Episode 2

Assalamu' alaikum Warohmatullahi Wabarrokatu semoga kalian suka dengan ceritanya dan jangan lupa setelah baca tinggalkan jejak kalian dengan cara like, tekan gambar love, komen dan vote.

----------

" Gue tidak akan menceraikanmu begitu mudah Mutia." Gumam Dokter Nando dalam hati tersenyum misterius.

Jadi apa keputusan kalian mau menikah atau diarak keliling kampung?." Tanya Pak Rt setelah melihat Dr. Nando dan Mutia keluar dari tempat mereka berdiskusi.

" Kami sudah memutuskan untuk menikah." Jawab Dr. Nando.

" Baguslah kalau begitu, kami semua telah memutuskan bahwa kalian akan menikah hari ini juga dan kami juga sudah mendaftarkan pernikahan kalian ke KUA. Lebih baik sekarang mbak ikut dengan istri saya untuk didandanin, sambil menunggu pak penghulu datang." Ucap Pak Rt menjelaskan dan Mutia menganggukan kepala mengerti dan berjalan mengikuti Bu Rt.

" Silahkan masuk mbak." Ucap Bu Rt mempersilahkan masuk ke rumahnya.

" Hem." Jawab Mutia.

" Enak ya, mau dinikahkan dengan Dr. Nando. Pasti mbak yang telah menjebak dan mengoda Dr. Nando sampai harus dinikahkan seperti ini, padahal cantikan juga anak saya." Ucap Bu Rt tidak suka, tapi tangannya tetap merias wajah Mutia sedangkan Mutia yang mendengarnya hanya bersikap cuek.

" Pasti mbak di kota sering menjebak dan mengoda laki-laki lain seperti ini kan, anak kota kan selalu seperti itu." Ucap Bu Rt terus menyelidik.

" Kalau iya emang kenapa?." Tanya Mutia dengan wajah santai.

" Mbak gak takut dengan dosa apa melakukan itu dengan laki-laki yang bukan muhrimnya." Jawab Bu Rt kesel karena Mutia berbicara santai.

" Bukannya membicarakan seseorang juga dosa ya bu, apa lagi menambah-nambahi ucapannya. Apapun yang saya lakukan itu tidak ada hubungannya dengan ibu, kalau saya melakukannya toh dosa juga saya yang nanggung." Ucap Mutia santai.

" Hei anak kota, kalau bicara sama orang tua itu yang sopan. Kamu tidak pernah diajarkan sopan santun dengan orang tuamu apa?. " Tanya Bu Rt kesel, dia menahan emosinya

" Setiap orang tua pasti mengajarkan anaknya soal sopan santun, bukannya begitu juga dengan ibu." Tanya balik Mutia.

" Iya saya selalu mengajarkan sopan santun terhadap semua anak saya, termaksud untuk tidak mengoda laki-laki yang bukan muhramnya dan selamat ini anak saya selalu menuruti semua ucapan saya." Ucao Bu Rt membangakan anaknya.

" Semua ucapan ibu." Ucap Mutia mengulang kata-kata Bu Rt.

" iya, kenapa?. " Tanya Bu Rt.

" Tidak apa-apa, saya cuma ingin meluruskan apa yang ucapkan tadi." Jawab Mutia.

" Memang ucapan saya yang mana yang mau mbak luruskan?. " Tanya Bu Rt mengenyit kening.

" Tentang anak kota yang ibu sebut tadi, bahwa tidak semua anak kota seperti yang ada dalam fikiran ibu. Bukankah anak yang dari kota juga berasal dari desa, apakah itu juga bisa dikatakan anak yang tinggal didesa juga bisa melakukan apa yang ibu sebutkan barusan." Ucap Mutia menjelaskan membuat Bu Rt terdiam memikirkan apa yang dikatakan Mutia.

" Benar juga apa yang dikatakan anak ini." Gumam Bu Rt dalam hati dan terus merias Mutia sampai selesai.

Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat hampir 1 jam Bu Rt merias Mutia.

" Terima kasih Bu Rt telah merias saya, ternyata bu Rt berbakat dalam merias pengantin." Ucap Mutia berterima kasih dan memuji hasil riasan yang tak kalah cantik dengan MUA, walau hanya mengunakan make up seadanya.

" Ah... mbak terlalu berlebihan, tapi kata ibu-ibu disini hasil make up saya memang bagus." Ucap Bu Rt membangakan dirinya sendiri dan Mutia hanya tersenyum dan mengelengkan kepalanya.

" Itu semua memang benar." Jawab Mutia.

"Mohon maaf sebelumnya bu Rt sebaiknya ibu memeriksakan anak gadis ibu ke dokter." Ucap Mutia.

" Emang kenapa saya harus memeriksakan anak gadis saya?. " Tanya Bu Rt bingung, wanita didepannya ini belum mengenal keluarganya. kenapa dia bisa mengetahui kalau dia memilih anak gadis. Mungkin wanita dihadapannya ini melihat foto keluarganya didepan fikirnya.

" Tidak apa-apa, ibu periksakan saja anak ibu ke dokter." Ucap Mutia keluar dari itu dan melihat semua warga serta orang yang akan menjadi suami duduk di depan meja berbatasan dengan seorang laki-laki paruh baya yang dia yakini pasti penghulu, dia menghampirinya diikuti dengan Bu Rt yang sudah mengandeng tangannya.

" Duduk di samping calon suamimu." Ucap Bu Rt menyuruh Mutia duduk dan Mutia langsung menurutinya.

" Baiklah karena pengantin wanita sudah ada, mari kita mulai acaranya." Ucap Pak penghulu.

“ Bismilahirohmanirrahim barakallahu laka wa baraaraka alaika wa jamaa bainakumaa fii. Saya nikahkan dan kawinkan engkau Muhammad Nando bin Rizaldi dengan ananda Mutiara Arifin binti Zainal Arifin dengan mas kawin berupa uang tunai 5 juta Rupiah dibayar tunai.

“ Saya terima nikahnya Mutiara Arifin binti Zainal Arifin dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Ucap Dr. Nandolantang dengan 1 tarikan nafas.

“ Gianna para saksi.” Ucap Pak penghulu.

“ Sah...” Teriak para saksi.

“ Bismillahirrohmanirrohim Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih wa a’udzubika min syarrihaa wa syarimaa jabaitaha ‘alaih amin amin ya robalalamin.” Ucap Pak Penghulu membaca doa setelah akad.

" Permainan baru dimulai." Gumam Mutia dalam hati dengan tersenyum sinis.

Setelah itu Mutia mencium tangan Dr. Nando dan Dr. Nando memegang ubun-ubun Mutia dengan membacakan doa, dia juga berdoa semoga istrinya melupakan perjanjian yang telah mereka sepakati berdua lalu mencium kening Mutia.

" Selamat Dr. Nando sudah menikah." Ucap para warga.

" Gagal deh ibu yah." Ucap salah satu ibu-ibu kepada suaminya.

" Gagal kenapa bu?. " Tanya suaminya bingung dengan ucapan istrinya barusan.

" Ibu sebenarnya mau menjodohkan anak kita dengan Dr. Nando." Jawab istrinya.

" Bu Ris kalau mimpi kejauhan, anak saya aja yang cantik gak dilirik dengan Dr. Nando. Apa lagi anak ibu yang masih dibawah anak saya." Ucap ibu-ibu yang lainnya yang mendengarkan ucapan bu Risma.

" Bu Neneng kalau punya mulut jangan sembarangan bicara, anak itu saya cantik bukan cantik karena tumpukan bedak." Ucap bu Risma tidak terima anaknya dibilang kecantikannya dibawah anaknya bu Neneng dan terjadilah keributan disitu.

Malam harinya.

Mutia dibawa ke rumah dinas Dr. Nando yang hanya berukuran 8x4 yang ada di dalam rumah 1 kamar mandi tidur, ruang tamu, kamar mandi dan dapur sedangkan untuk jemuran baju di jemur didepan rumah.

Mutia masuk ke dalam kamar melihat kamar yang berukuran 3x4 yang berisi tempat tidur kayu berukuran kecil mungkin ukuran 3, 1 lemari pakaian dan kipas angin. lalu dia menyimpan kopernya dilantai sudah disemen, tapi tidak di keramik setelah itu merebahkan tubuhnya ke tempat tidur. Tanpa terasa dia sudah tertidur dengan pulasnya, karena lelah mengambil kopernya di mobil. Para warga tidak ada yang mau meminjamkan motornya, setelah mengetahui bahwa Dr. Nando telah menikah dengannya.

Pagi harinya.

Mutia sudah terbangun, dia merasakan ada yang menimpa perut seketika dia membuka matanya dan terkejut.....

Terpopuler

Comments

Deva Radit

Deva Radit

tor kan klo nikah cewenya hrs ada wali kan klo ga punyakan beda

2021-07-02

0

Pita

Pita

semangat thor aku udah like dan vote ya thor

2020-06-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!