Kembangkitan.
Ketika saya sedang berlatih dengan saudara laki-laki saya, ibu saya tiba-tiba datang dan meneriaki saya.
"Lumie! Gadis bangsawan tidak pantas memegang senjata seperti itu, cepat buang senjatamu!"
"T-Tapi Ibu, aku ingin menjadi Assassin seperti Ayah dan Kakak!"
"Sudah kubilang, lupakan mimpi bodohmu."
Aku meninggikan suaraku.
"Ibu bilang ini mimpi bodoh, tolong tarik kembali kata-kata itu, mimpiku tidak bodoh, aku benar-benar serius ingin menjadi seorang Assassin."
Ibu menjadi sangat emosional mendengar perkataanku.
"Bagaimana mungkin seorang putri bangsawan berbicara begitu keras kepada orang tuanya? Apakah kamu sudah melupakan ajaran Ibu?"
"Aku tak perduli itu, selama ini aku adalah anak yang penurut, aku sudah menuruti perintah Ibu, sekarang aku hanya meminta satu hal pada Ibu, aku ingin menjadi Assassin seperti Ayah."
"Plakkk!"
Beberapa saat kemudian, rasa sakit di pipiku menyadarkanku bahwa Ibu telah menamparku.
Aku membuang senjataku lalu berlari keluar dari rumah, hatiku terasa sangat hancur sekarang.
"Apa yang telah aku lakukan?" Eliana menyesal telah menampar putrinya.
Julius yang melihat ibunya menampar Lumie di depan matanya merasa sangat bersalah karena telah mengajak Lumie berlatih tanpa memikirkan resikonya, ia juga sangat kesal pada ibunya.
"Kenapa Ibu menamparnya? Meskipun Lumie anak yang lemah tapi dia terlihat sangat senang saat latihan, aku hanya berusaha menghiburnya, bukankah tindakan ibu itu terlalu berlebihan, aku akan mengejar Lumie, jika terjadi sesuatu padanya, aku tidak akan pernah memaafkan Ibu."
Tegas Julius, ia segera berlari mengejar Lumie yang berlari keluar rumah.
Aku terus berlari tanpa alas kaki tanpa arah dan tujuan, dan tak sadar aku sedang berlari menuju hutan, namun tiba-tiba aku menabrak seseorang.
"Bruk!"
Saya melihat seorang pria paruh baya tinggi berkepala botak menatap saya dengan tatapan tajam, mungkinkah dia orang jahat?
"Anak kecil, apa yang kamu lakukan di sini?"
"Aku minta maaf."
Pria itu memaggil teman-temannya.
"Kamu cepat kemari, apakah ada di antara kalian yang melepaskan anak yang kita tangkap? Ada anak kecil yang sangat lucu di sini."
"Tidak! semua anak dikurung dengan aman." jawab temannya.
"Berarti ini adalah hari keberuntungan kita, lihatlah ada anak yang sangat cantik berkulit putih dan berambut pirang, jika kita menjualnya pada pedagang budak pasti harganya akan sangat mahal."
Gawat aku kena masalah, ternyata mereka sindikat penculikan, aku tidak membawa senjata, apa yang harus kulakukan dengan tubuh kecil seperti ini, aku harus segera kabur.
Saat saya hendak melarikan diri, penculik langsung menangkap saya.
Sial, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, apakah nasibku akan berakhir menjadi budak?
Dan pada saat itu juga.
"Kalian! Apa yang kalian lakukan, cepat lepaskan adikku."
"Kakak."
Saya terkejut dengan kedatangan Kakak.
"Kamu anak kecil, beraninya kamu mengarahkan pedangmu ke arah kami, aku akan menangkapmu juga."
Kakak tidak akan bisa melawan semua penculik ini, rencana kakak melawan mereka semua terlalu gegabah, kakak bisa saja terbunuh, kenapa dia mengejarku? Sebaiknya kamu lari saja dan biarkan aku di tangkap, aku keluar rumah sendirian dan membuat masalah pada Kakak, jika terjadi apa-apa pada Kakak, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.
Kakak mulai melawan para penculik, dia memang sudah lama belajar menggunakan pedang, tapi tetap saja dia masih anak-anak, dan lagi pula kakak kalah jumlah, apa yang harus aku lakukan?
"Uaakkk!"
Kakak dipukul dan dilempar, pedangnya juga ikut terlempar, dia terlihat kesakitan dan penculiknya terus memukulinya.
Aku membelalakkan mataku dan menangis melihat Kakak dipukuli seperti itu.
Sudah cukup, hentikan, aku mengepalkan tanganku dan berpikir, jika aku punya senjata dan kekuatan aku pasti akan membunuh kalian semua.
