“Gue marah, gue marah karna lo udah buat hidup gue nggak adil. Gue nggak kuliah dan gue harus ngurusin keluarga yang diluar akal sehat gue” Melissa mengeluarkan segala kekesalannya langsung pada Rendy, “Gue pusing mikirin ini” Melissa menarik pintunya secara paksa, hendak mengurung diri di kamar lagi.
“Dengarin aku dulu, Mel” Rendy menahan pintu Melissa dan menatap serius padanya.
“Iih, minggir gak? Kenapa sih lo gangguin gue terus?”
“Dengar aku, ayo duduk” Rendy menarik tangan Melissa dan memasuki kamar perempuan itu dan mengajaknya untuk duduk di sofa.
“Ngapain lo masuk ke kamar gue?” Tanya Melissa enggan duduk.
“Ck, banyak tanya ayo sini duduk” Rendy menarik tangan Melissa hingga perempuan itu terduduk kasar di sampingnya. Pintu kamar ia biarkan terbuka.
“Kenapa sih?”
“Kamu tenang aja, selama aku yang jadi pendampingmu aku yakin kamu akan selalu nyaman. Kebutuhan kamu aku akan usahain untuk memenuhinya” Rendy memegang kedua telapak tangan Melissa dan menatap dalam mata perempuan itu.
“Lo pikir gue cewek matre?”
“Nggak, tapi aku yakin kamu butuh keperluan yang lebih nantinya” Rendy berkata dengan lembut, “Kamu percaya sama aku, kamu akan baik-baik aja”
“Gue gak yakin, gue belum siap buat masuk ke dalam lingkup rumah tangga” Melissa menundukkan kepalanya.
“Aku juga belum siap, tapi aku yakin semuanya akan baik-baik saja kalau kita bisa akur dan pelan-pelan jalani semuanya”
“Rendy...” Melissa menatap Rendy dengan wajah memelas.
“Apa?”
Tatapan mereka saling beradu, suasana hening untuk sesaat.
“Gue mau es krim”
“Hah??” Rendy melongo mendengar penuturan dari Melissa.
“Gue mau es krim, beliin gue es krim” Rengek Melissa sambil menggoyang-goyangkan tangan Rendy yang masih memegang telapak tangannya.
“Ya udah kamu tunggu disini, aku keluar dulu untuk beli es krim”
“Gue ikut, sekalian ajak gue ke taman. Pliis” Ujar Melissa lagi. Ia terlalu suntuk berada di rumah.
“Yaudah ayo” Rendy menggenggam tangan Melissa dan keluar dari ruangan privat perempuan tersebut.
Ketika mereka sudah menuruni tangga an menjumpai Papa dan Mama Melissa Rendy langsung meminta izin. “Papa, aku mau pinjam kunci mobil boleh? Ngajakin Melissa keluar cari angin”
“Iya boleh, Ren. Nih” Ujar Papa Melissa sambil memberikan kunci mobil pada Rendy.
“Makasih Pa, pamit ya Pa-Ma” Ujar Rendy sambil menyalami kedua orang tua yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya, dan diikuti oleh Melissa.
“Yuk Mel” Ajak Rendy kembali menggenggam tangan Melissa dan mulai keluar dari rumah tersebut.
“Hati-hati ya” Ujar Mama Melissa.
Di taman...
“Lo mau?” Melissa menyodorkan tempat es krim berukuran sedang dengan tiga varian rasa pada Rendy yang duduk di sampingnya.
“Nggak usah, buat kamu aja”
“Iih, coba dulu enak lho” Melissa menyuapi Rendy dengan es krim rasa vanila.
“Makasih” Ucap Rendy sambil tersenyum. Lalu ia menghembuskan nafas sebelum berkata-kata. “Hm, Mel aku mau ngomong sesuatu ke kamu”
“Ngomong aja” Ucap Melissa yang masih sibuk dengan es krimnya.
“Tapi kamu jangan marah ya?”
“Iya, mau ngomong apaan sih?”
“Em, kita lusa nanti fitting baju ya”
Ucapan dari Rendy berhasil membuat Melissa tak fokus dengan es krimnya dan sekarang melongo karena pertanyaan serta pernyataan Rendy, “Hah?!”
“Pliss, Mel kamu mau ya? Tolong biarin pernikahan itu ada dan aku janji bakal terus perhatian sama kamu” Rendy memohon dengan sangat.
“Yang nyuruh lo perhatian sama gue siapa?” Ujar Melissa ketus.
“Plis, mau ya?”
“Skip sebentar, gue mau nanya sesuatu deh”
“Nanya apa?”
“Soal pernikahan, undangannya siapa aja?”
“Keluargaku, keluargamu, sahabatku, sahabatmu, pekerja kantorku” Jelas Rendy sambil memainkan jari tangannya seolah menghitung para tamu undangan.
“WHAT?! Berapa banyak pekerja kantor lo?” Melissa terkejut mendengar tamu undangan terakhir.
“Maybe, sekitar enam puluh orang lebih-lebih”
“Hah?! Lo mau gue nikah di tengah banyaknya orang? Lo pikir gue mau konser apa?” Melissa tampak tak percaya dan pastinya terkejut dengan pernyataan yang Rendy berikan.
“Ide bagus tuh” Ujar Rendy sambil tersenyum
“Rendy, apaan sih?” Melissa memukul pelan pundak Rendy.
“Mau ya?"
“Satu syarat, buat gue percaya sama lo kalau lo benar-benar bakal jagain gue, buat gue yakin kalau lo serius sama gue, dan buat gue yakin kalau lo benar-benar bakal menuhin kebutuhan gue” Ujar Melissa sambil menutup tempat es krimnya.
“Tentu, ayo” Rendy bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya pada Melissa yang masih duduk dengan tempat es krim di tangannya.
“Kemana?”
“Ikut aja, yuk”
Melissa menerima uluran tangan Rendy dan bangkit berdiri bersama dengan kotak es krim, “Awas lo ngajak gue ke tempat aneh”
“Nggak bakal” Rendy melangkah pelan dengan Melissa yang ada di sampingnya, menuju mobil dan mengendarai mobil menuju sebuah mall.
“Ngapain sih lo ajak gue kesini?” Tanya Melissa ketika mereka sudah berada di tempat baju.
“Ke sana yuk” Rendy hanya membiarkan pertanyaan Melissa terbang dibawa angin, ia menarik Melissa ke tempat banyaknya baju dress.
“Gue nggak mau baju”
“Yaudah kita coba kesana” Rendy menarik Melissa ke tempat tas-tas bermerek “Gimana? Kamu suka?”
“Nggak”
Rendy memikirkan hal yang paling disukai oleh Melissa, “Eem, oh iya. Ayo!” Rendy menarik Melissa ke sebuah tempat yang ia yakin akan membuat Melissa senang.
. . .
“Wah, gue suka banget. Makasih Rendy” Melissa terlihat girang, ia segera menyantap es krim yang ada di mangkuk berukuran agak besar. Rendy membawa Melissa ke tempat penjualan es krim, karena hanya itu yang bisa membuat Melissa senang.
“Iya” Rendy memperhatikan cara makan Melissa yang tak seperti gaya Melissa yang elegan. wajarlah kalau ia sudah berjumpa dengan yang namanya es krim maka ia akan lupa akan gaya atau aura yang sering ia tunjukkan.
“Makan itu pelan-pelan gak usah buru-buru, kan jadi celemotan” Rendy mengambil tisu yang sudah disediakan di atas meja dan membersihkan sisa-sisa es krim di sekitar bibir gadis itu.
“Enak lho Ren, lo gak mau?” Melissa menawarkan es krimnya pada Rendy.
“Buat kamu aja”
“Ya udah”
“Gimana Mel? Kamu mau kan fitting baju sama aku?” Lagi-lagi Rendy menanyakan hal yang berkaitan dengan pernikahan.
“Nggak tahu, kan gue belum percaya sama lo” Jawab Melissa yang terus fokus dengan es krimnya.
“Oke” Rendy mengambil ponselnya dan sedikit menjauh dari Melissa.
“Lo mau ngapain?” Tanya Melissa namun lagi-lagi pertanyaannya dibiarkab pergi dibawa angin.
