" Ayah kamu, ayah kamu tiba tiba pingsan nak. Ayo kita bawa ke rumah sakit. " dengan nafas tersengal Laras berbicara kepada putrinya.
"Astaga, ayah. Ayo bu, kita segera ke rumah sakit." sahut Rani. Meski sedang dalam keadaan marah dan kesal, namun gadis itu sebenarnya sangat menyayangi kedua orang tuanya.
"Rani sudah menelpon ambulan bu, mungkin sepuluh menit lagi datang." tukas Rani sambil membantu Laras mengangkat tubuh ayahnya yang tergeletak di lantai untuk di naikkan ke atas sofa.
Sepuluh menit kemudian suara sirine ambulan mendekat, dan Lukman segera di larikan ke rumah sakit terdekat.
Setelah mendapat perawatan, akhirnya dia pun siuman. Namun Lukman nampak mengalami tekanan batin dan pikiran yang luar biasa sehingga membuat tekanan darahnya sangat tinggi.
"Suami saya sakit apa Dok? Kenapa tiba tiba pingsan?" tanya Laras.
"Pasien mengalami serangan jantung dadakan dan hipertensi. Kondisi ini sangat membahayakan, karena jika tidak di tangani maka akan mengakibatkan stroke permanen atau lebih fatalnya lagi akan menyebabkan kematian." tukas sang Dokter.
"Astaga, tidak. Tapi Dok, suami saya tidak mempunyai riwayat penyakit jantung." ucap Laras.
"Maaf bu,mungkin beliau sedang terlalu memikirkan hal yang berat hingga membuat kondisi drop dan menyerang jantung karena berdasar cek lab, kolesterol pasien sangat tinggi." jelas sang Dokter kemudian.
"Lalu bagaimana Dok, apa suami saya bisa sembuh?" tanya Laras.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin, tapi kalau bisa semua permasalahan yang beliau pikirkan segera di atasi agat tidak semakin memperburuk keadaan." tukas sang Dokter lalu memohon untuk undur diri karena masih banyak pasien menunggu.
"Rani, ibu mohon selamatkan ayah. Cuma kamu yang bisa membantu kami. Ibu mohon dengan sangat nak agar kamu mau menikah," pinta Laras sambil meneteskan air mata.
Rani semakin merasa tertekan, kini dia begitu tersudut dan tidak memiliki ruang untuk bergerak.
Gadis itu menjatuhkan dirinya di kursi ruang tunggu di rumah sakit tersebut, karena kakinya seakan lemas tak mampu menopang tubuhnya. Mau tidak mau, sepertinya dia akan melaksanakan pernikahan poligami dengan Mahar.
"Bagaimana tawaran saya kemaren? Saya harap kondisi anda saat ini tidak menjadi alasan untuk lari dari tanggung jawab. Jika besok putrimu tidak mau menikah dengan ku, maka besok juga kalian harus mengosongkan rumah kalian. Mengerti ?" kata Mahar saat sempat menengok keadaan Lukman di rumah sakit.
Lukman dan istrinya saling pandang mendengar gertakan Mahar. Ingin mereka jawab iya, tapi mereka ingat bahwa Rani menolak perjodohan itu. Namun jika menjawab tidak, maka besok pagi mereka akan benar benar menjadi gelandangan karena rumah mereka di segel.
"Cepat jawab. Kalian tidak melupakan tawaranku kemaren kan? Jika kalian keberatan juga tidak masalah, itu artinya kalian semua harus keluar dari rumah kalian besok pagi." sekali lagi Mahar menggertak keluarga Rani.
"Beri kami waktu sebentar lagi." Lukman meminta kepada Mahar sambil menahan rasa nyeri di dadanya.
"Tidak. Kalian terima tawaran ku atau besok kalian harus keluar dari rumah kalian." ucapan Mahat sangat tegas dan menusuk hingga ke relung hati Lukman dan Laras.
"Baik saya terima." tiba tiba muncul suara seseorang dari pintu yang rupanya adalah Rani.
" Rani? " Lukman dan istrinya terkejut sekaligus senang mendengar jawaban putrinya.
"Hei kamu gadis manis, ternyata kamu anak yang berbakti ya. Aku suka itu, menikahlah dengan ku dan hidupmu tidak akan kekurangan." ucap Mahar dengan mendekat ke arah Rani dan sambil mencolek dagunya.
Dengan pelan Rani menepis, namun pria itu malah kembali menarik dagunya hingga wajah Rani menghadap ke wajah Mahar.
" Kamu akan bahagia jika mengikuti permainanku, namun sebaliknya. Jika kamu mencoba untuk melawan, maka kamu tidak akan pernah mencium aroma kebahagiaan selamanya di hidupmu. Mengerti, kelinci manisku?" lirih Mahar tepat di hadapan wajah Rani.
Lukman sebenarnya sangat geram melihat cara Mahar berbicara kepada putrinya, karena sudah dapat tergambar bagaimana jika mereka sudah menikah nanti bahwa putrinya akan menjadi boneka mainan Mahar. Namun laki laki 55 tahun itu tidak bisa berbuat apa apa.
"Maafkan ayah Rani, maafkan." ucapnya dalam hati sambil memejamkan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Berarti yg ini udah kontrak ya? Slmt.... smg makin lancar idenya....
2023-02-07
1