Keesokkan harinya saat jam kuliah telah usai, Maira tidak segera pulang kerumah. Ia menyempatkan diri untuk melihat ruang demi ruang yang ada dikampus ini. Langkahnya terhenti ketika melihat Chiko yang sedang santai menulis disuatu ruangan kosong yang sepertinya baru dibangun beberapa minggu yang lalu. Aroma semen dan cat masih terasa menyeruak. Ia pun mengetuk pintu dan melangkah masuk menemui pria itu.
"Eh,Maura?" Sapa Chiko sedikit terkejut dan langsung menutup bukunya. "Ngapain kesini?" Tanyanya lagi.
"Gak papa, kak. Kebetulan tadi lewat sini terus mampir deh." Jelas Maira dan duduk disebelah Chiko. "Kak, maaf ya untuk kejadian kemaren!"
"Hmmm." Chiko hanya berdehem dan kemudian membuka-buka buku catatan kecilnya. Tanpa ia sadari, Maira melihat tulisan-tulisan itu dan tersenyum.
"Wah kak Chiko puitis, ya?" Tanya Maira dan mengayunkan kakinya dibawah kursi.
"Yah.. Dari kecil gue dah terlatih nulis puisi sama sajak. Loe gak pulang?" Tanya Chiko sembari memasukkan bukunya kedalam tas dan berdiri. Maira hanya menggeleng dan ikut berdiri disamping Chiko. Chiko pun menengok sebentar kearah Maira sebelum melanjutkan langkahnya menuju rumah.
Drtt..drtt..drtt..
Gawainya berdering,ia pun membuka notifikasi pesan dari Maura.
Maura
Mai, kamu dimana?
Kenapa jam segini belum pulang?
Maira
Otw nih..
Maira pun mempercepat langkahnya menuju tempat parkir. Kini ia sibuk mencari motornya, kira-kira dimana pagi tadi ia meletakkannya. Melihat Maira yang sedang kebingungan dari jauh, Chiko pun menghampirinya.
"Kenapa?ada yang hilang?"
"Iya,motor gue ilang." Maira menengok ke sumber suara.
"Terakhir taro dimana tuh motor? Kalau belum ketemu ntar gue umumin di toak, noh!" Ucap Chiko dan mengalihkan pandangannya ketempat yang ia maksud.
Maira masih terlihat berfikir dan tertawa setelah beberapa detik. "Hahaha..Lupa! Ternyata gue gak bawa motor,kak." Maira menepuk jidatnya.
"Nck!" Chiko berdecak. "Noh disana ada taksi!" Chiko menunjuk keseberang jalan dan pergi meninggalkan Maira diparkiran.
Maira pun mendengus kesal,berharap mendapat tumpangan dari Chiko ia justru harus berjalan kaki karena lupa membawa dompet. Kini ia berjalan melewati rimbunan pohon jati ditepi jalan. Jalan yang sepi membuatnya mempercepat langkah.
Brrmm..brrmm..brrmm..
Terdengar knalpot rombongan motor menuju arahnya dari belakang yang suaranya sudah tidak asing lagi ditelinganya. Ya.. mereka teman-teman SMK seorang Maira Ashara,yang membuatnya harus berhenti sekolah karena bergabung dengan geng motor mereka.
Rombongan geng motor itu kini mengelilingi Maira dengan sesekali mengegas motornya dan bersorak. Setelah beberapa menit, rombongan geng motor itu pun berhenti mengitarinya.
"Apaan sih kalian?" Tanya Maira dan mengibaskan rambutnya gerah.
"Dah setengah tahun gue kagak ngeliat loe! Loe dah gak mau main sama kami? Atau karena loe dah jadi anak kuliah? Jadi loe pengen fokus belajar? Hahaha.." Ucap salah satu teman Maira berambut pirang.
"Eh! Bukannya dia cuman tamat SMP?" Tanya cowok berkacamata hitam yang diketahui bernama Ferdi.
Maira sangat merindukan teman-teman SMK-nya itu dan ingin bergaul seperti dulu lagi. Serta membuat kegaduhan dimana-mana. Tapi,saat ini ia sedang menjadi Maura dengan pakaian culun yang dikenakannya saat ini. Terlebih lagi ia harus sering-sering mengenakan baju lengan panjang untuk menutupi tatonya. Dan itu membuatnya sangat gerah.
Kini teman-teman Maira masih menertawai penampilannya. "Mai..Mai.. keliatan keg orang b*go tau gak loe? Culun! Hahaha.."
"Serah deh! Gue lagi suka baju model-model gini. Yaudahlah yuk kita main kemana gitu?" Tanya Maira dan berjalan kearah teman-temannya.
"Puncak!!" Seru mereka.
Tanpa berfikir panjang,mereka pun segera mengegas motornya menuju puncak yang berjarak sekitar 20KM dari kampusnya.
