03. Kesalahan Berulang

"Tadi..gue gak sengaja berantem sama anak dosen." Maira memajukan bibir bawahnya dan menjewer kedua telinganya berharap Maura bisa memaafkannya. Maura yang mendengar berita tersebut, seketika terduduk lemas ditepi kasur. Ia menatap Maira, tapi ia sendiri tak tahu tatapan apa yang pantas untuk diberikan pada kembarannya itu. Ia pun tertunduk kecewa dan mengacak-acak rambutnya dengan gelisah.

Chiko Arthaven, anak seorang dosen yang mengajar dikampusnya. Usianya 3 tahun lebih tua dari mereka dan sedang memasuki semester 5. Selain itu, Chiko merupakan presiden mahasiswa dikampusnya. Sejak masa ospek, Maura dan Chiko tidak pernah akur. Namun, Maura mulai berusaha memperbaiki hubungan ini perlahan-lahan. Namun, Maira menghancurkan kerja kerasnya.

"Selain itu? Kamu gak melakukan hal yang aneh-aneh lagi,kan?" Maura mengangkat pandangannya yang tertunduk kecewa.

"Ada lagi,kok. Tenang aja!" Jawab Maira dengan sedikit cengiran dan mulai duduk disebelah Maura. "Tadi, gue ditanya dosen tentang penggunaan partikel bahasa jepang. Terus gue jawab asal aja,kan loe belum ngajarin gue tentang itu. Eh gue malah dimarah sama dosen. Ya loe tau sendiri 'kan kalo gue gak suka dimarahin? Jadinya gue lempar pake sepatu tuh dosen loe,tapi untungnya gak kena. Kabar baiknya loe dapet SP 1. Hahaha...."lanjutnya diakhiri tawa.

Maura merasa pusing, kaget, lemah, letih, lesu, pegal-pegal, sesak nafas, sakit perut dan semua jenis-jenis penyakit serasa bertamu ketubuhnya. Ia pun merebahkan setengah tubuhnya ke kasur sambil menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.

"Tapi loe tenang aja! Gue bakal perbaiki semuanya. Tapi, loe harus kasih gue waktu seminggu buat jadi diri loe?" Ucap Maira berusaha menenangkan. Namun tidak bagi Maura,itu adalah perkataan yang membuat dirinya bertambah shok.

"ENGGAK!! Aku gak setuju sama saran kamu. Gimana kalau rencana kamu itu gak berhasil? Mau tarok mana mukaku,Mai??"jawab Maura kesal dan langsung kembali duduk memeluk bantal.

"Loe tega ya sama kembaran loe sendiri? Almarhumah bunda kan bilang kalau kita harus saling mendukung." Maira bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar kamar.

"Oke oke! Silahkan kalau kamu masih mau ke kampus besok." Maura memutar bola matanya malas dan kembali merebahkan tubuhnya. "Tapi,jangan melakukan kesalahan yang sama lagi! Kalau masih,cukup! Aku gak mau tuker-tukeran peran lagi."

Maira yang mendengar kabar ini langsung bersorak dan langsung mengecup pipi Maura yang masih terlihat kesal.

"Iiii...baik banet ci kamyuh!" Maira mencubit pipi Maura gemas. Namun tak seperti hari biasa, Maura tak membalas cubitan itu dan masih merasa kesal.

***

Malam yang sunyi, hanya suara jangkrik yang berderik lirih menenangkan lamunan Maura tentang Kampusnya. Ia sangat merindukan sahabat-sahabatnya, sekaligus mata kuliah yang sangat ia sukai.

Maura masih termenung di rooftop, ia masih memikirkan sampai kapan sandiwara ini akan berlanjut. Ia takut jika keputusannya ini bisa mengecewakan puluhan orang.

Secangkir kopi turut menemani rasa bimbangnya. Ia menyeruput sedikit demi sedikit dengan sesekali mengetuk samping cangkir seperti menekan piano dengan jari-jarinya.

Ia membuka Whatsapp. Tak ada notifikasi chat dari siapapun. Justru yang ia dapati adalah story Whatsapp salah satu sahabatnya yang mengumbar kebahagiaannya dengan Maira. Sebuah foto di caffe dekat sekolah, Maira dan para sahabat Maura sedang berpose bergaya layaknya sedang makan. Maura sedikit iri sebab yang bersama mereka bukan dirinya, tetapi kembarannya sendiri.

Drtt..drtt..drtt

Gawainya berdering. Ia kira itu pesan chat sahabat-sahabatnya, namun hanya sebuah notifikasi followers baru diakun Instagramnya. Ia pun tak mengecek siapakah orang yang baru saja memfollownya. "Mungkin cuman akun IG Ollshop." Batin Maura.

Ia mematikan gawainya dan seketika dikejutkan oleh Maira yang sedari tadi menyaksikan dirinya yang tak jelas melakukan apa.

"Lagi bete?" Tanya Maira singkat dan berjalan menuju Maura untuk meminum secangkir kopi yang belum terhabiskan oleh Maura dan ia pun ikut duduk disebelah saudarinya itu.

Maura tak menjawab,ia hanya tersenyum kecil dan menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.

"Oiya,gue lupa cerita sama loe kalo Whatsapp loe gue ganti sama nomor Whatsapp gue. Jadi gue bilang kalo nomor loe itu udah gak aktif. Jadi mereka kalau chat Whatsapp ke nomor gue. Kalau IG sih gak gue ganti, soalnya followers gue 5 kali lebih banyak daripada loe." Ucap Maira santai dan mengangkat kedua kakinya diatas meja tempat Maira meletakkan kopi setelah meminumnya.

Maura tak menjawab juga, ia lebih memilih masuk kekamarnya yang terhubung dengan rooftop. Merasa tidak enak dengan saudarinya, Maira pun mengikutinya dan meminta penjelasan apa yang terjadi sehingga Maura tak ingin bicara dengan dirinya.

"Aku lagi gak enak badan aja, Mai. Aku gak marah sama kamu, kok." Tukas Maura berbohong.

"Kamu serius?"

"Iya." Jawab Maura dan memeluk saudarinya itu.

"Maaf ya, ra! Hari ini gue ceroboh banget, ngelakuin kesalahan berulang-ulang yang buat loe jadi malu. Tapi gue janji kok, gue bakal normalin semua kayak dulu lagi. Janji deh!" Maira melepaskan pelukannya dan tersenyum.

"Iya,Mai. Apapun demi kebahagiaan kamu,vakan aku lakuin kok! Aku cuma gak mau gara-gara egoku kita jadi berantem dan terpisah."

Mendengar perkataan Maura, Maira sedikit merasa bersalah. Namun ia tak ingin jika hanya Maura sendiri yang bahagia, dirinya juga harus bahagia walaupun harus merebut kebahagiaan adiknya.

"Kenapa sih kamu gak mau dunia tau kalau kita ini kembar?" Tanya Maura masih bingung dengan rencana saudarinya yang sudah dijalankan bertahun-tahun sejak peristiwa kebakaran itu.

"Ya ampun!! Tadi ada tugas dari senpai (dosen), tapi loe tau kan gue gak tau materi kuliah loe? Jadi, loe yang kerjain ya! Gue mau tidur dulu, ngantuk berat. Bukunya ada diatas meja belajar loe. Bye!" Maira berusaha mengalihkan pembicaraan dan segera pergi keluar kamar saudarinya itu.

"Maaf ya, ra! Saat ini gue belum mau kasih tau loe alasannya. Gue pengen loe tau sendiri di waktu yang tepat." Batin Maira.

Kini ia terduduk dibalik pintu kamarnya. Ia berfikir sejahat apakah kira-kira dirinya yang tak ingin dunia tahu bahwa dirinya memiliki seorang saudari yang baik.

Ia sadar bahwa dirinya masih bersikap egois, tak sedewasa seperti pemikiran adiknya. Jika waktu dapat diputar kembali,ia tidak ingin melakukan sandiwara ini. Namun, sekarang ia tidak ingin menghentikannya. Karena perjuangan yang telah ia lakukan selama ini akan berakhir sia-sia.

Ia bangkit dan membuka jendela kamarnya lebar-lebar dan membiarkan angin masuk bertamu menghamburkan kertas-kertas yang berserakan dikamarnya. Ia butuh ketenangan walau dia sadar bahwa dirinya perebut ketenangan jiwa yang lain.

Terpopuler

Comments

Priska Anita

Priska Anita

Terus dukung author! Semangat 💪💜

2020-08-14

1

NAinaJha

NAinaJha

ae lah ..dia kecup

aku mampir membawa like and comen
jangan lupa mampir back ya😃

2020-08-14

1

Sept September

Sept September

soree Kakak aku datang yaaaaa 😂

2020-08-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!