“Halo Pa..Pa boleh gak kami pulang agak telat?...Nggak ngapa-ngapain kok Pa...Aku bakal jagain Meli kok...Ya supaya setuju sama pernikahan itu...Aku janji nggak bakal ngajak Melissa ke tempat-tempat aneh...Ya keliling Jakarta sampe bikin Melissa percaya kalau aku cowok baik-baik..Iya, makasih ya Pa”
“Habis ini kita jalan-jalan ya?” Ujar Rendy sehabis menelepon Papa Melissa dan meminta izin.
“Kemana sih?”
“Ke tempat yang bikin kamu percaya kalau aku serius sama kamu”
“Lo gak mau macam-macam kan?” Ujar Melissa penuh selidik.
“Nggak lah, percaya sama aku”
“Muka lo kan muka penjahat mana bisa dipercaya”
“Udah yuk” Rendy tak menggubris pernyataan Melissa sebelumnya.
“Es krim gue gimana? Kan belum habis”
“Bawa” Ucap Rendy enteng.
“Iih gak boleh Ren, ini kan barang toko mana bisa main bawa aja”
“Tunggu bentar” Rendy mengambil mangkuk es krim Melissa dan membawanya ke meja kasir.
“Rendy, itu es krim gue. Balikin!” Seru Melissa kesal.
“Mba, saya mau beli dua kotak es krim” Ujar Rendy sambil menaruh mangkuk es krim tersebut di atas meja kasir.
“Tunggu ya Mas” Pelayan itu mengambil mangkuk es krim dan membawanya ke belakang dan kembali dengan dua kotak es krim baru yang dibungkus ke dalam plastik. “Ini Mas”
“Ambil kembaliannya” Ujar Rendy sambil menaruh beberapa lembar uang.
“Ya udah yuk” Rendy menggandeng tangan Melissa dan membuat gadis itu berdiri.
“Mau kemana sih?” Tanya Melissa dengan menyesuaikan langkahnya.
“Udah ikut aja” Rendy dan Melissa masuk ke dalam mobil dan mengendarainya ke bukit pinggiran kota yang masih jauh dari kata berpolusi.
. . .
“Wah bagus banget Ren!” Melissa terlihat kagum melihat taburan bintang di langit, suatu pemandangan yang sangat jarang ia lihat.
Melissa dan Rendy duduk lesehan di rerumputan dengan bersandar di mobil. “Aku susah banget cari ini” Ucap Rendy sambil tersenyum melihat ekspresi ria dari Melissa.
“Tapi ini bagus banget”
“Kamu suka?” Tanya Rendy.
“Suka banget, makasih” Tanpa sadar Melissa memeluk erat Rendy, itu adalah salah satu bentuk terima kasih pada seseorang yang sudah ia percayai. “So-sorry” Ucap Melissa yang jadi salah tingkah karena memeluk Rendy.
Rendy mencoba menenangkan degub jantungnya yang berdetak kuat karena ‘kejutan’ tiba-tiba Melissa, “Nggak apa-apa kalau mau peluk, peluk aja aku santai aja kok” Ucap Rendy yang mulai tenang.
“Yee itu mah lo yang menang banyak” Ejek Melissa ogah-ogahan.
“Udah, ayo sini ku peluk” Rendy memeluk Melissa dari samping mencoba membuat gadis itu nyaman bersama dengannya.
“Lepas Rendy” Melissa mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan erat Rendy. Tapi apa daya kekuatan serta tubuh laki-laki itu lebih besar daripadanya.
“Udah, nggak apa-apa kamu diam aja” Ujar Rendy menatap dekat wajah Melissa.
“Terserah lo”
Beberapa saat kemudian Rendy menatap arloji di tangannya yang menunjukkan pukul sebelas malam, “Udah jam sebelas nih, pulang yuk”
“Nanti Ren, gue masih belum puas” Ujar Melissa sambil terus menatap langit.
“Ini udah malam Mel” Rendy melepas pelukannya dari tubuh Melissa.
“Tapi gue belum puas liatinnya”
“Besok aja ya liatinnya lagi” Bujuk Rendy lagi.
“Nggak mau”
“Ayolah, kita pulang ya Mel” Rendy lagi-lagi membujuk lembut Melissa.
Melissa mendengus kesal lalu menatap sinis pada Rendy, “Oke”
“Syu--”
“Balasannya gue nggak jadi fitting baju sama lo” Potong Melissa dengan nada ketus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments