Keesokan harinya, Afifah pun bersiap untuk menjalani hari-hari seperti biasa meskipun amat berat terasa. Apa pun yang terjadi semalam, hidup Afifah harus terus berlanjut.
Wanita itu bangkit dari ranjang dan bersiap untuk memulai rutinitas sehari-hari. Sekilas, Afifah melirik ke arah ranjangnya yang kosong.
Ya, tak ada Arga disampingnya. Semalam Arga tak kembali ke kamarnya. Arga lebih memilih untuk beristirahat di kamar Putri, daripada kembali ke kamar sang istri.
"Mas Arga lebih memilih tidur bersama adiknya?" gumam Afifah miris dengan hati teriris. Rasanya kehadiran dirinya sebagai istri sudah tak ada harganya lagi di mata Arga.
Rasanya wanita itu ingin sekali menjerit untuk meluapkan kepedihan di hatinya. "Sudahlah, Afifah! Biarkan saja pria bejat itu bertingkah semaunya!" gumam Afifah mencoba menenangkan diri.
Afifah mulai melangkah menuju pintu begitu dirinya selesai bersiap untuk berangkat menuju tempat kerja. Manik mata wanita itu langsung disuguhi pemandangan kurang sedap begitu ia keluar dari kamar.
Afifah melihat Arga dan Putri bermesraan di depan matanya tanpa sungkan. Ya, dua sejoli itu tak perlu lagi bersembunyi di belakang Afifah dan berhubungan diam-diam. Toh, semuanya juga sudah terbongkar. Mereka bisa bebas melakukan apa pun tanpa takut ketahuan, bahkan terang-terangan memperlihatkan kemesraan di depan istri sah.
'Apa-apaan ini? Aku harus melihat pasangan laknat ini setiap hari?' geram Afifah dalam hati.
Arga langsung melepas pelukannya pada Putri begitu ia melihat Afifah. Pasangan bejat itu nampak canggung bermesraan di depan orang lain, apalagi di depan Afifah. Keduanya saling menjauh dan nampak salah tingkah.
"A-afifah?" sapa Arga tergagap begitu ia beradu pandang dengan sang istri.
Afifah hanya diam dan sengaja membuang muka. Meskipun hatinya merasakan sakit luar biasa saat suaminya memeluk wanita lain, tapi ia tak boleh terlihat lemah.
Afifah lebih memilih untuk tidak menggubris, walaupun hatinya terasa panas dan air matanya ingin berdesak keluar. 'Tahan, Afifah! Kamu tidak boleh kalah dari dua pengkhianat ini!' batin Afifah mencoba menguatkan diri.
"Mas, aku tidak nyaman berada di rumah yang sama dengan Mbak Afifah," rengek Putri lirih begitu Afifah menjauh.
Wanita itu dapat mendengar samar-samar rengekan Putri pada Arga. Tak hanya Putri yang merasa risih, Afifah pun juga tak sudi tinggal satu atap bersama dengan pasangan bejat.
"Sabar, Putri! Kita masih membutuhkan Afifah. Tahan saja, ya? Mas akan lebih memperhatikan kamu mulai sekarang," ujar Arga dengan teganya lebih memanjakan selingkuhan daripada istrinya sendiri.
Afifah yang mendengar hal itu pun langsung berlalu begitu saja meninggalkan rumah. Tanpa berpamitan apalagi membuatkan sarapan, Afifah pergi ke tempat kerja untuk melarikan diri dari rumah terkutuk yang membuat batinnya tersiksa.
"Bagaimana kita sarapan dulu?" ajak Arga pada Putri.
Pria itu pun mulai celingukan mencari istri sahnya saat ia membutuhkan makanan. Sungguh pria tak tahu diri! Saat di kasur, ia mencari selingkuhan. Saat di dapur, barulah ia ingat kalau sudah mempunyai pasangan.
"Afifah?" panggil Arga pada sang istri.
Putri berjalan ke meja makan dan mendapati meja di rumah tersebut kosong melompong tanpa makanan. "Mas, tidak ada makanan di sini. Mbak Afifah bagaimana, sih? Dia tidak memasak untuk suami?" omel Putri.
Tak hanya Arga, Putri juga hanyalah wanita tak tahu diri yang hanya membutuhkan Afifah disaat tertentu dan memperlakukan wanita itu seperti babu. "Mbak Afifah tidak memasak, Mas?" tanya Putri.
"Aku sudah mencari Afifah ke seluruh rumah, tapi aku tidak menemukan siapa pun. Sepertinya Afifah sudah pergi," cetus Arga. "Tidak sepertinya Afifah bertingkah seperti ini. Afifah pergi tanpa berpamitan padaku," sambungnya merasa terkejut dengan tingkah sang istri dan tak terima dirinya tidak dihargai sebagai seorang suami.
"Istri macam apa itu? Pergi tanpa pamit dan menelantarkan sang suami tanpa sarapan?" gerutu Putri.
Sepertinya perang dingin antara Afifah dan Arga akan segera dimulai. Afifah juga tak ingin terinjak-injak oleh sang suami yang bertingkah seenaknya, dan akan membela harga dirinya di depan pasangan bejat yang sudah menyakiti hatinya itu.
"Kamu saja yang masak sarapan, Putri!" titah Arga pada sang kekasih gelap.
"Aku? Mas memintaku memasak? Mas punya istri, kan? Minta saja sarapan pada istri Mas!" cetus Putri.
****
Di tempatnya bekerja, Afifah berusaha beraktivitas seperti biasa sebagai quality control di sebuah perusahaan yang ada di Semarang. Saat jam istirahat tiba, wanita itu terus saja melamun sembari mengaduk-aduk piring makan siangnya dengan wajah masam.
"Afifah, habiskan makananmu! Mau sampai kapan kamu mengaduknya begitu?" tegur teman Afifah di pabrik, bernama Yuyun.
Afifah langsung tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Yuyun dengan senyum kecut. "Aku sedang tidak nafsu makan," ungkap Afifah.
"Kenapa? Kamu sedang ada masalah?" tanya Yuyun.
Afifah menggeleng, kemudian terdiam. Tak ada salahnya juga jika ia menceritakan sedikit beban di hatinya pada sahabat sekaligus rekan kerjanya itu.
"Yun, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Afifah.
"Apa? Tanyakan saja!" tukas Yuyun.
Afifah memainkan jemarinya dan mencoba memilah-milah hal mana yang pantas untuk diceritakan dan hal yang tidak pantas untuk diumbar mengenai masalah yang tengah ia hadapi. "Menurut kamu ... bagaimana cara menghadapi suami yang berselingkuh?" tanya Afifah.
"Suami ... selingkuh?"
Afifah mengangguk cepat. Saat ini ia benar-benar membutuhkan saran dan dukungan untuk menghadapi suaminya yang telah berkhianat.
"Kenapa, Afifah? Apa Arga ... selingkuh?" tanya Yuyun penuh hati-hati. Tentunya Afifah tidak akan menanyakan hal seperti itu jika wanita itu tidak mengalaminya, kan? Hal itu pun langsung tertangkap jelas oleh Yuyun meskipun Afifah baru mengucapkan satu kalimat saja.
"B-bukan begitu! Aku hanya ingin tahu saja. Biasanya apa yang dilakukan oleh para istri yang menangkap basah suaminya yang berselingkuh. Hanya untuk menambah ilmu saja," tukas Afifah berkilah.
Yuyun mengulas senyum dan mencoba membujuk Afifah untuk berkata yang sejujurnya. "Mengaku saja! Arga selingkuh, kan? Kamu sendiri yang memergokinya?" tanya Yuyun.
"Bukan seperti itu, Yun. Mas Arga tidak melakukan hal itu. Aku menanyakan hal ini karena ... hanya ingin tahu saja!" cetus Afifah penuh dusta.
Melihat Afifah yang tak mau berkata jujur, Yuyun pun juga tak bisa memaksa. "Baiklah, kalau kamu tidak mau jujur. Aku tidak akan memaksamu untuk mengumbar masalah rumah tangga kamu," timpal Yuyun. "Kalau saran dari aku, saat kita menghadapi suami yang berselingkuh, salah satunya kita harus mengumpulkan bukti. Kita juga butuh keadilan, bukan? Kita sudah disakiti secara psikis. Jadi, saran aku sebaiknya kamu kumpulkan bukti perselingkuhan suami kamu," sambungnya.
"Bukti?"
"Bukti untuk diserahkan ke pengadilan. Kamu mau hidup bersama dengan suami yang berselingkuh?" tanya Yuyun. "Selingkuh itu tabiat. Sangat sulit untuk mengubahnya kalau bukan dari diri pria itu sendiri. Lebih baik kamu kumpulkan banyak bukti dan bawa ke pengadilan jika kamu ingin menceraikan suami kamu," ungkap Yuyun.
"Salah satu bukti yang bisa kamu gunakan adalah rekaman CCTV. Pasang CCTV dan kumpulkan bukti sebanyak mungkin dari rekaman kamera pengintai itu," imbuh Yuyun.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rinnie Erawaty
betul kata Yuyunun kumpulkan bukti dan cerai titik
2023-01-14
0
V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷
Cerdas mbak Yuyun tuh Afifah otaknya kudu di kasih Doping, jangan atas nama cinta dirimu mau di injak2 harga dirinya
2023-01-14
1
Widya Iskandar
tlong dilanjutkan kn tour,pasti da udang dibalik batu,knp Arga ma putri bisa berhubungan tp kn mereka abg beradik,kq bs berbuat zinah...
2023-01-14
1