Tak terasa malam telah larut saat Elea melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Sudah jam 11 malam dan Rafli sudah pulang 3 jam yang lalu karena sang kekasih merengek minta dijemput.
Ya. Rafli sudah menjalin kasih dengan seorang chef pastry. Kini hubungan mereka masuk di tahun kedua. Seorang gadis manis dengan sikap manjanya mampu membuat hati Rafli bergetar dan menyatakan cinta. Kala itu Elea yang masih di luar negri mendapati telepon di pagi buta dari Rafli yang mengabarkan bahwa kini sahabatnya itu tak sendirian lagi. Elea tersenyum mengingat bagaimana Rafli begitu berapi-api menceritakan tentang kekasih barunya. Aileen Enggar Ranti.
Elea berdiri mengurai ketegangan pada tubuhnya. Menyaksikan padatnya lalu lintas ibu kota yang tak pernah tidur. Dari tempatnya berdiri, Elea bisa melihat kerlip lampu-lampu menghiasi hiruk pikuk kepadatan kendaraan di jalan raya malam ini. Hingga sebuah aroma kopi mengganggu indra penciumannya. Elea menoleh dan mendapati Erlan sudah di ruangnya dan menaruh secangkir kopi di meja kerjanya.
"Saya sudah mengetuk pintu jika itu yang ingin kamu pertanyakan" potong Erlan sebelum bibir yg tipis milik Elea hendak berucap.
"Ada perlu apa anda kemari?" tanya Elea tak bergeming dari tempatnya berdiri.
"Secangkir kopi bisa sedikit membuatmu relaks. Minumlah" ucap Erlan yang kini sudah berdiri di depan Elea sembari memberikan gelas kopi yang dia buat sendiri.
"Terima kasih tapi saya tidak minum kopi di malam hari" Elea membalikkan badan dan kembali melihat padatnya lalu lintas di bawah sana. Kapan jalanan di bawah sana lenggang jika sudah selarut ini masih macet. Pikir Elea.
"Apa jalanan di bawah sana lebih menarik dari pada berbicara dengan saya yang di dekat kamu Elea?" tanya Erlan sembari memutar tubuh Elea.
"Saya lelah. Permisi"
Elea bergegas menuju meja kerjanya, mematikan komputer dan membereskan beberapa file yang tadi dia kerjakan.
"Saya sudah hubungi Sandi untuk tidak perlu menjemput kamu. Saya yang akan mengantar kamu"
"Seorang bos besar mengantar pulang karyawannya? Apa anda tidak salah? Berhenti mendekat dan tolong jaga sikap anda di kantor. Saya bisa pulang menggunakan taksi"
Elea segera keluar dari ruangnya dan berjalan cepat menuju lift untuk segera sampai di lobby perusahan untuk memesan taksi.
Erlan mengikuti kemana langkah Elea tanpa gadis itu sadari.
"Selamat malam bu Elea, pak Erlan" sapa seorang security dengan sopan.
Elea yang terkejut bukannya membalas salam security tersebut malah menoleh kebelakang dan benar saja, Erlan berdiri di belakangnya tak kurang dari 3 langkah. Jarak yang begitu dekat, bagaimana Elea bisa tidak sadar.
"Malam. Sendirian saja?"
"Tidak pak. Teman saya baru buat kopi di samping"
Erlan mengangguk.
"Kami permisi duluan. Jaga yang benar jangan lengah" pesan Erlan kepada security kemudian menggenggam jemari Elea dan menuntunnya masuk ke dalam mobilnya.
"Turunkan saya di depan"
"Saya antar sampai rumah dan tadi pak Wirya menghubungi saya untuk memastikan kamu selamat sampai di rumah"
"Jadi karena Opa?"
Erlan hanya diam tak menjawab sepatah katapun. Memilih untuk fokus mengemudi. Hening hingga mereka sampai di rumah keluarga Wiryawan.
"Lekaslah istirahat. Besok pagi saya jemput, kita ke rumah sakit lebih dulu sebelum ke kantor"
Belum sempat Elea melepas sabuk pengaman, Erlan memajukan badannya dan mengecup sisi kepala Elea disaat gadis itu menunduk untuk melepas kuncian sabuk pengamannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments