Beneran, Pa?

Pagi yang sangat mendung dengan jalanan yang becek. Di karena kan habis hujan malam tadi. Suasana menjadi dingin di paginya. Seseorang masih bergelung dibalik selimut meringkuk kan tubuhnya karena cuaca yang dingin.

"Astaga, sayang. Kamu tidak kekantor?. Nanti papa mu mengomel lagi" ucap seseorang yang membuka pintu kamar dan melihat gulungan di kasur. Wanita itu mendekati ranjang. Dan menarik paksa selimut agar memperlihatkan orang didalamnya. "Papa!!!" teriak nya membuat orang yang didalam selimut langsung membuka matanya lebar dan terduduk.

"Ish,,mama. Jangan teriak. Nanti papa dengar" gerutunya dengan mengucek matanya karena ada belek yang menyangkut.

"Kamu ini, mama teriak bilang papa aja kamu langsung melek. Makanya kalau takut sama papa itu bangunnya harus pagi." omelnya.

Namun, justru pelukan dan kecupan di pipi yang didapatkan dari anaknya yang manja "Selamat pagi, mamaku yang cantik." ucapnya tersenyum manis.

"Hais,,kamu ini. Bisa aja bikin mama tidak jadi marah" ucapnya kemudian mencium kening anaknya.

Sudah biasa interaksi anak dan ibu seperti itu. Bahkan mereka terkadang bisa melupakan sekitar. "Mama,,hari ini aku enggak ke kantor aja, ya?. Badanku meriang ma" ucapnya kemudian membungkus dirinya lagi.

Dan sang mama mengecek dahi anaknya dan mengerjitkan dahinya "Badan kamu tidak panas, kok. Kamu juga tidak ada radang. Jadi, ayo bangun mandi. Papa kamu pasti udah menunggu di meja makan" ucapnya sang mama membuat anaknya memasang wajah sedih dan sakit.

Melihat wajah anaknya dia merasa iba "Yaudah, kamu istirahat aja. Biar mama yang ngomong sama papa. Kalau kamu itu sakit" ucap sang mama mengusap rambut putranya.

"Terima kasih mama ku yang sangat perhatian cantik" pujinya lagi. Kemudian melanjutkan tidurnya dengan tersenyum sangat senang.

"Anak itu belum bangun juga??" tanya sang papa ketika melihat istrinya hanya sendiri saja.

"Katanya di lagi enggak enak badan, mas. Biarkan aja dia istirahat lagian dari kemarin-kemarin dia selalu lembur kan di kantor" bela sang mama membuat suaminya berdecih.

"Kamu itu kebiasaan banget. Selalu saja manjain anak itu. Mau jadi apa nantinya anak itu. Jika bangun pagi aja susah." dumel sang papa menerawang jauh anaknya.

"Nanti akan berubah dengan sendirinya, pa." bela sang mama lagi.

"Dari dia sekolah dasar kamu bilangnya gitu. Tapi sampai sekarang pun sifatnya masih sama manja dan egois. Makanya kenapa papa dulu ingin memasukannya di sekolah militer, yaa,,agar dia itu bisa mandiri dan disiplin, ma. Tapi kalian malah melarangnya" ucapnya kesal.

"Habisnya dia cucu satu-satunya, sih mas. Makanya mereka tidak ingin cucu nya itu kesakitan dengan tuntutan di militer yang berat"

"Udah lah. Papa pasti akan kalah kalau berdebat dengan mama." ucapnya dengan menyeruput teh yang disajikan oleh sang istri.

Sang istri hanya terkekeh melihat suaminya yang enggan untuk melanjutkan perdebatan. Kemudian mereka melanjutkan sarapannya hanya berdua saja. "Ma, Minggu depan papa akan ke China, karena mau ngadain kerja sama dengan perusahaan yang ada disana. Sekalian mau bertemu dengan teman papa yang menetap disana. Mama mau ikut kan??" tanyanya di sela sadapan.

"Boleh. Tapi, nanti Restu siapa yang ngurus, pa?. Dia kan tidak bisa mengurus dirinya. Papa mau kayak beberapa tahun lalu. Ketika kita tinggalkan Restu sama bibi justru rumah hampir kebakaran karena perbuatannya" ucap sang mama. Membuat papanya menghela nafas.

"Itu,,anak bisa nya apa, sih. Setiap hari selalu aja bikin ulah. Mama tau enggak kemarin dia hampir aja membuat perusahaan kita bangkrut, ma" ucap sang papa yang jengah akan anaknya sendiri.

"Beneran, pa?" ucapnya memastikan yang diangguki oleh suaminya.

"Untung ada si Davina, yang tau, ma. Jadi bisa teratasi semuanya." Helaan nafas terdengar sangat berat mengingat tingkah anak tunggalnya.

"Kalau begini, papa bisa aja suruh Davina yang menghendel nya dengan bantuan dari Doni agar Davina tidak terlalu sibuk" usulnya yang diangguki oleh sang mama.

"Sabar, pa. Nanti mama akan kasih tau Restu agar lebih teliti lagi bekerjanya. Kasih dia kesempatan, ya pa?" ucap sang mama lembut.

"Papa udah sering kasih dia kesempatan, ma. Tapi tidak ada yang berubah dari dia. Malah semakin menjadi. Kemarin juga dia malah kabur. Entah kemana bocah itu" jengkelnya yang langsung mendapatkan usapan punggung dari sang istri.

"Yaudah,,papa mau berangkat, dulu. Mama nanti jam berapa ke klinik nya?" tanya sang papa.

"Nanti setelah mama menyiapkan keperluan Restu. Lagian nunggu si Rahma datang habis antar anaknya" ucap nya dengan menyalimi sang suami.

"Hati-hati, yaa. Semoga semuanya berjalan dengan lancar." ucapnya kemudian mencium kening sang istri.

Selepas kepergian sang suami. Sang mama masuk ke dalam kamar anaknya dan terlihat anaknya masih asik menggulung dirinya seperti kue dadar. "Anak ini. Bangun, papa kamu udah pergi kerja!" ucap sang mama membuat Restu membuka matanya dan tersenyum cerah kepada sang mama.

"Terima kasih mama. Pasti papa ngomel-ngomel lagi, ya?. Biarin aja, Ma. Papa mah,,udah biasa gitu. Restu diam aja salah apalagi gerak, ma. Pasti tambah salah lagi" gerutunya.

"Aw,,mama. Kenapa jewer telinga, Restu. Sakit tau!." keluh ya ketika mendapatkan jeweran dari sang mama.

"Mama gemes, sama kamu. Kenapa mama enggak bisa marah sama kamu!!" ucapnya dengan mencubit-cubit apapun yang bisa dicubitnya pada sang anak.

"Ish,,aku kan imut, ma. Makanya mama enggak bisa marah." ucapnya dengan percaya diri yang tinggi. Dan jangan lupakan sekarang wajahnya menjadi sok imut.

"Udah jangan lebai. Mama jadi jijik liatnya. Sekarang kamu mandi, sarapan. Hari mama sama Tante Rahma mau ke klinik" ucap mama nya berdiri dan menuju kearah lemari untuk menyiapkan keperluan anaknya.

"Memangnya mama sakit?" ucap anaknya yang mendekati sang mama.

"Bukan mama. Tapi Tante mu. Kayaknya Tante mu hamil lagi" ucapnya membuat Restu terkejut.

"Tante Rahma hamil lagi??. Wah,,ini sih kabar buruk untuk si kucing garong" ucapnya membuat ia mendapatkan pukulan di lengannya.

"Hus,,kamu ini. Dia itu ponakan kamu. Namanya Cantika. Kenapa kamu panggil kucing garong."

"Habisnya dia galak banget, ma. Kayak kucing garong" adu nya karena sang mama lebih membela ponakannya.

"Udah,,sana. Mandi. Mama mau nyiapin sarapan kamu." ucapnya kemudian meninggalkan kamar tersebut.

"Owh,,iya. Gue lupa ngasih tau penyihir kalau gue enggak kerja hari ini" ingatnya kemudian mencari letak ponselnya dan langsung mengirimkan pesan untuk sekretarisnya itu. Dengan senyum yang sangat-sangat bahagia.

"Akhirnya bisa bebas sehari dari penyihir. Jadi sekarang bisa sepuasnya ke bengkel" ucapnya dengan berjalan seperti anak kecil yang habis di kasih permen sangat bahagia di setiap langkahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!