"Apa kau ingin melewatkan makan siang dan berakhir di rumah sakit?"
"Hemm"
"Elea"
"Ya Raf"
"Ck..."
Rafli berdiri di samping Elea, mengambil alih keyboard dan mouse kemudian mematikan komputer milik Elea. Menumpuk berkas yang berhamburan di atas meja kerja itu lalu menggenggam jemari Elea untuk bangkit.
"Kita makan siang. Aku tau banyak pekerjaan yang harus kamu selesaikan dan aku hanya minta waktu mu sebentar untuk makan siang. Kita makan di cafetaria karyawan di bawah" putus Rafli.
"Hemm"
"Tinggal di luar negri membuatmu irit bicara?"
"Mungkin"
Rafli menghela napas dengan kasar. Sahabatnya itu sejak mereka bertemu kembali untuk pertama kali setelah lima tahun berpisah kenapa malah seperti ini. Ada sekat yang sengaja dibangun Elea. Ada jarak yang teramat nyata dibentangkan oleh sahabat dari masa SMP nya itu.
"Mulai gila kamu Raf? Senyum-senyum sendiri?"
"Hahaha aku hanya tiba-tiba ingat bagaimana pertama kali kita memjadi teman setelah bermusuhan selama satu semester"
Mereka berdua bernostalgia sembari menuju cafetaria di lantai 3.
"Kita berdua selalu berebut menjadi yang pertama dan semua guru selalu menghampiriku dan mengatakan untuk mengalah padamu" kenang Rafli.
"Dan kau justru semakin berusaha untuk menunjukkan kalo kau lebih hebat dari aku. Akhirnya kepala sekolah memintaku untuk mengalah. Menyebalkan"
"Nyatanya kamu juga sama keras kepalanya denganku"
Elea mengangguk kemudian tersenyum. Cantik. Sangat cantik. Andai Rafli tak mengenal Elea dari masa sekolah dan andai dia tidak harus bersaing dengan papanya sendiri, sudah pasti saat ini juga Rafli akan menyatakan cinta pada Elea. Tanpa sadar Rafli mengusap lembut surai hitam legam milik Elea, membenarkan poni yang sedikit menutupi ekor mata gadis itu.
"Jadi.. beritahu aku sekarang, apa yang membuatmu menjaga jarak denganku?"
"Ak..aku.."
"El, tatap aku. Kalo kamu tidak nyaman dengan keberadaanku dan papa di kantor ini, paling cepat minggu depan kami tidak akan berkantor disini. Apa memori itu masih teramat melukai mu?"
"Aku hanya belum terbiasa Raf. Sudahlah. Ayo kita makan. Tunjukkan dimana cafetarianya, aku sudah lapar"
"Pulang denganku nanti. Kita harus bicara. Aku tidak mau kehilangan kamu lagi, sahabatku"
Rafli memeluk erat tubuh Elea. Bagi Rafli, Elea bukan hanya sahabat, tapi keluarganya. Semoga saja papanya bisa meluluhkan hati batu gadis ini.
"Kita mau berpelukan seperti ini terus dan membiarkan karyawan bergosip dan kita dipecat?" canda Elea.
"Hahaha ayo"
Rafli tak melepas sedetik pun genggamannya pada jemeri lentik Elea hingga mereka sampai di cafetaria. Memesan menu gado-gado kesukaan Elea.
Tak berapa lama pesenan mereka datang tapi kenapa yang datang hanya seporsi gado-gado.
"Kita tadi pesen dua loh mbak, bukan satu" canda Rafli kepada pelayan. Rafli memang sering makan siang disana jadi dia sudah sangat akrab dengan pelayan di cafetaria disana.
"Iya mas, ini gado-gadonya buat mas Rafli lalu ini ayam bakar madunya untuk ibu Elea"
"Tapi tadi saya juga pesan gado-gado mbak" kata Elea
"Emmm itu bu Elea, tadi bapak bilang pesanan ibu diganti ayam bakar madu saja karena ibu belum sarapan dari pagi dan seharian hanya minum air putih"
"Bapak?" tanya Rafli dan Elea serempak kebingungan.
"Iya. Pak Erlan yang pesan lewat interkom tadi"
"Oh oke mbak. Makasih ya" ucap Rafli.
"Aku tukar gado-gado kamu" ucap Elea dengan cepat dan langsung memindahkan piring Rafli kehadapannya.
Rafli hanya bisa senyum-senyum. Cara sang papa benar-benar seperti ABG. Kenapa papanya tidak ikut turun dan makan bersama mereka dari pada mengganti pesanan seperti ini.
Rafli membagi nasinya menjadi dua lalu memindahkan sebagian ke piring Elea.
"Dari pagi kamu belum sarapan. Sayur saja tidak baik untuk perutmu" ucap Rafli segera sebelum menerima protes dari Elea.
"Sejak kapan makan gado-gado pakai nasi?" jawab Elea ketus.
"Sejak papa yang pesan" jawab Rafli enteng.
"Uhuk.. uhuk.."
"Ya ampun El, gitu aja sampai keselek, ini minum dulu" ujar Rafli mengangsurkan segelas air putih hangat untuk Elea.
"Kok hangat?" tanya Elea setelah meneguk beberapa kali.
"Lah kan kamu yang pesen tadi. Kalo aku pesen lemon tea, jadi gak mungkin ketuker sama punyaku. Jangan-jangan papa juga yang pesen. Hahaha"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments