Bait Ketiga

Stasiun Malang Kotabaru pukul delapan pagi. Kami terburu-buru melintasi sky bridge stasiun ini setelah memandangi dari jauh tiga gunung yang pernah kudaki bersama Dominic. Gunung Panderman, Gunung Buthak dan Gunung Kawi. Ketiga gunung itu sedang berselimut kabut seperti senyumku yang terbungkam oleh tangan-tangan yang membekapku ketika aku menjerit histeris melihat Pranata yang berlumur darah di tengah jalan.

Aku berhenti, lututku lemas. Kakiku ingin kembali ke rumah Dominic, bersembunyi di sana selama mungkin sampai ada yang mengetuk hatiku dan membawaku terbang kembali.

Dominic menyaut kemasan pop mie dari tanganku seraya membuangnya bersama kemasan kopinya ke tong sampah.

“Beli makanan, Ras. Aku ke toilet bentar. Kebelet banget, parah!”

Belum sempat kujawab permintaannya, Dominic lari kocar-kacir meninggalkan aroma tak sedap dari pantatnya yang mengeluarkan bau comberan di tengah orang-orang yang datang dan pergi di stasiun. Aku mendengus lalu kembali ke pujasera, membeli makanan dan minuman untuk perjalanan yang cukup lama di dalam kereta. Sehabis membayar, kakiku buru-buru melangkah ke peron setelah mendengar pengumuman jika kereta api Malioboro ekspress segera melaju, memohon penumpang yang belum menjejakkan kaki ke gerbong kereta segera merapat.

Kepalaku menengok berulang kali ke arah toilet dan ke sembarang arah, di mana Dominic, anjayyyy, aku mendengus sewaktu petugas kereta api menanyakan tujuan keberangkatanku. Air wajahku pasti sangat lumutan dan kebingungan sekarang sampai-sampai dia harus mempertanyakan kemana tujuanku seolah aku cuma kesasar.

Aku tidak hanya kesasar, aku terpaksa. Aku sangat-sangat enggan berada di sini mas. Apa wajahku ini kurang tersiksa?

Aku membunuh kebingunganku dengan menatap tempat terakhir aku melihat Dominic.

“Jogja, mas. KA Malioboro ekspress.” ucapku menyebut nama kereta yang akan kutumpangi selama nyaris delapan jam nanti.

“Buruan masuk, Mbak. Lima menit lagi pintunya ditutup sama masinis!” katanya cemas mewakiliku perasaanku.

“Temenku masih di toilet, mas. Dia mencret. Ah.” Tanganku ditarik paksa oleh petugas kereta hingga kakiku menjejak gerbong kereta, aku terperangah hingga sedetik yang tak cukup bagiku menarik napas pintu kereta tertutup.

“Asem!” desisku jengkel. Aku memberengut menatap petugas kereta yang mengeluarkan napas lega, bahkan ia sempat memastikan tak ada orang yang terburu-buru mengejar kereta.

“Temenku ketinggalan mas,” kataku lemah.

“Kalau teman Mbak tidak siap waktu kereta hampir jalan, sudah dipastikan teman Mbak tidak ingin berpergian. Dia hanya bermaksud mengantar.” ucapnya santun namun begitu nyelekit terdengar.

“Mosok sih Dominic tega nyuruh aku pulang ke Jogja sendirian!” Aku langsung menempelkan wajahku di kaca untuk memastikan Dominic mengejar kereta yang mulai meninggalkan peron diiringi suara klakson yang menderu-deru. Dominic tidak ada, sepasang mataku yang menghangat tidak menemukannya.

Aku sulit membayangkan akan kehilangan kebersamaan dengan Dominic di reuni nanti atau kondangan Setyo dan Putri. Aku tak bisa bersembunyi di balik keceriaannya yang membuatku terlena untuk senyum-senyum saja. Dimana kamu, Dom?

Tanganku mengepal dan memukul kaca kereta. “Maksudmu apa, Dom! Kenapa niat burukmu tersaji dengan lembut dan menjijikkan. Kentutmu mambu.”

Aku melangkah dengan lunglai mengikuti petugas kereta api yang hendak menunjukkan tempat dudukku. Suara-suara yang silih berganti kudengar tak kuhiraukan. Kecepatan kereta yang mulai bertambah tak membuatku goyah. Aku terpuruk di jalur yang membawaku pulang ke tanah kelahiranku seorang diri tanpa Pranata, tanpa Dominic, tanpa semangat tak seperti sebagian orang slalu membawa antusiasme yang membara ketika hendak berkunjung ke Jogja.

Aku merenungi perjalananku dalam diam. Di tempat dudukku, kelas ekonomi yang harusnya tetap seru bersama Dominic. Obrolan receh yang tidak henti-hentinya hingga membuat perjalanan tidak terasa lama. Tak disangkanya dia hanya mengantarku ke stasiun, menyuruhku pulang ke rumahku seorang diri. Mengunjungi kenangan yang tidak bisa aku lupakan sekuat apapun aku mencobanya. Aku menyerang kenanganku sendiri tanpa dukungannya.

Oh andai aku seperti kera sakti, nakal, brutal membuat semua orang menjadi kesal. Tapi aku hanyalah si gugur bunga, hamba ditinggal sendiri, tiada lagi pelipur lara nan setia yang menemani kesendirian ini. Adakah kesempatan untukku bahagia. Sepasang bola mataku memandang pemandangan di luar. Prana, aku kembali. Tapi aku harus bagaimana?

Tanganku mengambil laptop dari tas semi carrierku. Aku memangkunya sambil menarik napas, kutahu perjalanan ini akan tetap sampai pada tujuan.

Bagaimana Jogja sekarang, kudengar kota istimewa mulai luntur rasa nyamannya sebab klitih ada dimana-mana. Sebab banyak perhotelan yang kian menjamur dimana-mana sampai keluar kampanye sosial yang dilakukan anak muda termasuk Pranata.

“Jogja Ora Didol.” ( Jogja tidak dijual )

Aku mengerjap. Tapi bagaimana senja di atas parkir Abu Bakar Ali. Bagaimana suasana alun-alun kidulnya?

Satu persatu pertanyaan muncul dalam benakku dan jariku tak tahan untuk segera mengetik keyboard dengan sepuluh jari. Tak sedikit tempat yang aku datangi bersama Pranata di Jogja, kenangan pahit dan manis hingga semakin kuingat, semakin tak tahan aku menjatuhkan air mata. Dadaku sesak, Prana. Sesak sekali sampai aku sulit bernapas. Katakan siapa yang salah, cintamu, cintaku, cinta kita?

Sejenak aku menatap ke luar jendela.

“Tidak ada yang salah, Rastanty. Cinta kita ini lucu sampai bapakmu tidak tau aku dan kamu ini pacaran!”

“Yakin?” sahutku dulu, “lucunya dimana, aku sama kamu ini aneh!”

Pranata tersenyum sembari memetik gitarnya. Mendendangkan lagu yang sekarang menemani perjalanan ini meski sampai detik ini aku tidak mengerti lucunya cinta kami di mana.

Pranata hanya pernah bilang, tak kulihat pesona di Jogjakarta sampai Dominic mengantarku ke kost-kostan bapakmu dan melihatmu menyapu halaman sambil tersenyum hangat menyapaku.

...🖤...

Terpopuler

Comments

Ena Ariani

Ena Ariani

Yogya.....kita semuaa

2024-10-28

0

may

may

Kan kentut emang mambu🤣ini konsepnya mau marah tapi juga mau ngelawak ya🤣

2023-12-12

0

via

via

lagi ngerti opo Yen entut mambu Ras?🤣🤣🤣🤣

2023-03-10

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 78 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!