Polisi

Kini Freya tengah meratapi dirinya di dalam kamar mandi. Ia sangat menyesali atas keputusan yang ia ambil, dengan menjadi wanita panggilan. Ya, dalam kehidupan, kita selalu dihadapkan dengan yang namanya pilihan. Kadang, pilihan tersebut mendesak kita untuk mengambil keputusan, bahkan ketika kita sedang tidak siap. Dan itulah yang sedang Freya alami saat ini. Ia sangat membutuhkan uang saat ini.

Rasa menyesal datang mengganggu pikiran Freya. Ia dibuat sangat ketakutan akan dosa dosa yang baru saja ia lakukan. Seharusnya ia tak begini. "Huhuhu.. Ya Tuhan .. Ampuni hamba mu ini. Ini yang pertama dan terakhir kali nya, aku menjual tubuh ini. Ya Tuhann... Aku bertaubat..!" Ujar Freya terisak sedih. Menatap kesal wajahnya di cermin wastafel.

"Jijik.. Jijik. ..!" Ia menepis nepiskan tubuhnya, saking kesalnya pada dirinya sendiri. Bahkan ia memukul-mukul kepalanya dengan kuat dan membenturkannya ke dinding. Ia kesalnya ia pada dirinya sendiri yang telah memilih jalan pintas untuk mendapatkan uang. Ditambah, ia tadi seperti menikmati permainan mereka. Pantas banyak orang yang suka S - e- x, ternyata rasanya nikmat.

Lama Freya menangis di dalam kamar mandi. Hingga ia kembali teringat pada pria yang masih terbaring di aras ranjang setelah mereka bermain. Ia harus pergi dari tempat itu, sebelum pria itu bangun dan meminta dilayani kembali. Karena masih ada sisa waktu 1 jam, agar waktu bokingan habis.

Freya yakin, pria yang menidurinya tadi adalah Bos dari si pria tua dan perut buncit, yang ia temui pertama kali tadi. Freya tak menyangka, keperawanannya ia berikan ke pria pemabuk itu.

Hueekk

Hueekk

Freya muntah di wastafel. Ia teringat saat dirinya menelan cairan pria itu. Lubang atas dan bawah telah diisi cairan si pria itu, karena Freya tak memakai pengaman. Bagaimana mau memakai pengaman. Ia saja tak diberi waktu untuk bicara, ia langsung di genjot habis habisan oleh si pria itu. Sungguh Skil si pria itu membuat Freya klepek klepek. Kesannya jadi seperti ia yang memboking pria itu, untuk memuaskannya.

Hueekk

Muntahan terakhir di wastafel. Freya melap bibirnya dengan tisu. Setelah itu, ia kembali memakai pakaiannya. Karena memang pakaiannya masih tergantung di kamar mandi.

Setelah rapi Freya keluar dari kamar mandi dengan mengendap-ngendap. Memegangi dadanya yang masih bergemuruh hebat. Saat ini Ia masih sangat was-was dan ketakutan sekali, apabila pria yang masih tertidur di atas ranjang itu terbangun dan minta dilayani lagi. Walau ia merasakan nikmat yang berhubungan badan itu. Ia tak akan mau melakukannya lagi. Ia akan menekan nafsunya.

Freya memasukkan uang bayarannya itu ke dalam tas nya. Ya pria tua itu sudah membayarnya. Saat memasukkan uang yang banyak itu ke dalam tas. Freya terus saja waspada dan sesekali melirik pria yang terkapar di atas ranjang itu. Pria itu tertidur telentang dengan kemal uannya, masih tegak dan hidup.

Iihhh..

Freya bergidik ngeri. Mengangkat kedua bahunya yang tiba tiba meremang itu.

Huufftt...

Ia menarik napas panjang, dan membuangnya kasar. kemudian ia membuka pintu kamar. Menutup wajahnya dengan tas nya, ia akan meninggalkan tempat itu.

Baru saja kaki yang ia seret melangkah tiga langkah di lorong hotel, ia dikejutkan dengan info yang ia dengar, dari mulut cleaning servis berjenis kelamin wanita dua orang sedang melintas di hadapannya sedang menggosip serius. Sampai-sampai Freya yang ada di tempat itu, tak mereka sadari kehadiran nya.

"Ya ampun.. Kasihan sekali bapak tua itu. Meninggal di dalam lift. Tadi sih, katanya ia baru aja minta di joko beli balon lonjong." Freya yang kepo malah mengikuti langkah ke-dua cleaning servis itu. Entah kenapa ia jadi kepikiran bapak tua yang memboking dia.

"Balon lonjong, apaan sih?" tanya si cleaning servis satunya, ke kawan satunya lagi.

"Eemm.. Kon dom.. Masak itu saja kamu gak tahu." Jawab wanita cleaning servis itu malas.

Deg

Freya semakin dibuat ketakutan. Feeling-nya berkata, pria yang mati di lift itu adalah pria yang memboking dia. Jadi, pria yang mengambil perawannya siapa?

"Oouwwhh ****... Ya Tuhan...!" umpat Freya dalam hati, memilih melanjutkan langkahnya untuk pergi dari hotel itu.

Dan saat hendak masuk lift. Freya kembali dikejutkan dengan empat orang pria keluar dari lift. Satu diantara 4 pria itu adalah satpam dan 3 pria lagi sepertinya manajer hotel atau direktur hotel. Freya bisa menyimpulkan seperti itu karena ia melihat penampilan ketiga pria lainnya yang sangat rapi dengan setelan jas.

"Iya, bapak yang meninggal itu, dari kamar paling ujung sana."

Deg

Rasanya jantungnya Freya copot dari tempatnya. Disaat pria yang Freya yakini manager hotel itu menunjuk ke arah kamar yang ia datangi tadi.

Merasa nyawanya terancam. Freya dengan cepat menekan panel lift. Ia tak mau kena interograsi . Freya berlari dengan cepat. Ia memilih keluar dari hotel itu melalui jalur belakang. Tidak dari lobby utama. Ia sedang tak baik baik saja. Ia tak sanggup untuk dicurigai.

Setiap langkahnya Freya, disaksikan dengan tarikan napas berat dan sesak. Ia sungguh ketakutan sekali. Apalagi mobil patroli polisi, sudah masuk ke pelataran hotel. Segerombolan polisi dengan senjata turun dari mobil, bergegas masuk ke lobby hotel. Freya yang kini ada di pintu keluar samping kanan, hanya bisa melihat para polisi masuk ke dalam hotel dengan perasaan yang kacau. Ia takut, akan jadi saksi atau tersangka. Karena tadi ia bersama pria tua itu.

"Ya Allah... Aku gak mau kena tangkap polisi." Ujar nya dengan paniknya, berlari menuju jalan besar. Ia akan menyetop taxi. Ia harus pergi dari tempat itu secepatnya.

"Tunggu... Nona tunggu..!"

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!