"Loh den Rafli?"
"Kenapa bik? Kok kayak kaget gitu lihat aku?"
"Aden mau jemput non Elea atau numpang sarapan?"
"Hahaha bibik the best. Keduanya dong bik. Elea mana bik? Belum bangun?"
"Non El sudah berangkat den, tadi dijemput tuan Erlan"
"Papa?"
"Iya den"
"Oh ya sudahlah, aku numpang sarapan saja kalo gitu bik"
"Bibik siapin dulu ya den, tadi soalnya tuan dan non El tidak jadi sarapan karena bertengkar" adu bik Minah
"Ck.. Mereka itu sudah tua kenapa hobi banget ribut sih. Masalah apa lagi kali ini bik?"
"Non El tidak mau diantar jemput sama tuan, den. Mungkin masih ngambek karena tuan masih menunda menikah sama non El"
"Menikah? Bibik bilang apa tadi?"
"Aden belum tau kalo non El keluar negeri karena tuan Erlan menunda pernikahan mereka? Tadi pagi juga paling ribut karena itu den. Bibik sih tidak dengar semua, hanya dengar waktu non bilang jangan pernah kesini lagi den. Bibik heran sama non, kenapa jatuh cintanya sama tuan bukan sama aden"
"Hahaha sepertinya bibik sudah salah paham banyak. Dari mana bibik bisa dapat cerita papa sama Elea menunda pernikahan?"
"Dari tuan besar"
"Bibik percaya sama kata-kata Opa?" Rafli memelototkan matanya terkejut.
"Ya percaya atuh den. Buat apa tuan besar bohong. Sudah ini aden sarapan dulu saja. Bibik tinggal dulu ya den"
"Makasih ya bik"
….…..........
"Kalian sampai kapan mau saling diam seperti ini. Sudah lebih dari 10 menit Opa menunggu salah satu dari kalian bicara" tegur Opa Wirya kepada Elea dan Erlan.
"Papa fokus saja dulu dengan pengobatan. Jangan berpikir yang berat dulu" jawab Erlan.
"Papa?" tanya Elea heran
"Iya. Sejak kamu kabur, Opa yang minta Erlan untuk memanggil dengan sebutan papa bukan lagi Om. Biar Opa tidak meras seorang diri di dunia ini" sindir Opa kepada cucu tunggalnya itu.
"Opa" Elea mengelus tangan kakeknya
"Maafin Elea. Tapi sungguh Elea tidak bermaksud seperti itu. Elea menyesal"
"Kalo menyesal, cepatlah menikah dengan Erlan biar Opa tenang. Kamu cucu Opa satu-satunya. Sehebat apapun kamu, kamu tetaplah perempuan yang butuh dilindungi El"
"Me..menikah?" tanya Elea bergetar
"Aku belum bicara tentang itu ke Elea, Pah. Elea belum memaafkan aku, tidak mungkin aku melamar Elea karena Elea pasti akan langsung menolakku"
"Kamu itu memang lambat, Er. Sudahlah. Sekarang Elea sudah dengar bahwa kamu akan menikahinya, sekarang kita dengar saja langsung, tanggal berapa dia mau menikah"
"Pah.."
"Stop. Kamu tidak perlu memberi gadis nakal ini waktu. Kamu memang pernah salah dan melukai cucu kesayanganku tapi bukan berarti kamu cuma bisa pasrah dan menunggu Elea memaafkanmu baru kamu melamarnya. Keburu mati nanti papah. Jawab sekarang El, tanggal berapa kamu siap menikah? Opa tidak akan bertanya kamu mau menikah dengan Erlan tidak karena kamu pasti akan menolak"
"Kenapa aku harus menikah dengan laki-laki itu?"
"Karena kamu mencintainya. Opa masih melihat binar itu dimatamu walau kini dibalut sakit"
"Aku akan menikah saat aku sudah siap menikah dan aku hanya akan menikah dengan lelaki yang meratukan aku bukan mempermalukan aku. Permisi Opa, aku harus ke kantor. Opa cepatlah sembuh dan kita bisa jalan-jalan lagi di taman"
Kedua pria berbeda generasi itu menghela napas lelah.
"Papa jangan banyak pikiran. Erlan susul Elea. Kami ke kantor dulu, nanti sore kalo memungkinkan, kami kesini lagi"
"Hati-hati dan jangan terlalu lembek kamu jadi lelaki karena rasa bersalah. Elea butuh sosok Erlan yang kuat bukan mengalah"
"Iya pah"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments