Ꭲhꫀ Ꭹꪮᥙᥒg ℳᥲɾɾเᥲgꫀ

Ꭲhꫀ Ꭹꪮᥙᥒg ℳᥲɾɾเᥲgꫀ

Sebuah Awal

Kelas XII Ipa dua...

Melissa termenung di dalam kelas dengan dagu yang ditompangkan kedua tangannya. Pikirannyaterus memikirkan soal perjodohan yang dibincangkan pada malam tadi. Saat Melissa berniat menolaknya, bayangan soal kebaikkan orang tuanya terus menghantui pikiran, apalagi Melissa adalah anak tunggal.

“Melissa!” Seru seseorang memanggil namanya, dan seketika lamunan menjadi buyar. Karra, dina, dan Azira tampak memandang ke arah Melissa.

“Ada apa?”

“Lo nggak ke kantin?”

“ke kantin kok”

“Yaudah ayo!”

“Iya” Melissa pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan beriringan dengan sahabat-sahabatnya. Melissa tak menceritakan soal perjodohannya dengan Rendy pada tiga sahabatnya, Melissa berusaha bersikap biasa di depan mereka.

Di kantin....

“Lo pesan apa?” tanya Dina pada Melissa.

“Seperti biasa aja”

“Oh oke bentar ya” katanya sambil meninggalkan Melissa untuk memesan makanan Melissa, Azira, dan Karra. Karena tak mau buang-buang tenaga untuk antri, jadi mereka selalu bergantian untuk memesan makanan kepada satu orang dan orang itu akan memesan kepada pemilik kantin.

Beberapa saat kemudian Dina datang dengan nampan yang berisi pesanan untuk semua. Di saat mereka sedang asyik mengobrol tiba-tiba Rendy datang dan duduk tepat disebelah Melissa.

“Hai Meli, kamu lagi makan apa?” Rendy berkata sambil tersenyum. Karena perjodohan diantara mereka, jadi sejak tadi malam ia ngomong pake aku-kamu.

Dina, Azira, dan Karra menatap ke arah Rendy dan Melissa dengan tatapan heran. Melissa hanya diam tak merespon perkataan Rendy.

“Coba deh makanan punyaku pasti enak” katanya sambil mengarahkan sendok yang berisi batagor pada Melissa.

“Cepat, jika kita tak bersikap baik maka pertunangan tidak akan dilakukan tapi langsung ke pernikahan” bisiknya dengan nada suara serius.

“Apa?” tanya Melissa lebih pelan. Dan dengan terpaksa perempuan itu menerima suapan itu dengan berat hati. “Enak” kataku sambil senyum dipaksakan.

“Kalian kenapa sih?” Karra bertanya pada Melissa dan Rendy.

“Emang Meli nggak ngasih tau kalau--”

“Hssh, udah kok” kata Melissa memotong pembicaraan Rendy yang hampir saja membuatnya malu. Melissa pun menatap kearah mereka dengan senyuman buatan, Mereka tampak mengangguk-angguk sendiri tanpa tau apa yang sedang dibicarakan.

“Oh udah ya, baguslah nih aaa” katanya lagi sambil mengarahkan sendok pada Melissa lagi.

“Aku bisa makan sendiri kok” Melissa menghentikan perbuatan Rendy. Ia menyantap bakso sambil sesekali menatap ke arah Rendy dengan tatapan kesal.

“Sebenarnya lo sama Rendy itu punya hubungan apa sih?” tanya Azira pada Melissa setelah keluar dari ruang kantin dan sedang berjalan menuju kelas.

“Nggak apa-apa” Jawab Melissa dengan cuek.

“Nggak mungkin, buktinya Rendy tadi nyuapin lo dan lo nerima. Pasti ada apa-apa” ucapan Dina membuat atmosfer di sekitar peremuan itu menjadi panas.

“Jangan-jangan lo pacaran ya?” Karra bertanya pada Melissa dengan nada suara menebak.

“Ih apaan sih, pada ngawur semua omongannya”

“Terus?”

“Jadi gue sama Rendy itu dijodohin sama orang tua gue, udah puas?” jawab Melissa blak-blakkan pada mereka, menurut Melissa tak ada gunanya juga berbohong kalau tetap akan terbongkar.

Gelak tawa yang keras dari mereka bertiga langsung mengundang tatapan-tatapan aneh dari orang banyak. “Makanya Mel, coba kalau lo nerima pernyataannya dari dulu ‘kan lo nggak bakal dijodohin sama orang tua lo”

“Ah udah ah, ribet ngomong sama kalian” Kata Melissa dengan kesal kepada tiga sahabatnya. Melissa pun berjalan mennggalkan mereka dengan masih kesal.

Bersikap baik, Melissa harus bersikap baik dengan Rendy. Itu adalah hal yang mustahil baginya, Rendy adalah seorang yang terus mengejar sesuatu yang ia ingini dan sekarang Melissa mengambil kesimpulan jika perjodohan ini adalah ulahnya. Jika ia yang membuat hal-hal bodoh ini dilakukan, lalu bagaimana Melissa bisa bersikap baik dengannya?

“Hai Meli” Sebuah suara mengagetkan Melissa dan itu adalah Rendy.

“Kenapa sih?” tanya Melissa dengan kesalnya.

“Jangan judes kalau sama aku, nanti kamu tahu akibatnya”

Amarah Melissa sudah mencapai puncak, Rendy selalu mengancam seseorang untuk menuruti kemauannya, tapi Melissa bukanlah cewek bodoh yang seperti itu. Yang mau berlutut kalah di hadapannya.

Melissa menarik Rendy ke dalam lab Ipa dan meluapkan segala amarah yang ada dalam pikirannya. “Maksud lo apaan sih?” tanya Melissa langsung pada Rendy.

“Apaan?” Tanya Rendy dengan ekspresi bingung.

“Nggak usah basa-basi, lo kan yang ngebuat perjodohan ini dibuat”

“Nggak”

“Lo pikir gue nggak tahu apa?”

“Malah aku yang nggak ngerti apa yang kamu omongin” katanya dengan nada yang sedikit ditinggikan.

“Gue itu tahu kalau lo nggak bakal ngelepasin orang yang lo incar” Kata Melissa lagi sambil menunjuk kearah wajah Rendy.

“Tapi perjodohan ini bukan aku yang mau” Kata Rendy seakan membela dirinya yang tak bersalah.

“Banyak alasan” Melissa lalu pergi meninggalkannya dengan perasaan masih marah.

“Meli!” Terdengar seruan dari Rendy di telinga Melissa namun tak kuhiraukan seruan itu. Perempuan itu terus berjalan keluar dari ruang labolatorium ipa, tanpa menoleh ke belakang.

Di rumah....

Melissa berbaring di atas kasur sambil membaca sebuah buku, tiba-tiba suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya. Mama Melissa terlihat membuka pintu dan tersenyum ke arah putri tunggalnya.

“Kenapa Ma?”

“Mama mau minta tolong ke kamu, tolong kamu antar ini ke rumah mama Rendy” Lina berkata pada Melissa sambl tersenyum ramah. Di tangannya terdapat sebuah bungkusan, entah bungkusan apa itu.

“Kenapa aku sih Ma?” tanya Melissa dengan malas.

“Udah antar aja” Mama pergi meninggalkan Melissa sendiri di dalam kamar.

Melissa hanya bisa mematuhi apa yang dikatakan Mamanya.

Dengan mengendarai mobil AVANZA putih, perempuan itu menyusuri jalan raya yang padat akan kendaraan yang berlalu lintas.

Dan pada akhirnya ia sampai di rumah mewah bercat putih, inilah tempat keluarga Rendy tinggal. Memang mewah, karena ayahnya adalah pemilik perusahaan besar yang cabangnya sudah menyebar luas di bumi Indonesia. Rendy pun sudah memegang satu perusahaan saat menginjak kelas sebelas.

Melissa turun dari dalam mobil dan melangkahkan kaki menuju pintu rumah itu, ia bunyikan bel beberapa kali hingga ada yang membukakan pintu untuknya. Tampak seorang wanita seumuran mama Melissa membukakan pintu, itulah Mamanya Rendy. ”Eh Melissa, tumben kesini?” katanya dengan ramah.

“Iya Tante tadi disuruh Mama ngantar ini” kata Melissa sambil memberikan bungkusan yang Mama titipkan padanya.

“Oh makasih ya Mel” katanya sambil mengambil bungkusan itu dari Melissa. “Masuk Mel”

“Nggak usah Tan, aku langsung pulang aja” Tolak Melissa halus.

“Nggak apa-apa sebentar aja kok sekalian ketemu sama Rendy” katanya sambil menarik tangan Melissa masuk ke dalam rumah, perempuan itu pun menurut (dengan berat hati). Ia menyuruh Melissa duduk di sofa coklat yang berada di ruang tamu.

Lalu ia memanggil putranya yang bernama Rendy, Melissa merasa seperti dikekang oleh keluarga yang menjodohkannya dengan laki-laki itu.

Rendy turun melewati anak tangga yang panjang, ia tersenyum kearah Melissa. Senyum yang dianggap senyum malaikat maut oleh Melissa, “Ada apa Mel?” tanyanya.

“Nggak apa-apa” jawab Melissa singkat.

“Kalau nggak apa-apa kok mampir sih?”

“Disuruh Mama ngantar barang”

“Lho kamu jadi kurir ya?” katanya sambil tertawa garing.

“Nggak usah ngomong omong kosong deh” kata Melissa dengan kesal, ia membuang muka dari hadapannya, Melissa merasa bosan melihat wajahnya itu. “Udah ah gue mau pulang” kata Melissa sambil mengambil kunci mobil dari dalam saku celananya.

Namun ketika Melissa hendak berdiri dari sofa yang empuk, Ana datang sambil membawakan nampan yang berisikan sirup. “Lho Melissa mau kemana?” tanya wanita itu pada Melissa yang sudah bangkit berdiri.

“Katanya mau pulang Ma” Rendy berkata dengan jujur.

“Lho kok cepat banget ini lho diminum dulu udah dibuatin”

“Nggak usah Tante, soalnya lagi buru-buru” Kata Melissa dengan halus, ia ingin sekali keluar dari rumah ini.

“Tolong dihargai apa yang sudah dibuat Mamaku” Kata Rendy serius pada Melissa.

Melissa pun kembali duduk dan mengambil segelas sirup dan meneguknya. Lalu Mama Rendy permisi kembali ke dapur, meninggalkan dua remaja itu di ruang tamu. Melissa menatap tajam ke arah Rendy yang terlihat santai meneguk minumannya.

“Ren, sebenarnya mau lo itu apa sih?” tanya Melissa pada Rendy.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!