"Hentikan!!!" Aku berteriak dengan keras sembari menangis.
Para penculik yang sedang menahanku tiba-tiba terjatuh, mereka semua kaget saat melihatku.
Tanpa sadar aku mengeluarkan aura energi berwarna emas ke sekujur tubuhku dan hal ini membuatku setengah sadar, rambutku bergerak-gerak seperti tertiup angin karena efek energi yang keluar, tubuhku serasa tidak kuat untuk menerima beban energi sebesar ini.
Aku melihat tanganku tiba-tiba mengeluarkan banyak tongkat Besi yang ujungnya tajam, Besi itu tiba-tiba melesat dengan sendiri ke arah para penculik dan membunuh mereka semua.
"Lumie kamu?"
Julius sangat terkejut saat melihat Lumie membunuh dengan Tongkat Besi itu.
Setelah itu perlahan kesadaranku mulai hilang, aku pun tak sadarkan diri.
Setelah Lumie tak sadarkan diri, Aldric datang bersama pengawalnya. Aldric sangat terkejut melihat para penculiknya telah ditusuk hingga tewas dengan tongkat-tongkat besi.
"Julius siapa yang melakukan semua ini?" tanya Aldric.
"Lumie yang melakukan semua ini, dia marah saat melihatku dipukuli dan tiba-tiba dia mengamuk seperti kesurupan, aku tidak menyangka Lumie memiliki kekuatan seperti itu."
Setelah mengatakan itu, Julius pun tak sadarkan diri karena terluka akibat menerima banyak pukulan.
"Penjaga cepat bawa mereka ke rumah dan segera panggil dokter, pastikan mereka baik-baik saja, periksa juga gudangnya, kemungkinan banyak anak-anak yang dikurung di sana, mayat-mayat ini akan aku urus," tegas Aldric.
Aldric terus mengamati mayat para penculik.
Lumie yang melakukan semua ini? Mungkinkah dia? Aku harus membersihkan tongkat-tongkat besi ini dan membuat laporan seolah-olah akulah yang membunuh mereka semua, akan berbahaya jika orang lain mengetahui bahwa putriku yang melakukan semua ini. pikir Aldric.
Aldric segera membersihkan mayat-mayat itu.
Ketika aku sadar orang pertama yang kulihat adalah ibuku.
"Aku senang sekali kamu sudah bangun, Lumie."
Ibuku langsung memelukku sambil menangis.
Ini adalah kehangatan yang dulu tidak pernah saya rasakan, kasih sayang orang tua.
"Ibu?" Saya juga menangis. Aku juga memeluk ibuku.
"Maaf Lumie, maafkan Ibu karena telah menamparmu, maafkan Ibu, ibu sangat menyesal."
"Tidak, akulah yang salah karena pergi begitu saja tanpa memikirkan keselamatanku, aku minta maaf karena aku sudah banyak merepotkan Ibu. Kakak...?"
"Ibu, dimana Kakak? Apakah dia baik-baik saja." Saya langsung panik karena teringat Kakak dipukuli.
"Dokter sudah mengobati lukanya, katanya tidak ada luka yang serius, Julius masih belum sadar."
"Kalau begitu aku akan menemui Kakak."
Aku segera berlari menuju kamar Kakak.
Aldric datang dan memanggil Eliana yang keluar dari kamar Lumie.
"Eliana, ada hal penting yang ingin kukatakan padamu, ini tentang Lumie, ayo kita bicara di dalam."
Mereka masuk ke kamar.
"Sayang, apa yang ingin kamu bicarakan? Ada apa dengan Lumie?" Eliana bertanya.
"Sebenarnya setelah aku sampai di lokasi kejadian, Lumie sudah membunuh para penculiknya, ternyata mereka adalah penculik yang sudah lama aku cari-cari."
Eliana terkejut.
"Apa katamu? Lumie yang melakukannya, bagaimana mungkin seorang anak kecil bisa melakukan itu?"
"Aku juga tidak percaya, tapi Julius yang memberitahuku hal ini, dia melihatnya sendiri?"
"Tapi kenapa Lumie tidak memberitahuku apa pun?"
"Kemungkinan Lumie belum sadar saat melakukan itu. Jadi nanti kita minta kejelasan lebih lanjut setelah dia sudah tenang, lagipula Julius masih belum sadar." jelas Aldric.
"Kalau begitu, oke."
Setelah itu, Eliana pergi melihat kondisi Julius.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Frando Kanan
cih.... seharusny pergi aja diam2....dih dh lh
2023-12-15
0
Rei
Thor coba buat Julius jadi siscon, pasti menarik 😂
2023-01-22
2
`Noah [Kazdel]
Punya Shinra Tensei gak thor?
2023-01-13
2