Acara penyambutan dan serah terima jabatan dari CEO sementara yaitu Om Hendra kepadaku berjalan lancar. Om Hendra adalah sahabat karib papa dari kecil hingga mereka sama-sama menikah. Kini saatnya aku menunjukkan kepiawaianku dalam memimpin dan mengkoordinasi setiap lini bagian di perusahaan ini. Aku berbincang ringan dengan Om Hendra sejenak.
"Sekali lagi selamat datang dan selamat berjuang"
"Terima kasih Om"
"Om harap tidak lama lagi kamu segera menikah agar bisa membagi beban diperusahaan ini. Bukan Om meremehkanmu, hanya saja ini perusahaan besar dan kamu butuh sosok yang lebih kuat dan kokoh untuk menopangmu El"
"Elea bisa Om. Dan untuk saat ini, Elea belum berpikir untuk menikah"
"Benarkah? Sungguh kasihan berarti dia karena harus menunggu mu lebih lama lagi. Om kira kepulanganmu juga karena telah menerima pinangannya"
"Pinangan siapa?" tanyaku heran
"Kamu tentu paham siapa yang Om maksud"
Aku menggelengkan kepala dengan cepat.
"Dia memang pernah membuatmu terluka El. Tapi percayalah, dia menyesalinya dan terlambat menyadari hatinya tatkala kamu sudah di negri orang. Jangan lagi membencinya. Maafkanlah dia. Beri dia kesempatan"
"Om sepertinya salah paham. Elea tidak paham siapa orang yang Om maksud. Jadi Elea tidak perlu melakukan saran Om yang begitu banyak tadi"
"Kamu cerdas El. Sangat cerdas. Jadi tidak mungkin kamu tidak paham kemana arah pembicaraan Om. Berkat dia yang menawarkan merger 4 tahun yang lalu, perusahaan Opa mu ini bisa diselamatkan. Saat itu goncangan intern perusahaan membuat banyak lini terhambat dan keuangan perusahaan benar-benar sulit. Perusahaan tetap bisa berjalan tapi Om yakin tidak sampai satu tahun pasti tetap tumbang. Tanpa diminta, dia menawarkan merge"
Aku terhenyak. Perusahaan Opa yang begitu besar ini hampir bangkrut? Kenapa aku tidak mengetahuinya bahkan selama satu bulan kemarin aku mempelajari, tak ku temukan sedikitpun ada penurunan apalagi bangkrut.
"Bacalah laporan keuangan yang ada dimejamu. Om sudah menyuruh sekretaris Om untuk meletakkannya disana"
Aku hanya mengangguk. Begitu banyak hal yang tidak aku ketahui selama aku di negri orang. Aku merasa sangat bersalah kepada Opa yang harus melewati ini seorang diri.
"Om harus segera pergi. Tante mu minta ditemani ke rumah sakit. Om yakin kamu bisa bersikap bijak. Beri dia kesempatan"
Setelah mengucapkan itu, Om Hendra berlalu meninggalkan Elea seorang diri di ruang meeting. Saat tengah sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba seseorang membuka pintu. Kedua orang yang sedang bersitatap merasakan kekagetan satu sama lain.
"Maaf saya kira tidak ada orang. HP saya tertinggal"
Lelaki yang tadi berdiri diambang pintu melangkah masuk dan langsung mengambil ponselnya lalu memasukkan ke dalam saku celananya. Menarik kursi di hadapan Elea.
"Apa kabar El?"
"Baik"
Kecanggungan merayapi kedua insan yang telah lama tak bersua.
"Terima kasih sudah membantu perusahaan ini dan menjaga Opa disaat semua itu harusnya saya yang melakukan"
"Saya?"
"Kenapa? Bukankah kita rekan bisnis? Bukankah memang seharusnya begitu saya membahasakan diri dengan anda?"
Lelaki matang nan tampan dihadapan Elea tertegun, tak menyangka akan mendapati sikap Elea yang begitu dingin.
"Maaf El. Maaf untuk masa lalu yang buruk. Maaf sudah menorehkan luka dan sakit dihatimu"
"Terima kasih karena berkat anda, saya bisa menjadi pribadi hari ini. Kalau saja saat itu anda tidak melakukan itu, pasti hari ini saya tetap menjadi perempuan manja yang taunya hanya meminta uang lalu menghamburkannya. Terima kasih Om Erlan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments