Nyonya Mei menemani ratu, beliau adalah kepala dayang sekaligus penasehat ratu, sebelum ratu menikah dengan raja hingga sekarang selalu bersama.
Nyonya Mei
Yang mulia ada apa? Anda terlihat murung.
Ratu Senka
Tidak, hanya saja yang mulia raja terlihat murung bahkan tidak melihat putrinya sama sekali. Apa jadwal beliau sangat padat.
Nyonya Mei
Ya! Setahu saya memang sangat padat. Tapi saya mendapat kabar akhir-akhir ini yang mulia selalu pergi ke menara penyihir. Beliau bilang ada beberapa pekerjaan di sana.
Ratu Senka
Benarkah. Aku baru tahu beliau sangat sibuk dengan menara penyihir. Ya mungkin raja sangat sibuk.
Ratu kembali dengan pekerjaannya. Dan nyonya Mei sibuk menjaga putri.
....
....
Seseorang mengetuk ruangan ratu.
Nyonya Mei
Masuklah!
Azay Rise
Hallo nyonya Mei. Hallo ibunda.
Nyonya Mei
Pangeran kedua! Apa yang anda lakukan bukankah sekarang waktunya anda berlatih pedang.
Azay Rise
Nyonya Mei aku bosan. Aku ingin melihat adik kecilku. Dia sedang apa?
Ratu Senka
Zay! Bagaimana latihanmu? Adikmu baru saja akan tidur.
Azay Rise
Ibu, latihanku baik-baik saja, bahkan kata pelatih aku sangat berbakat. Sepertinya aku ingin menjadi kesatria bu, aku ingin melindungi ibu dan adik.
Ratu Senka
Apapun itu akan ibu dukung.
Azay Rise
Terimakasih ibunda. Ngomong-ngomong apa ayahanda dan kakak ada mengunjungi ibu.
Ratu Senka
Mereka sibuk Zay, jadi tidak begitu banyak punya waktu.
Azay Rise
Benarkah, sebelum ke sini aku melihat ayah dan kakak pergi ke menara penyihir.
Nyonya Mei
Hmmmm!!
Ratu Senka
Mungkin mereka sibuk Zay, sudahlah, sebaiknya kami kembali ke pelatihan.
Azay Rise
Ya bu.. aku masih ingin di sini.
Nyonya Mei
Yangmulia pangeran, tuan putri juga sebentar lagi akan tidur.
Azay Rise
Baiklah! Aku pergi. Cepat besar ya dik.
Azay mencium kening adiknya, kemudian pergi meninggalkan ratu dan nyonya Mei di ruangan ratu.
...
Ratu dan nyonya Mei saling bertukar pandangan, seolah mempunyai pertanyaan yang sama. Apa yang raja dan putra mahkota lakukan di menara penyihir.
Nyonya Mei
Apa sebaiknya kita mengirimkan mata-mata kita yang mulia.
Ratu Senka
Tidak, itu rencana yang terlalu terburu-buru. Kita harus memikirkannya lebih baik lagi.
Nyonya Mei
Baik yang mulia. Saya mau meletakkan tuan putri di ranjangnya. Saya permisi yang mulia.
Ratu Senka
Ya, terimakasih Mei.
Klak! Suara pintu tertutup setelah nyonya Mei pergi.
Ratu kembali terdiam dan mulai berfikir keras, dengan apa yang di lakukan raja dan putra mahkota.
Comments