Vera, wanita yang ditumpangi Maira selama menuju ke puncak merupakan sahabat Maira sejak kecil,hanya dia yang mengetahui bahwa dirinya memiliki saudari kembar. Karena Maira dan Maura sempat satu TK dengannya dulu.
"Ver, dari tadi gue gak liat Revan sama sekali. Dia dimana?gak gabung sama geng motor ini lagi? Eh,tapi.. gue denger-denger katanya dia pindah keluar kota ya?" Tanya Maira detail mengenai mantan pacarnya sekaligus ketua geng motor ini.
Vera tak menjawab dan malah mempercepat motornya mendahului teman-temannya yang lain. Karena terkejut Maira pun memukul helm vera kuat, hingga akhirnya Vera pun membuka mulut.
"Revan masih gabung sama geng motor ini. Nih ya gue kasih tau kalau Revan lebih memilih tinggal disini sendiri daripada ikut orang tuanya. Loe tau kenapa?" Vera menghela nafas sebentar. "Karena dia gak mau ninggalin loe walau udah jadi mantan. Dia pengen minta maaf kalau gara-gara geng motor ini,loe jadi dikeluarin dari sekolah sebelum ujian." Jelas Vera. Maira hanya terdiam memikirkan ucapan Vera barusan. Tak beberapa lama, kini mereka telah tiba disebuah puncak.
Motor pun mendadak direm setelah melihat seorang pria berjaket hitam berdiri membelakangi mereka dengan motor disebelahnya. Ia pun berbalik setelah Vera membunyikan suara klakson dimotornya.
"Maira?" Sapanya nampak terkejut.
Maira pun segera turun dari motor menemui Revan. "Hai! Makin lama gak ketemu makin keren juga,loe! Hahaha.." Ucap Maira dan mengibaskan tangannya dibahu Revan.
" loe juga! Keliatan sok alim tau gak? Hahaha.." balas Revan.
Maira hanya tersenyum dan langsung menaiki motor Revan. "Dah lama nih gue gak jalan-jalan,jalan bareng yuk guys!" Ajak Maira bersemangat.
***
Maura terlihat sibuk dengan gawainya,ia mencoba menelfon saudarinya tapi tidak pernah diangkat. Ia pun duduk dikursi taman rumahnya menunggu Maira pulang. Hari sudah berganti malam,suara nyamuk turut berbisik ditelinganya. Tak lama kemudian,Maira pun pulang dengan keadaan sedikit m abuk dan hampir berkali-kali terjatuh. Maura pun langsung menangkapnya dan mengantarkan Maira kekamarnya.
Melihat saudarinya yang masih berbicara melantur,ia pun segera mengambilkan seember air untuk disiram kewajah saudarinya itu.
"BYUUUURRRR!!!"
"Mai, sadar! Kamu pasti habis main sama anak geng motor itu, kan?" Ia duduk disebelah Maira yang sudah mulai sadar dan masih menyipratkan air dengan kesal.
"K*mpret! Diem loe! Gue mau tidur." Bentak Maira dan mendorong Maura keluar kamar.
Maura tidak bisa membiarkan Maira terus-terusan begini. Apalagi saat ini Maira sedang menjadi dirinya. Karena takut kembali bertukar peran,Maura pun terpaksa mengunci pintu kamar Maira dari luar. Dan tanpa ia sadari,sang ayah memerhatikannya dari ruang TV. Ketika Maura pergi menuju kamarnya, sang ayah pun segera membuka pintu dan mengecek apa yang terjadi antara kedua putrinya.
Terlihat Maira sedang tertidur dalam keadaan basah seperti baru saja tersiram. Ayah pun mendekat kearahnya dan mengelus rambut Maira hingga membuatnya terbangun.
"Ayah?" Ucap Maira namun matanya masih dalam keadaan terpejam.
"Darimana kamu?" Tanya ayah dan duduk ditepi kasur Maira.
Merasa lupa mematikan lampu kamar Maira, Maura pun kembali dan seketika melihat ayahnya berada bersama saudarinya. "Eh, ada ayah? Mending sekarang ayah tidur deh! Besok 'kan harus kekantor, soal kondisi Maira nanti Maura yang tanggung jawab." Maura menarik tangan ayahnya dan menyuruh untuk tidak menemui Maira yang sedang tidak sadarkan diri akibat mabuk.
"Kenapa Maira basah begitu? Dan kenapa kakakmu dikurung?" Tanya ayah bingung ketika Maura mengunci pintu.
Maura terdiam bingung menjawab apa. Namun kini waktu berpihak padanya, telefon rumah berbunyi dan ayah segera pergi untuk mengangkatnya.
"Syukurlah!" Maira membuang nafas lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sept September
like yaaà
2020-08-07
1
Sugianti Bisri
lanjut
2020-07-26
1
SI CANTIK EMAK(Hati yang Luka)
Masalah Lagi Masalah Lagi 🙄🙄🙄🙄
2020-07-12
1