Kucoba untuk tersenyum dan menyalami tamu yang datang itu. Namun tanganku di tepis oleh nya. Ibu mertuaku dia datang dengan gita adik mas satria. Setelah dipersilahkan masuk mereka melangkah masuk.
"lansung saja ibu mau nanya. santi kamu apakan satria. Sehingga pulang kerumah ibu dalam keadaan menangis?"ibu mas satria bertanya tanpa basa-basi.
Aku terngga di tempat aku berdiri. Pria yang telah mempunyai anak yang sudah bergelar sebagai ayah. Berpropesi sebagai orang yang berpendidikan,terpelajar. Pulang kerumah orang tuanya mengadu kalau bertangkar dengan istrinya. Aku bingung harus menjelaskan dari mana? Toh aku sudah tau mereka berpihak kepada siapa. Akan kah penjelasan aku ini penting? Kulirik wajah ibunya mas satria telihat sinis saat memandang kepadaku.
Segera aku mengatur nafas, agar apa yang aku bicarakan ini tidak berujung emosi.
"buk, kalau kalau seandainya beaok gita telah menikah dan tidak diberi nafkah yang tidak cukup, dan harus berjuang keras banting tulang sendiri, agar hidup tidak kekurangan. Kemudian gita tau jika suaminya berbohong tentang gaji suaminya, apa gita akan diam saja? Tidak menanyakan semua ini sama suaminya? "aku memberi perumpamaan kepada putri bungsuya. Wajah Ibu mertua berubah masam.
"nggak usah bawak nama purtiku dalam masalh kamu, kalian itu berbeda jauh semua anakku adalah anak yang terpelajar tidak sepertikamu yang hanya tamatan SMA, nggak selevel kalau dibandingkan sama anak-anakku. Seharusnya kamu bersyukur telah menikah dengan satria. kehidupanmu terjamin. Wajah kamu saja kelihatanya saja bersih. Mana bisa kamu perawatan kalau bukan pake gaji suamimu? Nggak tau di untung masih pakai acara ungkit uang yang di kasih ibu segala. Masih banyak yang dikasih sama kamu lah di banding sama ibu."ibu mas satria bicara dengan nada yang sedikit tinggi dan ketus.
"banyak kata ibu? Buk, apa uang 20 ribu sehari itu banyak buk, ya? Sementara yang dikasih ibu lebih dari 10 kali lipat dari yang di beri kepadaku? itu dikit bu, sangat sedikt" jawabku dengan sengit
"kamu tu nggak usah cari tau berapa gaji suaminya. Biar kamu nggak sakit hati. Dasar kamu saja perumpuan lancang" ucap ibu ketus
"ooo.jadi menurut ibu aku yang salah? Trus anak kesayangan ibu itu nggak pernah salah gitu maksud ibu? Tanyaku untuk memutus perdebatan.
bukan menghindari perdebatan adalah hal yang terpuji sekalipun seseorang berda dalam pihan yang benar? Terlebih berbicara dengan orang yang tidak mau merasa bersalah.
"ya iya lah, kamu yang salah, kalau kamu tidak suka ya , minta cerai saja sama anakku gampang toh. Sesalah apapun anakku akan tetap aku bela. Jangan pernah kamu coba untuk menyakiti anakku, camkanitu.! "ancamnya kemudian.
Setelah perkataan terahir ibuk mertua dan gita adik mas satria berdiri, dan berlalu begitu saja tanpa permisi. Bahkan menyapa raisya pun tidak. Anakku kelihatan ketakutan, berdiri mengintip dibalik tembok. Aku menghembus nafas kasar. Dan bergegas menghampiri buah hatiku, dan membawanya kedalam pelukanku.
Sepeninggalan mbahnya dan buliknya. Aku ajak anakku motor-motoran, sekedar untuk mencari angin segar, menghibur gadis kecilku, meski hanya ensiden kecil, tapi di sudut kecil hati putriku terluka. Ada perih yang menggores disaat gadis kecilku yang tidak bersalah ikut merasakan kemarahan mbahnya.
Disaat menunggu pesana bakso di warung lesehan, raisya bertanya kenapa ayahnya tidak pulang.
"ayah ngambek ya bu?"tanyanya lagi disaat tidak mendapat jawabandariku.
Aku mengangguk, mengiyakan seraya tesenyum bingung harus menjelaskan apa pada gadis sekecil raisya. Di jelaskan pun dia tidak akan mengerti.
" kalau ayah nggak pulang kita jemput ayah saja, ya bu. raisya nggak mau ayah pergi. Raisya takut kalau ayah nggak pulang lagi" ucap raisya sambil menunduk kepala. Dengan mata berkaca-kaca.
Lagi-lagi aku hanya mampu menganggukkan kepala unutuk mengiyakan ajakan raisya.
Saat pesanan baksonya datang raisya tidak lagi membahas tentang ayahnya. Dia terlihat menikmati makanan kesukaan nya. Kepandang wajah polos dan lugu anakku. Lebih dari satu bulan tidak bertemu dengan ayahnya. Terpancar kerinduan didalam tatapan nya. Bahkan mas satria tidak pernah menghubungiku walau sekedar untuk menanyakan kabar putri kecil kami. Apakah kami tidak berati dalm kehidupan mas satria.
sepulang dari makan bakso kulihat bapakku sudah diteras rumah, mungkin beliau sudah lama menunggu kepulangan kami, beliau tidak bisa masuk rumah karna pintu rumah terkunci. Begitu meliat bapak raisya berlari kearah kakungnya, sambil memeluk kakungnya raisya berkata
"ku tadi mbah uti ayah sama bulik gita (adik mas satria) datang sambil marah-marah sama ibu. Raisya takut, kenapa mbah uti ayah jahat sama ibu? pada hal ibu nggak salah sama mbah uti ayah" adu raisya. Bapak menoleh kepadaku menuntut penjelasan. Aku hanya tertunduk. Menahan air mata.
Saat bersama anakku bapak selalu memposisikan drinya seperti anak kecil, dan selalu mengikuti permaina putriku bahkan selalu menemani anakku bermain. Setelah puas bermain dengan cucu kesayangan nya bapak menghampiriku di dapur. Aku sedang mengicek pesedian bahan-bahan. untuk produksi usaha bronis dan cakeku.
"apa benar yang di bilang raisya tadi mertuamu dan adik iparmu kesini? Dan bapak juga dengar dari tetangga kalao satria sudah lama tidak pulang? Apa itu semua benar nduk? " bapakku berusaha menyelidiki yang sebenar nya terjadi didalam rumah tanggaku.
"ya pak mereka datang sebentar setelah itu aku mengajak raisya pergi makan bakso" jawan ku sekedarnya.
Setelah ngobrul itu ini dengan bapak akhirnya mengalir cerita tentang buku tabungan yang ku temukan. Bapak hanya mendengar dengan seksama. Sesekali hanya mengangguk paham.
"setiap rumah tangga pasti ada ujian nya, tidak segala masalah diselesaikan dengan emosi. Bapak harap kalian tidak gegabah mengambil keputusan karna di antara kalianada raisya yang harus kalian pikirkan, besok-besok kalau hatimu sudah tenang susul suamimu ajak dia kerumah bapak, biar bapak yang bicara sama dia"uajar bapak panjang lebar.
***
Dua hari kemudian aku mengajak raisya kerumah ibu nya mas satria, Rumah yang disebutnya mbah uti ayah.aku dan raisya mengendarai motor untuk menuju kerumah ibunya mas satria .setibanya kami dirumah ibu mertuaku, kami berdua melangkah menujuh teras,ternyata disana lagi ada tamu.
"assalamualaikum" aku memberi salam
"waalaikumsalam" jawaban terdengar jawaban dari dalam. Tiba-tiba aku meluhat wajah mas satria berubah pucat setelah melihat kedatanga aku dan raisya.
Kami melangkah masukaku menyalami satu-satu yang ada dirumah ini bgitu pun dengan raisya. Raisya lansung mengambil tempat duduk di pelukan ayahnya mungkin anak ini sudah terlalu merinduka ayah nya sehingga tanpa mempedulika keadaan ditempat ini. Ku lirik seorang wanita yang duduk di sebelah mas satria tampak sinis melihat kepadaku.
Aku tau wanita itu adalah kekasih suamiku karna tanpa sengaja sebelum masuk tadi aku mendengar mas stria memanggil wanita tersebut dengan sebutan"sayang".
Melihat raisya yang terus memeluk ayahnya aku pun mengambil posisi disebelah mas satria yang kosong, kilirik sekilas mas satria tiba-tiba seperti tegang.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments