Chapter - 1

Takdir

Sekarang umurku 10 tahun, selama ini aku tidak pernah keluar rumah, hanya berjalan-jalan di taman di rumah.

Aku tidak pernah menghadiri pesta ulang tahun dan Pesta Promosi para bangsawan. Saat anak bangsawan sudah berusia 16 tahun, mereka selalu mengadakan Pesta untuk memperkenalkan anak mereka ke publik, agar para bangsawan lain bisa melihat dan menjodohkan anak mereka.

Aku selalu menolak mengadakan pesta ulang tahunku sendiri, bahkan di hari ulang tahun kakakku pun aku tidak pernah keluar kamar, aku selalu beralasan sakit ketika ada perayaan pesta.

Dengan tubuhku yang sakit-sakitan, aku menggunakannya sebagai tameng untuk melindungi diriku dari bangsawan lain, karena aku takut mereka akan jatuh cinta ketika melihatku, berbeda dengan dulu, sekarang aku mempunyai wajah cantik, ini adalah mimpi buruk, aku harus mati-matian menghindari pesta merepotkan seperti itu.

Sebentar lagi aku akan memasuki usia remaja, lebih tepatnya 2 tahun lagi, aku tidak bisa diam saja seperti ini, jika aku diam saja, aku pasti akan segera dijodohkan dengan bangsawan lain, aku harus bergerak cepat untuk menjadi seorang Assassin, selama ini aku sudah menjadi anak yang rajin dan penurut, aku harus segera menceritakan tentang keinginanku kepada orang tuaku, semoga mereka mengerti, dan mungkin hari ini ibuku akan membunuhku.

"Haaah!"

Aku menarik napas dalam-dalam.

Setelah selesai makan malam, aku memberanikan diri untuk menceritakan kepada ayah dan ibuku tentang keinginanku.

"Ayah, Ibu, aku punya permintaan, aku ingin menjadi Assassin, izinkan aku menjadi Assassin?"

Ayah, Ibu dan Kakak terdiam mendengar permintaanku, mereka tampak terkejut.

"Omong kosong macam apa itu? Kamu itu tidak bisa menggunakan sihir. Tolong hentikan mimpi bodohmu itu." tegas Ibu, dia terlihat marah.

"T-Tapi, aku sungguh serius, aku ingin menjadi seorang Assassin."

Ibu berteriak padaku.

"Diam! Nasibmu sudah ditentukan, aku masih harus banyak mengajarimu tata krama untuk menjadi bangsawan sempurna, tidak ada waktu untuk memikirkan mimpi bodohmu!"

Aku mengertakkan gigi.

"Cih." Karena kesal, aku langsung lari dari tempat makan itu.

"Lumie...tunggu! Bukan begitu cara bangsawan meninggalkan tempat makan." Teriak Ibu, dengan kesal.

Saat Eliana ingin mengejar Lumie, Aldric menghentikannya.

"Eliana sudah cukup! Biarkan saja."

"Tetapi?"

"Kamu harus menenangkan dirimu." tegas Aldric.

Eliana menurunkan pandangannya.

"Apakah aku sebagai seorang ibu gagal mendidiknya?"

"Tidak! Kamu sudah mendidik Lumie dengan baik, aku sungguh terkejut mendengar Lumie berkata seperti itu, dia masih anak-anak, mungkin karena aku seorang Assassin jadi dia ingin meniruku, itu hanya impian anak kecil jadi jangan dianggap serius Eliana." Adric menekankan.

Julius hanya terdiam menyaksikan semua kejadian hari ini.

Kini perasaan sakit hati, frustasi dan kesedihan menguasai tubuh mudaku.

Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya, mendengar perkataan Ibu membuat hatiku hancur. Tapi saya tidak akan menyerah begitu saja.

Hari berikutnya.

"Nona untuk sarapan, anda harus memakai pakaian ini, lihatlah. Anda pasti akan terlihat cantik dengan gaun ini." Alice menekankan.

"Oke."

Saya menjawab dengan nada tidak antusias.

"Kenapa anda tidak bersemangat? Apakah anda masih memikirkan kejadian kemarin? Maafkan saya jika saya lancang, tapi menurut saya anda adalah gadis pemberani karena berani menentang Nyonya Eliana."

Aku menurunkan pandanganku.

"Tapi ibu tidak memahamiku."

"Jangan dipikirkan Nona. Saya yakin jika Anda benar-benar serius dan bisa membuktikan keseriusan Anda pada Nyonya, saya yakin hati Nyonya pasti akan luluh."

Aku tersenyum pada Alice.

"Terima kasih Alice, aku pasti akan berjuang."

Setelah itu, Alice membawaku ke ruang makan.

Aku masuk ke dalam, di sana sudah ada ayah, ibu, dan kakak laki-lakiku yang menunggu.

"Selamat pagi, Lumie." Ayah menyapaku.

"Selamat pagi."

Jawabku dan berjalan menuju tempat makan tanpa menoleh ke arah Ibu, karena aku masih kesal hari ini aku tidak mau banyak bicara.

Saya menyelesaikan sarapan lebih awal dari yang lain dan berpamitan untuk kembali ke kamar.

"Terima kasih atas makanannya, saya mohon ijin kembali ke kamar."

Aku meninggalkan ruang makan untuk kembali ke kamarku.

Melihat Lumie bertingkah seperti itu dan terlihat murung, Julius merasa khawatir.

"Bu, apakah Lumie baik-baik saja?" Julius bertanya.

"Dia akan baik-baik saja, tentu saja dia masih belum menerima keputusan Ibu, tapi ibu yakin seiring berjalannya waktu Lumie akan menerimanya." Eliana menjelaskan

"Benar kata ibumu, apa kamu mengkhawatirkan adikmu Julius? Kalau kamu mengkhawatirkannya, berarti tugas kakak adalah menghiburnya kan?" jelas Aldrick.

"Oke, aku akan pergi ke kamar Lumie untuk menghiburnya setelah selesai latihan."

Setelah itu Julius melakukan latihan bersama ayahnya.

Sekarang seperti biasa aku berdiri di balkon kamar sambil memperhatikan Kakak berlatih bersama Ayah, sungguh membuatku iri, aku juga ingin berlatih.

Saat kakak sedang berlatih, kakak menatapku dan tersenyum ke arahku.

Aku balas tersenyum padanya sambil melambaikan tanganku.

Lumie selalu melihatku saat aku latihan, dia pasti ingin berlatih menjadi seorang Assassin, aku merasa kasihan padanya, apa yang harus aku lakukan untuk menghiburnya? pikir Julius.

Setelah melihat Kakak berlatih aku kembali berbaring di tempat tidur, setelah beberapa menit Kakak datang mengunjungi kamarku.

"Lumie kamu baik-baik saja?" Kakak bertanya dengan cemas.

"Aku baik-baik saja, terima kasih sudah mengkhawatirkanku Kak."

"Lumie, apakah kamu serius ingin menjadi Assassin?"

"Aku serius Kak, aku serius sekali."

Kalau begitu ayo kita latihan di taman belakang rumah, aku akan mengajarimu dasar-dasar penggunaan senjata, tapi jangan sampai ketahuan Ibu.

Benar juga yang dikatakan Julius, ini mungkin kesempatanku untuk mencoba beberapa senjata, aku tidak bisa diam seperti ini aku harus membuat kemajuan, aku punya pengalaman menjadi pembunuh bayaran, ini akan membantuku.

"Baiklah, tolong ajari aku Kak."

Saya menjadi sangat bersemangat.

"Kalau begitu ayo kita ke taman belakang, ayo keluar, tapi kita harus pergi diam-diam agar tidak ketahuan." jelas Kakak.

"...ummm, aku mengerti kak."

Kami berdua menyelinap ke taman belakang. Kami berhasil keluar tanpa ketahuan, setelah itu Kakak memberiku pedang agar aku bisa mencobanya.

Jadi ini adalah pedang, tapi mungkin senjata ini kurang cocok untukku, sangat berat, mungkin aku masih terlalu dini untuk memegang pedang.

"Lihat ini Lumie, coba ayunkan pedangnya seperti ini."

Kakakku menyuruhku mengayunkan pedangnya, aku mencoba mengayunkan pedangnya.

"Huaaaaa...."

"Bruk!"

Saya justru terjatuh saat mengayunkan pedang karena terlalu berat.

Kakak bahkan tertawa saat melihatku.

"Ini terlalu berat Kak, kenapa ketawa?"

"Maaf-maaf kamu menjadi sangat lucu Lumie."

Sial, aku malu sekali, kenapa aku tidak bisa menggunakan pedang? Mungkin tubuhku sangat lemah atau mungkin aku masih belum cukup umur sekarang? di duniaku sebelumnya aku sering membunuh dengan katana pendek dan senapan. tunggu, tunggu, tunggu, pasti ada sesuatu yang bisa digunakan?

Kak, adakah senjata yang bisa aku gunakan selain pedang?" aku bertanya.

"umm...bagaimana kalau pedang pendek, pedang pendek lebih ringan saat digunakan, mungkin itu cocok untukmu."

Benar sekali, pedang pendek adalah senjata yang tepat untukku, aku bisa menggunakan dua pedang pendek.

"Lalu apakah ada pedang pendek di sini? Jika demikian, bisakah kamu mengambil dua buah untukku?"

"Dua? Apakah kamu ingin menggunakannya secara bersamaan?"

"umm...aku akan mencobanya."

"Oke, tunggu sebentar."

Selang beberapa menit kakakku kembali dengan membawa dua buah pedang pendek, aku langsung menggunakannya.

Oke sekarang saya akan mencoba menggunakan kedua pedang pendek ini.

"Kak, cobalah menghindari seranganku."

"Eh...kamu serius ingin langsung menyerangku, kamu harus latihan dasar dulu kan?"

"Tidak perlu, bersiaplah, aku akan segera menyerang Kakak."

"Swoshh."

Aku segera bergerak menyerang Kakak.

"T-Tunggu sebentar?"

Kakak menghindariku.

"Gerakan apa itu, Lumie? Aku belum pernah melihat seseorang bermain dengan dua pedang pendek seperti itu? Kamu hebat sekali."

Tentu saja karena di duniaku aku dulunya adalah seorang pembunuh, tapi anehnya perasaanku tidak sebaik dulu, apakah karena aku masih anak-anak? Stamina saya sangat berbeda, saya mudah lelah, apa karena badan saya lemah? Mungkin aku harus belajar lebih banyak lagi untuk membiasakan tubuh ini agar bisa mengimbangi kemampuanku.

Bersamaan dengan itu.

"Apa yang kalian berdua lakukan?!"

Tiba-tiba aku mendengar Ibu berteriak, kami ketahuan dan mungkin ini akan menjadi masalah besar.

Bersambung.....

.

Terpopuler

Comments

Frando Kanan

Frando Kanan

seharusny benci aja tuh...

2023-12-15

0

Frando Kanan

Frando Kanan

hmph 😏...yg adany lo bkl terbunuh Oleh putri lo sendiri

2023-12-15

0

Frando Kanan

Frando Kanan

bknny lbh baik jd assassin's diam2 aja kn? ngapain beritau keluarga yg gk berguna itu... bner2 buang2 wkt aja 😒💢

2023-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!