahan.
'Tidak. Itu hanya perasaan konyol saja. Mana mungkin aku pernah mengalami situasi seperti ini karena baru pertama kali menikah. Mungkin karena pengaruh dari kecelakaan seperti yang dikatakan oleh dokter. Bahwa syaraf di otakku mengalami masalah.'
Diandra masih sibuk bertanya-tanya di dalam hati dan berpikir jika saat ini otaknya tengah kacau. Hingga kepalanya yang tadi dipaksa untuk mengingat sesuatu, kini terasa nyeri.
"Aarrh ... kepalaku," lirih Diandra yang masih berusaha terlihat kuat karena menahan rasa sakit tersebut.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments