“Lusa temani aku ya” Rendy berkata tepat saat Melissa keluar dari mobilnya. Ia sudah mengantar sampai ke rumah.
“Ngapain?” Tanya Melissa datar.
“Ada deh” Katanya dengan penuh teka-teki “Mau ya?” Tanyanya lagi pada Melissa.
“Nggak ah, gue sibuk”
“Oh ayolah plis” Kata Rendy memohon dengan sangat.
Melissa memandangnya dengan tatapan aneh. “Yaudah deh” kata Melissa mengalah pada laki-laki itu.
Lalu dengan raut wajah senang ia kembali masuk ke dalam mobil lalu menghilang dari pandangan Melissa. Setelah kepergiannya perempuan itu pun masuk ke dalam rumah, “Gimana jalan-jalannya? Seru?” Papa mengagetkan Melissa, tiba-tiba saja ia berkata setelah Melissa masuk ke dalam rumah.
“Biasa aja” Jawab Melissa datar lalu menghampiri Papa Reno dan duduk di sampingnya.
“Kamu harus mulai membiasakan diri dengan Rendy” kata Papa lagi padaku sambil fokus dengan channel di televisinya.
“Kenapa?” tanyaku heran.
“Soalnya dia akan tinggal disini untuk sementara waktu, sebelum rumah yang disiapin untuk kalian selesai direnovasi”
“Apa?!” Melissa terkejut mendengar perkataan Papa tentang perpindahan sementara Rendy. “Kok gitu sih?”.
“Ya supaya kalian makin dekat aja”
“Sialan!” Umpat Melissa pelan, lalu ia pergi ke dalam kamar dan berbaring di atas kasurnya yang empuk untuk membaca buku yang tergeletak tak jauh dari tempat dia berbaring. Setelah banyaknya lembar buku yang kubaca akhirnya rasa kantukku tak tertahankan lagi mataku terasa berat untuk terus menatap tulisan-tulisan, tak terasa mataku mulai terpejamkan lalu tertidur.
. . . .
Pagi mulai merekah, Melissa bangun dari tidurku dan bersiap untuk pergi untuk acara kelulusan di sekolah. Setelah siap Melissa turun sarapan, makanan kali ini adalah nasi goreng berbeda dengan hari-hari biasanya yaitu roti dengan selai.
“Pagi Ma, pagi Pa”
“Pagi Meli” Balas mereka ramah. Melissa duduk di kursi dekat Mamanya dan mulai menikmati sarapan.
“Nanti kamu perginya sama Mama ya, Papa ada urusan dengan Papa Rendy” Ujar Mama Melissa dengan nada lembut.
“Hm”
. . .
Setelah acara kelulusan selesai Melissa langsung menghampiri Rendy dan menariknya untuk ke lantai tiga. Melissa bersama dengan Rendy dan mengeluarkan semua unek-uneknya karena rencana pernikahan. “Nyebelin, lo tahu kalo gue nggak pernah sudi buat nikah sama lo”
“Kita bisa apa, semua kan diatur sama orang tua bukan aku”
“Tapi lo senang kan?”
“Iya” Ujar Rendy sambil tersenyum.
“Nyebelin” Melissa berbalik badan dan hendak meninggalkannya.
“Eiit, Melissa dengerin aku dulu” Tangan Melissa di cengkramnya
“Apaan sih? Lepasin gue”
“Kamu seharusnya bisa ngerti apa yang terjadi buat saat ini, seharusnya kamu berpikiran dewasa untuk keadaan saat ini”
“Gue bisa berpikir dewasa, karena itulah gue nggak bakal sudi nikah sama lo”
“Terlambat, orang tuaku udah ngomong sama orang tua kamu kalau dalam kurun waktu enam bulan kita bakal menikah”
“Gue nggak bakal nerima lo masuk ke kehidupan gue sampai kapan pun”
“Sudah kubilang Mel, semua sudah terlambat mulai malam ini aku mulai tinggal di rumahmu dan barang-barangku akan sampai sore nanti di rumahmu. Aku juga nggak tahu pasti kenapa bisa dipercepat kepindahanku”
“POKOKNYA GUE NGGAK MAU!”
“Berusahalah sebisa mungkin untuk ngehancurin pernikahan itu. aku nggak akan membantumu karena aku tidak akan pernah membiarkan acara itu batal”
“RENDY! LO NYEBELIN, GUE BAKAL BATALIN SEMUA PERSIAPAN BODOH ITU”
“Coba aja, semakin kamu mencoba ngebatalin maka semakin cepat pernikahan bakal diadakan, bye”
“Dosa apa yang kulakukan sehingga hukumannya seperti ini?” Melissa menyenderkan tubuhnya di dinding kokoh, menatap kepergian Rendy yang semakin menjauh. Melissa mencoba mengumpulkan semua tenaganya untuk berjalan menuju aula tempat acara yang berlangsung hampir selesai. Pikirannya terus memikirkan cara agar rencana aneh itu batal.
. . .
“Ayo Mel kita pulang” Mama berkata pada Melissa ketika mereka berada di parkiran sekolah.
“Iya Ma” Melissa membuka pintu yang akan membuatku berada di samping kursi setir. Ketika ia menoleh bukanlah Mamanya yang ada di sampingnya. “Lho, lo ngapain disini?” Melissa bertanya dengan kesal bercampur bingung mendapati Rendy duduk di belakang setir.
“Aku mau pulang” Ujar Rendy singkat.
“Tapi kenapa lo ada di kursi setir, lo nggak bawa kendaraan apa?”
“Aku kan pulangnya ke rumah kamu”
“Ma!” Melissa menoleh ke belakang tempat Mamanya duduk.
“Apa sih Mel? Mama mau istirahat aja kamu gangguin” Ujar Mamanya sedikit kesal dengan kelakuan Melissa.
“Masa sih Rendy pulang ke rumah kita sih, Ma?”
“Emang kenapa sih? Rendy kan bentar lagi bakal jadi suami kamu”
“Denger tuh, su-a-mi” Ujar Rendy dengan nada mengejek.
“Diem lo, cowok laknat” Tanpa sadar Melissa menghujat Rendy tepat di depan Mamanya.
“Melissa, jaga omongan kamu. Selama Mama disini maka kamu nggak boleh berkata-kata kotor, apalagi sama Rendy” Ujar Mamanya dengan tegas.
“Nyebelin banget sih” Melissa menyandarkan tubuhku kasar di kursi penumpang itu. Rendy mulai melajukan mobil dan pulang.
Lagi-lagi hal mengejutkan ada di hadapan Melissa, dua koper terletak tepat di depan sofa ruang keluarganya. Yang pasti itu bukan miliknya, “Ini punya siapa?”
“Wah lebih cepat dari yang kuduga” Rendy muncul di samping Melissa lalu memegang dua koper miliknya.
Melissa menatap sinis pada Rendy. “Kata mamamu kamarku di kamar tamu, yaudah kalau gitu kutinggal dulu ya” Rendy melangkahkan kakinya sambil menarik dua koper yang memiliki roda itu.
“Gue capek, mau tidur. Awas lo bikin ulah yang bikin kesabaran gue habis” Melissa berkata dengan ketus pada Rendy yang belum terlalu jauh.
“Ck, bawel banget sih? Belum juga jadi istri udah berani ngatur” Rendy menghentikan langkahnya sambil terkekeh kecil.
“Apa lo bilang? Istri? Ngimpi aja lo terus sampe ke langit ketujuh” Melissa meninggalkan Rendy dan menuju lantai atas tempat kamarnya berada.
. . .
Waktu menunjukkan pukul 17.20 Melissa keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan untuk sekedar mengisi perutnya. Rambutnya basah tanda ia sudah mandi, baju tidur dengan warna merah jambu melekat di tubuhnya. “Ma aku lapar ada mak---Aaaa!” Melissa menutup kedua matanya saat melihat pemandangan yang tak mengenakan.
“Kenapa sih?” Rendy bertanya heran pada Melissa.
Jelas Melissa berteriak histeris karena melihat Rendy yang hanya menggunakan celana pendek biru tanpa baju atasan. Hingga memperlihatkan otot-otot perut laki-laki itu bak ‘roti sobek’.
Melissa menenangkan dirinya ia segera berjalan menuju Rendy dengan bantal sofa yang ia ambil sebelumnya. “Lo gila, sinting, gak waras. Pake baju lo atau gue yang bakal makein lo kain kafan” Ujar Melissa sambil menimpuk Rendy dengan bantal.
“Woy stop-stop-stop, apa-apaan sih?” Rendy kewalahan menghadapi timpukan bantal yang Melissa arahkan padanya.
“Lo yang apa-apaan? Lo nggak pake baju dan lo udah ngebuat mata gue ternodai” Ujar Melissa menghentikan timpukannya terhadap Rendy. Wajahnya memerah karena menahan emosinya yang meluap-luap.
“Yaelah baru juga atasan, nggak bawahan juga kali”
“Cowok aneh, mesum, gue benci lo” Ujar Melissa kembali memukul tubuh Rendy dengan bantal.
“Hssh, diem. Kamu lapar kan? Aku udah beliin kamu bakso tadi, mending kamu makan atau aku yang habisin” Ujar Rendy yang berhasil merebut bantal dari Melissa.
“Nggak sudi gue makan makanan yang lo beli” Ujar Melissa menyesuaikan irama nafasnya.
“Yakin nggak mau? Nanti nyesal lho” Ujar Rendy dengan nada menggoda. “Oh ya Mama sama Papa ke rumahku ada hal yang perlu dibahas”
Melissa mendengus kesal mendengar perkataan Rendy, Mama? Papa? Sejak kapan Rendy memanggil orang tuanya dengan sebutan itu? Melissa meninggalkan Rendy dan menuju sofa untuk menonton televisi.
Tak lama kemudian Rendy datang dengan semangkuk bakso di tangannya dam duduk di samping Melissa yang fokus pada televisi, “Selamat makan” Ujar Rendy sambil melirik Melissa yang terlihat murung di sampingnya.
Rendy memakan bakso tersebut sesuap lalu menggoda Melissa, “Hmm, enak lho Mel. Kamu beneran gak mau?”
“Hhh” Melissa mengambil alih bakso tersebut dari tangan Rendy dan memakannya.
“Hei itu makanan punyaku, kalau mau beli dong” Ujar Rendy seraya hendak merebut baksonya dari Melissa.
“Gue laper. Cewek kayak gue perlu makan, kalau lo nggak perlu”
“Enak aja kalau ngomong. Sini balikin!”
“Gak”
“Sini”
“Gue laper-gue laper-gue laper gue lap--” Melissa merengek karena daritadi Rendy terus mencoba mengambil kembali baksonya.
“Makan tuh bakso” Potong Rendy dengan nada yang terdengar kesal. Lalu ia bangkit berdiri dan meninggalkan Melissa di sofa tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments