Dini hari, Afifah, Putri, dan juga Arga duduk di ruang keluarga setelah ketiganya mulai bisa menenangkan diri usai adu mulut yang panjang di antara mereka. Afifah mencoba menghadapi hal ini dengan kepala dingin dan memberikan kesempatan pada Putri dan Arga untuk memberikan penjelasan mengenai hubungan terlarang yang dijalin oleh kakak beradik itu.
"Coba jelaskan! Apa yang sebenarnya terjadi? Aku berhak tahu, kan?" cetus Afifah mulai membuka perbincangan.
Putri terus melirik Afifah dengan tatapan tidak suka, sementara Arga berusaha merangkai kata untuk memberikan penjelasan yang diinginkan oleh Afifah. "Apa saja yang ingin kamu tahu?" tanya Arga.
Afifah menghela napas. Berat rasanya untuk mengorek hubungan gelap antara suaminya dengan sang selingkuhan. Namun, Afifah harus tahu cerita lengkapnya. Bagaimana dan kenapa hal memalukan yang melanggar norma bisa terjadi dan menghancurkan rumah tangganya.
"Sejak kapan Mas berhubungan dengan adik Mas sendiri? Sudah lama? Jauh sebelum Mas mengenalku? Jauh sebelum Mas menikah?" tanya Afifah sembari menahan amarah.
Arga tak bisa mengelak lagi. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah mengungkapkan kebenaran. Toh, Afifah juga sudah telanjur tahu. Lebih baik Arga bongkar saja semuanya di depan Afifah.
"Sudah lama, Afifah. Jauh sebelum aku mengenalmu, aku memang sudah menjalin hubungan istimewa dengan adikku," ungkap Arga.
Hancur! Sakit sekali rasanya saat tahu suami yang ia cintai selama ini ternyata memiliki wanita idaman lain.
Putri melempar senyum penuh kemenangan di depan Afifah. Meskipun nama Afifah yang tercatat di berkas pernikahan bersama Arga, tapi tetap saja hanya nama Putri yang terpatri di hati Arga.
"Apa kubilang? Kamu bukan apa-apa di sini, Mbak! Akulah pemilik hati Mas Arga yang sebenarnya!" ujar Putri tanpa tahu malu di depan istri sah.
"Aku hanya ingin mendengar penjelasan dari suamiku! Sebaiknya kamu diam!" timpal Afifah pada sang adik ipar yang sudah menjadi pelakor dalam rumah tangganya.
"Apa lagi yang ingin Mas katakan? Apa Bunda tahu?" tanya Afifah kembali menahan tangis.
Arga terdiam sejenak begitu ia mendengar Afifah menyinggung Bunda Siti, yang merupakan ibunya dan juga Putri. "Bunda ... tidak tahu!" jawab Arga sembari menggelengkan kepala.
"Aku menutupinya dari Bunda. Tidak mungkin aku mengatakan hal ini pada Bunda," sambungnya.
"Lalu Mas menggunakan pernikahan kita untuk menutupinya? Dan Mas membawa adik Mas tinggal bersama kita agar Mas bisa melanjutkan kelakuan bejat Mas bersama dengan adik Mas?" sungut Afifah sembari menggelengkan kepala. Afifah masih tak percaya, selama ini ia sudah masuk ke dalam perangkap pria laknat yang sudah kehilangan akal sehat dan dimanfaatkan untuk menutupi kelakuan bejat sang suami.
"Kenapa? Tidak terima? Seharusnya akulah yang tidak terima di sini! Kamu sudah menjadi orang ketiga dalam hubunganku dan Mas Arga! Siapa yang seharusnya marah di sini? Aku atau kamu?" sentak Putri pada Afifah.
"Aku menjadi orang ketiga? Aku sudah menyelamatkan kalian dari sanksi sosial, dan kamu menganggap aku sebagai orang ketiga?" tukas Afifah. "Apa semua pelakor memang tidak tahu diri?"
"Siapa yang pelakor di sini? Aku atau kamu?" balas Putri.
"Sudah!" pekik Arga mencoba menenangkan situasi kembali.
Meskipun hatinya tetap tertaut pada Putri, tapi sebenarnya Arga mulai membuka hati untuk Afifah. Setelah satu tahun lamanya membangun bahtera rumah tangga bersama, bohong kalau Arga tidak memiliki rasa sedikitpun pada Afifah. Namun, tentunya rasa cinta Arga ke Putri jauh lebih besar dari rasa cinta Arga ke Afifah.
"Afifah, sekarang kamu sudah tahu semuanya. Aku tidak akan menutupi apa pun lagi darimu," cetus Arga.
"Apa yang kurang dariku, Mas? Kamu sudah menikah denganku, apa kamu tidak bisa menghentikan hubungan terlarang ini dengan adikmu?" tanya Afifah.
"Kamu suami yang baik, Mas. Sejak awal pernikahan kamu selalu memberikan perhatian dan bersikap layaknya seorang suami yang bertanggung jawab di depanku. Kamu penuhi semua kewajibanmu baik nafkah lahir maupun batin. Kamu sudah menjadi suami yang baik, Mas. Tidak bisakah kamu akhiri hubungan gila ini?" tanya Afifah mulai putus asa menghadapi jalan buntu di pernikahannya dan juga Arga.
Memang selama ini Arga selalu bersikap baik dan romantis. Mungkin karena itulah, Afifah tertipu dan tak tahu kelakuan bejat sang suami di belakangnya, meskipun Afifah sudah curiga dengan sikap Arga ke Putri yang terlalu berlebihan untuk ukuran kakak dan adik.
Arga juga menjalankan tugas sebagai suami dengan baik. Nafkah pun tak pernah telat, meskipun di akhir bulan seringkali Afifah harus nombok dengan merogoh koceknya sendiri. Namun, semuanya Afifah lakukan dengan ikhlas dan berharap ia bisa membina rumah tangga bahagia bersama dengan suami tercinta.
Tapi apa yang ia dapatkan? Justru pengkhianatan di depan mata yang disajikan oleh suami yang ia percaya.
"Maaf, Afifah. Aku mencintai Putri. Bahkan jauh sebelum kita bersama," ucap Arga makin membuat hati Afifah terkoyak hebat.
Sejak awal memang Arga dan Putri sudah menunjukkan kedekatan tak wajar. Kini terjawab sudah kalau kedua manusia laknat itu memang memiliki hubungan terlarang.
Afifah sudah mengikhlaskan sang suami yang harus menanggung biaya kuliah sang adik di Kota Semarang. Afifah juga mengerti dan memberikan izin untuk Putri tinggal bersama mereka dan dirawat oleh sang suami. Tapi lihat apa balasan yang diberikan oleh Putri?
"Cinta? Mas, hal yang Mas sebut cinta itu salah! Mas masih ingin melanjutkan hubungan gila seperti ini? Apa Mas sama sekali tidak peduli dengan perasaanku? Itu bukan cinta, Mas! Itu nafsu!" timpal Afifah.
"Apa yang kamu tahu soal hubunganku dan Mas Arga? Kamu tidak tahu apa pun soal kisah kami, jadi jangan sok menggurui!" sahut Putri.
"Aku hanya mencoba menasihati. Apa kalian tidak pernah merasa kalau perbuatan kalian ini salah? Kalian tidak merasa malu pada diri kalian sendiri, terlebih kamu, Mas Arga! Kamu tidak malu pada istrimu ini?" tandas Afifah sembari menatap sang suami dengan tatapan dingin.
"Malu? Kenapa harus malu? Kami saling mencintai, Mbak! Sebaiknya kamu tidak menghalangi kami!" tegas Putri masih bersikeras membawa-bawa nama cinta dalam hubungan mereka yang jelas-jelas salah dan melanggar norma yang berlaku di masyarakat.
"Kamu juga seorang perempuan 'kan, Putri! Bagaimana kalau kamu ada di posisiku? Apa kamu akan diam saja dan membiarkan suamimu tersesat di jalan yang salah?" sungut Afifah.
"Kamu sendiri juga perempuan, Mbak! Bagaimana kalau kamu jadi aku? Kamu bisa merelakan pria yang kamu cinta bersama dengan orang lain? Kamu pikir hanya kamu yang tersakiti di sini? Akulah yang paling tersakiti di sini, Mbak!" ungkap Putri berlagak seperti korban dan tak mau mendengarkan saran dari Afifah.
"Kalau aku jadi kamu? Aku akan pergi mencari pria lain kalau aku jadi kamu! Aku masih punya rasa malu dan aku masih punya harga diri. Aku tidak akan mengambil suami orang lain, karena aku masih waras. Jangan jadikan cinta sebagai alasan tindakan bejat, Putri! Yang salah itu bukan cinta, tapi diri kamu sendiri yang tidak bisa mengarahkan cinta pada orang yang benar!"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rinnie Erawaty
menjijikkan
2023-01-14
0
Sena_cantik9
jgn hd lmh. bangkit
2023-01-13
0
Eneng Ersha
s putri keras kepala sekali klo emang benar adik kandung s arga udh afifah tinggalkn dn bilang sm orang tua nya kelakuan anak2 mereka yg menjalin hubungan terlarang itu
2023-01-13
0