“Rendy! Lo marah sama gue? Rendy!”
Melissa memandang bakso yang sedang ia pegang, ada rasa bersalah karena sudah merebut makanan yang sebelumnya ia tolak. Waktu demi waktu berjalan dan Melissa masih memikirkan apa yang harus dilakukan. Melissa menaruh bakso itu ke atas meja dan menyusul Rendy di kamar yang sudah diketahuinya.
Melissa membuka pintu kamar Rendy dan masuk tanpa seijin sang empunya “Ren, gue min—Aaaa” Lagi-lagi sebuah hal membuat Melissa menutup wajahnya
“Woy lo jadi cewek nggak bisa ngetuk pintu dulu apa, untung gue udah pake celana kalau nggak gue habisin lo” Ujar Rendy yang hanya mengenakan celana pendek merah dan rambutnya basah karena ia baru saja selesai mandi. Dan belum mengenakan baju kaosnya.
“Lo yang apa-apaan kenapa lo bisa-bisanya nggak pake baju terus kenapa pintunya nggak lo kunci? Lo tuh psikopat” Ujar Melissa sambil mencak-mencak di situ, perempuan tu tak lagi menutupi wajahnya.
“Lo yang apa-apaan kenapa lo nggak ngetuk pintu dulu sebelum masuk? Lo sengaja ya?” Balas Rendy agak kesal.
“Lo pikir gue cewek kurang kerjaan mau ngintip lo. Bye” Melissa membalikkan tubuhnya dan hendak keluar dari dalam kamar tersebut.
“Wait-wait-wait” Rendy menghalangi tubuh Melissa di ambang pintu.
“Lo apa-apaan sih? Minggir gak?” Ujar Melissa kesal akan perbuatan Rendy.
“Gak”
“Minggir!”
Rendy menutup pintu kamarnya lalu menguncinya mengurung diri bersama dengan Melissa, lalu ia menaruh kunci tersebut ke dalam saku celananya. “Woy, buka gak pintunya” Ujar Melissa tampak jengkel.
“Kalau gue kunci, lo nggak bisa keluar kan?” Ujar Rendy sambil tersenyum iblis.
“Rendy, buka!”
“Gak” Rendy mendekatkan dirinya pada tubuh Melissa
“Mundur” Ujar Melissa dengan melangkah mundur untuk menjaga jarak dengan Rendy.
“Gue maju” Ujar Rendy enteng.
“Mundur!” Seru Melissa, namun sia-sia saja karena Rendy terus mendekat dan mengurungnya di dinding dekat ranjang. “Minggir gak?” Ujar Melissa yang mulai gugup karena Rendy semakin mendekat.
Ia melirik ke arah tempat tidur Rendy dengan cekatan ia mengambil bantal dan menimpuknya kepada Rendy. “Cowok aneh, mundur-mundur-mundur”
“Stop, Melissa!” Rendy kewalahan menerima setiap timpukan bantal oleh Melissa.
“Dapat” Melissa berhasil mengambil kunci kamar dari saku celana Rendy, ia segera berlari untuk menghindari Rendy.
“Woy, balikin gak kuncinya?” Ujar Rendy mengejar Melissa di dalam kamarnya.
“Nggak akan”
“Melissa, balikin”
Melissa dengan cepat membuka pintu menggunakan kunci tersebut dan keluar meninggalkan Rendy yang menahan kesal, “Bye”
. . .
“Hhh, nyebelin banget sih jadi cowok” Melissa mengaduk gula pada teh panas yang ada di dalam teko, ia menggerutu kesal akan kelakuan dari Rendy padanya.
“Nggak usah ngehujat calon suami sendiri, nanti kamu jadi istri durhaka lho” Tiba-tiba suara Rendy mengagetkan Melissa yang sedang fokus pada tehnya. Laki-laki itu memakai celana pendek merah dengan baju kaos abu-abu.
“Apaan sih?” Melissa membawa nampan yang berisi empat cangkir dan juga teko kaca yang berisi teh buatannya menuju ruang tengah dan duduk di sofa putih. Ia menuangkan teh itu ke dalam dua cangkir untuknya dan untuk Rendy.
Bagaimana pun juga ia harus bersikap baik pada Rendy, kalau tidak pernikahan akan dilaksanakan lebih cepat.
“Makasih ya” Ujar Rendy ketika duduk di samping Melissa dan menerima cangkir teh yang Melissa berikan padanya.
“Hm” Ucap Melissa singkat, beberapa saat kemudian Melissa seakan teringat sesuatu, “Ren gue baru ingat ada yang janggal deh”
“Apaan?” Tanya Rendy yang masih sibuk dengan tehnya.
“Perasaan lo di kamar tadi ngomong sama gue pake lo-gue kenapa sekarang jadi aku-kamu?”
“Mm, yang tadi itu aku lagi kesel habisnya kamu main masuk tanpa permisi” Ujar Rendy sambil menyandarkan tubuhnya di sofa putih.
“Ngomong-ngomong kenapa baksonya nggak dihabisin?” Tanyanya kemudian karena katika berada di dapur Rendy melihat semangkuk bakso yang tak habis di meja makan, dapur
“Gue pikir lo marah sama gue, makanya gue ngerasa nggak enak sama lo”
“Yaelah gitu doang kok, nggak apa-apalah” Lalu Rendy menatap pekat ke arah Melissa, “Kamu lapar?”
“Sedikit”
“Kenapa gak masak?”
“Males”
“Gimana kamu mau ngasih aku sarapan kalau aku udah jadi istriku?” Lagi-lagi Rendy melontarkan pertanyaan yang membuat Melissa mendengus kesal.
“Bisa gak sih lo nggak usah ngomongin itu di dekat gue?” Melissa terlihat jengkel, “Berisik tahu gak?”
“Kamu beneran gak mau nikah sama aku ya?” Tanya Rendy dengan wajah serius.
“Tahu, gak penting juga untuk dibahas” Kata Melissa acuh.
“Aku akan berusaha buat ngeyakinin kamu kalau aku itu baik untuk kamu”
Melissa hanya diam.
“Mel, tatap aku”
Melissa menatap Rendy yang ada di sampingnya, menatap ke arah matanya. “Aku serius mencintaimu, aku serius jika harus menikahimu, aku serius sama hubungan yang akan kita jalani, jika kamu nggak cinta sama aku setidaknya bukalah hatimu untuk menerimaku karena aku akan membuatmu mencintaiku”
Melissa menatap mata Rendy yang tak memancarkan kebohongan sedikit pun. Hatinya sangat tak tenang mendengar hal itu, Rendy bukanlah tipe cowok yang memberikan kebohongan. Ia tak main-main dengan perkataan yang ia ucapkan.
Melissa mengalihkan pandangan darinya, mencoba untuk melupakan segala macam ucapan yang ia katakan barusan. Suara mobil terdengar dari luar, Melissa menoleh dan menemukan orang tuanya masuk dengan raut wajah riang.
Lalu mereka berdua menghampiri Melissa dan juga Rendy, masih dengan raut riang gembira seolah mendapat kejutan yang menyenangkan.
“Ada apa Ma, kok kelihatannya senang banget?” Tanya Melissa sedikit heran.
“Kami sudah membuat keputusan sama orang tuanya Rendy kalau...” Mama Melissa menggantungkan ucapannya.
“Kalau apa Ma?”
“Kalau pernikahan bakal diadain dua minggu lagi”
“Hah?!” Melissa melotot terkejut, ini benar-benar mimpi buruk. “Dua minggu? Cepat banget?”
“Ya kan Rendy udah pindah kesini lebih cepat dari yang dijanjikan, jadi pernikahannya juga bakal diadain lebih cepat” Ujar Papa sambil tersenyum.
“Ma, aku kan masih muda mana baru berumur delapan belas tahun, masa udah mau dinikahin sih? Aku nggak mau nikah muda” Melissa memberi protes akan perintah gila yang akan ia alami di hidupnya.
“Aduh Melissa, ini udah keputusan kami sama orang tuanya Rendy. Karena kami mau keluar negeri, jadi Mama sama Papa mau kamu dijaga sama orang yang tepat”
“Orang yang tepat? Maksudnya dia, iih mending gue--”
“Apa? Perawan tua? Hati-hati lho, omonganmu itu adalah doa” Rendy memotong perkataan Melissa, ia sangat tahu apa yang akan dikatakan gadis itu untuk menolak pernyataan yang sma sekali tak ia sukai.
“Ck, tapi Pa aku nggak mau nikah muda”
“Melissa, lebih baik kamu berkeluarga dari sekarang daripada nanti malah susah cari jodoh” Ujar Papanya ramah.
“Tapi Pa, nikah muda bukan solusi yang tepat. Aku juga baru berumur delapan belas tahun masih begitu dini untuk memulai kehidupan berkeluarga” Melissa menenangkan hatinya yang mulai tak terkontrol, “Mm, tapi kalau nanti aku nikah. Aku mau tinggal dimana?” Tanyanya kemudian.
“Di rumah yang sudah kami siapin”
“Terus, kalau lapar siapa yang masakin?” Tanya Melissa lagi.
“Kamulah, kan kamu udah jadi istri” Jawab Mamanya antusias.
“Jadi aku harus belanja keperluan gitu?”
“Ya-iyalah”
“Mama sewain pembantu aja ya? Supaya aku nggak capek” Bujuk Melissa
“Nggak, kamu nggak usah aja lanjutin kuliah jadi kamu nganggur di rumah dan kamu bisa ngurus rumah kan?”
Melissa tambah terkejut dengan perkataan yang dilontarkan orang tuanya itu, matanya membulat sempurna. “What? Nggak kuliah? Mama serius? Masa cewek pintar kayak aku nggak kuliah sih Ma?” Tanya Melissa sedikit tak terima.
“Nah maka dari itu, karena kamu pintar makanya kamu ngurusin rumah tangga”
“Jadi, aku nggak bisa kerja dong Ma?”
“Ya gitu deh”
“Nggak adil” Melissa bangkit berdiri dan menaiki tangga dengan cepat.
“Melissa!” Orang tua maupun Rendy berseru memanggil Melissa yang cepat meninggalkan mereka.
“Biar aku aja Pa yang kesana” Ujar Rendy pada Papa Melissa ketika pria itu berdiri dan hendak menyusul Melissa.
Rendy segera berlari menaiki tangga dan menuju tempat dimana kamar Melissa berada. Sebuah suara musik keras terdengar dari balik pintu yang memiliki ukiran bunga, Rendy menggedor-gedor pintu tersebut dengan keras wajar saja karena musik yang isetel mengalahkan suara serta gedoran pintunya.
“Mel, buka pintunya Mel” Beberapa kali Rendy meneriaki dan menggedor-gedor pintu kamar Melissa.
“Apa sih?” Melissa membuka pintu kamarnya dan menatap kesal pada Rendy.
“Kamu kenapa?” Tanya Rendy berusaha manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments