Restu berjalan menuruni tangga dengan wajah yang sumringah dan penuh kebahagiaan. Melihat anaknya yang begitu bahagia membuat hati sang ibu juga ikut bahagia.
"Kamu mau kemana, hari ini" ucapnya.
"Mau ketemu sama Pak Ridwan, ma." balasnya duduk di kursi makan.
"Pak Ridwan siapa??. Ridwan Kamil??. Kamu mau mencalonkan jadi gubernur?" tanya sang mama. Membuat Restu melongo. "Kalau ketemu sama pak Ridwan bilangan yaa follow IG nya, mama." ucapnya kembali membuat Restu tidak sadarkan diri. Karena tingkah sang mama.
"Bukan pak Ridwan Kamil, ma. Tapi ini pak Ridwan Handoko pemilik mall di Jakarta, ma." ucapnya membuat sang mama hanya ber-oh saja.
"Ya,,kalau nantinya kamu ketemu. Enggak papa salamin aja salamnya mama, ya?" ucap sang mama.
"Iya, ma." ucapnya dengan menyendok kan makanan yang sudah di siapkan kedalam mulutnya.
Tiba-tiba saja suara bel rumah berbunyi membuat sang mama menghampirinya. Dan membuka pintu. Ternyata yang datang adalah Tante Rahma. Dan tentunya langsung diajak masuk ke rumah "Kamu udah makan?" tanya mama kepada adik iparnya yang bernama Rahma.
"Udah, eh,,itu si Rehan enggak ke kantor??" tanyanya ketika melihat Restu makan sendiri dengan lahap dan pakaian rumahnya.
"Hallo Tante" ucapnya dengan mulut yang hampir habis.
"Kamu enggak ke kantor?" tanyanya yang di gelengkan oleh Restu.
"Ini mau bertemu dengan pak Ridwan di bengkel" ucap ya membuat Rahma hanya mengangguk saja. "Tante hamil lagi, ya??" tanya Restu gamblang.
"Belum tau juga. Doa kan, ya Res. Biar ponakan kamu ada temennya." ucapnya yang diangguki oleh tantenya.
"Mama sama Tante mau berangkat ya. Kamu nanti minta tolong bibi aja buat beresin. Jangan kamu yang beresin, nanti piring-piring mama pecah semua gara-gara ulah kamu!" peringat nya membuat Restu cengengesan mendengarnya.
"Siap, ma!" ucapnya dengan hormat bendera. Membuat Tante Rahma dan mamanya tersenyum.
Restu menyalimi mereka berdua, kemudian kini tinggallah dia dan bibi yang masih berada di rumah ini. "Kayaknya kalau dibungkus makan ini, tidak masalah, deh" ucapnya dengan menatap makanan yang tersaji di meja makan. Pikiran nya langsung kepada orang di bengkelnya.
"Bibi!!" teriaknya memanggil sang ART yang sedang menyembur baju di belakang. "Iya,, Aden. Ada yang bisa bibi bantu?" tanyanya yang datang tergepoh-gepoh.
"Bik, bantuin bungkusin makanan in semua, yaa. Mau saya bawa dan kasih ke orang-orang di bengkel" ucapnya membuat sang bibi mengangguk saja.
Setelah semuanya siap. Restu mengendarai mobil nya dan meninggalkan rumah tersebut menuju ke bengkelnya. Namun, di tengah perjalannya tanpa sengaja matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya dan yang sering membuat hatinya dongkol. Siapa lagi jika bukan sekretarisnya. "Sedang apa dia sana?" tanyanya ketika melihat Davina sedang duduk manis di sebuah cafe di sebrang jalan.
"Bodo amat lah. Yang penting hari ini gue libur." ucapnya kemudian memasang kacamata hitam di matanya. Menambah kadar ketampanannya.
Namun, ternyata pikirannya tidak sesederhana itu. Karena omongan kemarin sang papa, kini justru terngiang di kepalanya. Menghantuinya. "Gue telepon aja, kali yaa?. Lagian ini juga demi nama baik gue" ucapnya. Kemudian setelah mobil berjalan melewati lampu merah. Mobil Restu menepi kemudian melakukan panggilan kepada Sekretarisnya.
"Davina, bagaimana hasil meeting nya?." ucapnya langsung di sebrang. Tanpa basa-basi lagi.
"Sesuai kesepakatan, Ibu Risma menerima kerjasama kita. Dan Beliau juga langsung menanda tanganinya langsung." ucapnya.
"Kamu tidak meminta pendapat saya?. Bagaimana jika ada yang keliru dalam kontrak itu. Kamu ini mentang-mentang sudah dikasih kepercayaan sama papa. Kamu malah ngelunjak main ngambil keputusan saja seenaknya sendiri" emosi Restu setelahnya langsung mematikan sambungan telepon. Dia tau kalau hari ini ada meeting dengan Bu Risma karena pagi-pagi sekali, Davina sudah mengirimkan jadwal hari ini.
Namun, yang membuatnya kesal adalah ke tidak profesionalnya Davina dan ketidak sadaran posisinya. Bagaimana dia dengan mudahnya mengambil keputusan padahal dia adalah CEO nya. "Cih,,,Si*Al!!" umpat kesal Restu dengan memukul stir mobilnya.
Sedangkan disisi lain. Davina sedang menunggu temannya untuk makan siang bersama. Setelah tadi bertemu dengan rekan bisnisnya yang sangat butuh kesabaran.
Flashback on
Menunggu klien yang tidak tepat waktu bagi Davina adalah sangat membosankan. Hari ini dia bertemu dengan kliennya yang sangat cerewet. Dari asumsi publik mengatakan bahwa kliennya ini sangat pilih gender. Bagaimana tidak, jika bersama perempuan dia akan sangat cerewet dan galak. Berbeda dengan ketika bersama laki-laki dia akan menjadi manja, elegan.
Dan hal itu membuat Davina kesal. Apalagi sekarang boss nya itu dengan seenaknya tidak kekantor. "Lho,,pak Restunya tidak datang?" ucapnya yang baru saja datang. Tanpa perduli bahwa dia sudah sangat lama menunggu.
"Selamat pagi, Bu Risma. Pak Restunya tidak bisa hadir karena sedang sakit. Jadi bisa kita bicarakan berdua saja?" tanya Davina yang berusaha sabar.
"Pak Restunya sakit?. Sakit apa??. Duh,,kalau gitu,,saya buatkan makan saja biar, pak Restunya cepat sehat kembali" ucapnya semakin membuat Davina geram.
"Ibu Risma yang terhormat bisa kita lanjutkan perbincangan kerjasama kita. Selepas tidak adanya Pak Restu?!" ucapnya dengan penuh tekanan.
"Kamu ini jadi, sekretarisnya seharusnya memberitahu saya. Kalau pak Restu tidak bisa hadir karena sakit. Kalau begini lebih baik kita bahas kerjasama kita setelah pak Restu sehat." ucapnya santai tapi dengan tatapan tidak suka.
Davina menghela nafas dalam untuk menetralkan perasaan kesalnya. "Baiklah ibu. Jika itu keinginan ibu. Tapi, asal ibu tau bahwa dengan anda mengulur waktu, begini. Maka kesempatan anda bertemu dengan pak Restu akan semakin lama juga. Jadi bagaimana, Bu Risma?" ucap Davina yang sudah berpikir jernih.
Tidak masalah kan. Kalau dia menjual boss nya untuk mendapatkan kerjasama ini batin Davina tersenyum manis. Apalagi melihat wajah Bu Risma yang berpikir.
"Baiklah. Saya tanda tangani sekarang kerjasama kita. Tapi, untuk itu besok saya ingin kamu buatkan jadwal makan siang bersama pak Restu" ucapnya yang diangguki oleh Davina dan menyerahkan berkas untuk di tandatangani.
"Baik. Untuk tempat nya akan saya info kan nanti" ucap Davina. Kemudian Bu Risma langsung meninggalkan tempat tersebut.
"Tidak buruk juga, punya Boss ganteng. Ternyata dapat mempermudah kerjasama" gumam Davina menatap berkas yang sudah di isi tanda tangan Bu Risma.
Flashback off
"Sudah lama, ya. Maaf tadi gue ngurus ponakan gue yang enggak mau lepas pengen ikut" ucap seseorang yang kini sudah mengambil tempat duduk didepan Davina.
"Enggak papa. Tadi gue habis ketemu klien" ucapnya membuat temannya mengangguk.
"Udah pesen belum?" tanyanya. Yang di gelengkan oleh Davina. "Yaudah gue pesen dulu. Soalnya gue lagi pengen makan yang pedas-pedas" ucapnya lagi. Dan segera memesan makan yang di sukai nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments