Ditempat lain, Gino terus memulas senyum ia merasa sangat bahagia akhirnya apa yang ia impikan akan jadi kenyataan walau terkesan mamaksa tapi peduli apa dia yang penting ia bisa memiliki Delia.
"Roxy" Ucapnya pada sang asisten yang sedang berdiri disamping tempat duduknya.
"Ya tuan"
"Persiapkan pernikahan untukku dan Delia, lusa kami akan menikah!"
"A-apa tuan, Ma-maksud anda?" Tanya Roxy dengan terbata, ia tak sanggup melanjutkan pertanyaannya begitu mendapati tatapan tajam tuannya. Setika Pria itu langsung menundukkan kepalanya.
"Apa kurang jelas apa yang aku ucapkan barusan?"
"Ma'af tuan, saya mengerti dan akan segera dilaksanakan" Roxy membungkuk memberikan hormat pada tuannya lalu pergi meninggalkan ruangan dengan perasaan bingung, ada apa dengan tuannya bukankah selama ini tuannya tidak tertarik dengan pernikahan bahkan selama ia bekerja bersama Gino belum pernah ia melihat Gino dekat dengan seseorang walaupun ada seorang wanita yang selalu mengejarnya tapi tidak sedikitpun Gino menggubrisnya.
Gino termenung sejenak memejamkan matanya, bayang-bayang bersama gadis kecilnya tiba-tiba melintas begitu saja dalam pikirannya.
"De, akhirnya kita akan bersama seperti janji kita dulu" Gumamnya seraya membuka kelopak matanya.
Dirumah sakit
Delia sedang menjaga papanya, tiba-tiba dering ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Gadis itu beranjak dari duduknya berjalan keluar takut jika dering ponsel mengganggu papanya yang sedang tertidur lelap.
Diraihnya ponsel itu dari dalam saku celananya dan melihat nama yang tertera disana.
"Daniel" Gumamnya pelan, kemudian menggeser tombol hijau yang tertera pada layar ponselnya.
"Hallo sayang" Sapa Daniel begitu panggilan tersambung
"Ya sayang" Jawabnya dengan gugup
"Heii kau kenapa, apa kau baik-baik saja?" Daniel merasa ada yang aneh dengan Delia tidak biasanya kekasihnya gugup saat menerima panggilan darinya biasanya Delia sangat bahagia, atau mungkin Delia sedang bersama papanya? begitulah pikir Daniel.
"Aku baik-baik saja" Jawab Delia berusaha untuk tetap tenang.
"Sayang kenapa hari ini kamu tidak masuk kuliah, kau tau? aku mencarimu bahkan saat ini aku sangat merindukanmu. Entahlah satu hari tak melihatmu rasanya bagian jiwaku ada yang hilang" Daniel terdiam tiba-tiba saja perasaannya tak enak apa mungkin karna ia terlalu merindukan Delia atau mungkin akan ada sesuatu yang akan terjadi?
Sementara itu Delia masih tetap terdiam tak menyahut ucapan Daniel dan tiba-tiba saja air mata lolos begitu saja tampa permisi dari pelupuk matanya.
Entah apa yang harus ia katakan pada Daniel pria yang sangat ia cintai, pria yang sudah tiga tahun menjadi kekasihnya. Tapi apa yang terjadi ia malah akan menikah dengan pria lain, pria yang sama sekali tidak ia cintai sungguh ini bukan harapan Delia.
"Maafkan aku" Lirihnya kemudian dan isak tangis keluar begitu saja dari bibirnya, sungguh membayangkan hal itu saja sudah membuat hati delia hancur. Dan bagaimana nanti jika Daniel mengetahuinya lalu bagaiman dengan perasaan Daniel? Pasti kekasihnya itu akan hancur sehancur-hancurnya.
"Sayang kenapa kamu menangis? Aku tau kamu juga pasti sangat mernidukanku tapi tidak perlu sampai menangis seperti itu sayang"
Daniel tertawa merasa sangat lucu dengan sikap Delia, hanya karna rindu kekasihnya itu sampai menangis. Daniel tidak tau saja apa yang sedang ditangisi oleh Delia, andai dia tau apa mungkin dia masih bisa tertawa serenyah ini bahkan untuk tersenympun ia enggan.
Perlahan Delia mulai tenang, ia menatap layar ponselnya yang masih tersambung dengan Daniel.
"Daniel, aku ngantuk" Delia mencoba mengakhiri pembicaraan mereka, jujur saja ia sudah hampir kehilangan akal sehatnya. Andai ini bukan rumah sakit mungkin ia sudah menangis sekencang-kencangnya.
"Baiklah sayang, kurasa setelah menangis kau butuh istirahat. Dan jangan lupa datanglah besok, aku sangat merindukanmu good night Honney i love you"
"Ya aku akan datang, mee to"
Delia memutuskan sambungan telponnya, setelah itu ia menyeka air matanya sebelum masuk kembali keruang rawat papanya. Ia tak ingin saat dia masuk nanti papanya sudah terbangun dan melihat air matanya.
Delia masuk, ia melihat papanya sudah terbangun dengan posisi bersandar.
"Pa, papa kenapa sudah bangun?"
"Papa terbangun karna merasa kamu tidak ada disamping papa, kamu dari mana sayang?"
Delia tersenyum mencoba untuk tetap tenang dihadapan sang papa.
"Aku dari kantin pa, apa papa butuh sesuatu?" Tanya delia mencoba memastikan.
"Papa tidak butuh apa-apa, tidurlah nak kau pasti lelah!"
Delia tersenyum kemudian berjalan menuju sofa merebahkan tubuhnya disana, benar kata papanya ia memang merasa lelah perlahan ia memejamkan matanya kemudian mulai masuk kealam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments