Setelah acara perdebatan di ruangan itu berakhir. Wajah Restu semakin kesal ketika mendengar sang papa yang terus-menerus memuji sekretarisnya. Bahkan dia berniat menjadikan sekretaris nya itu Boss karena kinerjanya yang sangat membanggakan.
"Huh,, selalu saja dia yang di puji" dengusnya dengan menatap pada kaca besar yang memperlihatkan hamparan bascam produksi. "Seandainya dia laki-laki sudah gue tinju juga muka songongnya" gerutunya kesal yang tidak tau bahwa orang yang dibicarakannya sudah berada di ruangan tersebut.
"Pak, hari ini kita perlu mengecek kondisi pabrik di belakang agar tidak ada masalah" ucap seseorang yang siapa lagi kalau bukan sekretaris nya masuk tanpa permisi, sudah seperti ini ruangannya. Tidak ada privasi-privasinya di ruangan Restu.
"Kau saja yang mengurusnya. Kan kau yang Boss nya disini. Aku kan cuma boneka yang siap sedia menanda tangani proposal yang kamu berikan" ucap Restu tanpa berniat membalikan tubuhnya.
"Baiklah. Silakan bapak tandatangani proposal ini. Karena saya sudah memeriksa nya tinggal ditandatangani saja" ucapnya lagi membuat Restu berdecih.
Karena Davina yang malas berdebat dengan Boss nya itu. Sehingga hanya meninggalkan berkas itu di depan meja. Tanpa berniat mengucapkan kata-kata lagi.
"Silakan saja, kamu tanda tangani sendiri. Gue mau pergi" ucapnya berbalik badan. Dan melihat sekitar bahwa tinggal dirinya saja di ruangan. "Cih,,dasar tidak sopan" ucapnya bangkit dan menutup pintu dengan keras. Untungnya dilantai ini hanya ada ruangan dirinya dan sekretaris. Jadi tidak akan ada yang melihat tingkahnya.
Berbeda dengan Restu yang sangat kesal. Davina justru sangat senang. Melihat para pekerjanya yang semangat ditambah dengan musik yang mengalun menambah energi semangat mereka.
Ini lah yang Davina inginkan bekerja dengan musik. Akan membuat kita tidak merasakan lelah bekerja. Justru semangat yang membara yang didapatnya. "Tanto?!!" panggil Davina kepada salah satu mandor yang mengecek setiap kelayakan produksi.
"Iya mbak?" ucapnya menghampiri Davina.
"Bagaimana apakah ada masalah?" tanyanya yang di gelengkan oleh Tanto.
"Semuanya terkendali sesuai dengan hasil akhir yang kita inginkan. Dan dari mandor finishing juga mengatakan hasilnya seperti biasa, bagus." ucapnya membuat Davina mengangguk.
"Baiklah, terus saja pantau. Karena kertas kita sangat dipercaya kualitas nya oleh masyarakat. Jadi jangan buat mereka kecewa"
"Baik, mbak. Kami akan berusaha memberikan yang terbaik." ucapnya yang diangguki oleh Davina.
Mereka kemudian berkeliling untuk melihat bagaimana produksinya. Dan tentu saja hal itu disambut senang oleh para pekerja yang tidak hentinya memuji Davina. Kemudian melanjutkan berkeliling ke tempat berikutnya.
Berbeda dengan Davina yang sedang sibuk. Restu justru duduk manis di sebuah bengkel motor dengan makanan dan minuman yang di pesannya dari abang-abang yang melewati bengkel tersebut.
Yah,,selain bekerja di perusahaan sang papa. Ternyata Restu memiliki jiwa otomotif yang besar. Bukti dia bisa membangun sebuah bengkel yang cukup besar. Dan itu di kelola oleh temannya.
"Tumben Lo, mampir. Biasanya sibuk amat" sindir temannya yang sedang menemani dirinya makan.
"Kesel banget sama si Davina-Davina itu. Lagaknya sudah kayak Boss aja tau enggak. Mana itu si papa bangga-banggain dia lagi. Gue itu di sana udah kayak bawahannya dia aja tau enggak. Diatur-atur. Kesel gue." curhatnya membuat temannya itu tertawa.
Sudah biasa mendengarkan curhatan Restu terhadap sekretarisnya itu. Sudah 2 tahun bekerjasama. Namun, tidak membuat mereka akur. Ada saja permasalahan yang membuat mereka saling ngedumel. Atau lebih tepatnya hanya Restu yang ngedumel?.
"Lo udah 2 tahun bekerja sama dia. Masih aja makan hati. Kan memang itu ciri khas sekretaris Lo. Justru itu sangat menguntungkan. Lo lebih santai daripada ceo-ceo yang lainnya yang bahkan tidak bisa libur. Jadi jangan dimakan hati omongannya. Bawa santai saja" nasehat temennya yang justru membuat Restu berdecih mendengar ucapan temennya.
"Itu karena Lo suka sama dia kan. Apa sih bagusnya Si Davina itu. Modelan kayak sendok garpu aja di demenin." omelnya yang membuat tawa dari temannya keluar.
"Aelah,,Lo enggak tau aja. Bahwa si Davina itu berlian di dalam lumpur. Walaupun susah di dapatin. Tapi sekalinya dapat hidup Lo beruntung seumur hidup" ucap temannya dengan senyum yang cerah.
"itu sih,,Lo aja. Gue sih enggak. Yang ada hidup gue kayak dipenjara." ucapnya membuat temannya tersenyum jahil.
"Kualat Lo baru tau rasa."
"Idih,,, amit-amit. Mama enggak bakalan setuju kalau gue sama dia. Kalau papa sih,,udah kena sihirnya" ucap Restu santai sambil memakan makanan di depannya.
"Lo tau enggak kalau di pojok tempat ini ada cupid?. Katanya kalau Lo benci sama seseorang suatu saat Lo akan mencintainya?" ucap temannya yang bukannya membuatnya termakan. Justru membuatnya tertawa.
"Lo percaya pada hal itu??. Cupid??. Lo terlalu sering bermain dengan motor dan mobil. Makanya otaknya bergeser sedikit." gelak tawa Restu membuat temannya mendengus.
"Awas aja Lo" kesalnya melihat Restu yang terus tertawa.
"Percaya boleh, bro. Tapi jangan terlalu. Nanti Lo bisa gi*la" ucapnya lagi dengan berusaha meredam tawanya.
Tiba-tiba di sela berusaha menahan tawanya. Dering ponsel membuyarkan mereka pada benda pipih yang ada di samping meja mereka. "Kenapa?!" ucap Restu menerima panggilan tersebut. "Iya, gue kesana sekarang" ucapnya kemudian mematikan sambungan telepon.
"Siapa?" tanya temannya.
"Biasa nenek sihir. Gue ke kantor dulu, ya. Soalnya ada hal penting katanya" pamitnya.
"Titip salam sama Davina yaa." ucapnya membuat Restu mengangguk. Kemudian memasuki mobilnya dan meninggalkan bengkel tersebut.
Sesampainya di kantor. Sekretarisnya sudah menunggu didepan dengan wajah yang sangat marah. Sedangkan Restu keluar dari mobil dengan santainya. "Bapak bisa profesional tidak?!. Berkas itu harus segera di kirim. Gara-gara ketidak profesional bapak. Klien menjadi marah dan berniat membatalkan kerjasamanya. Bapak ingin perusahaan ini bangkrut, ya!!" omel Davina didepan lobi perusahaan. Membuat karyawan yang lewat melihatnya.
Berbagai bisik-bisik pun muncul. Tentang bagaimana Davina memarahi bos mereka. Namun, hal itu justru lucu bagi mereka. Karena mendapatkan hiburan gratis. Di saat rasa ngantuk dan penatnya bekerja.
"Sudah?. Mana berkasnya biar saya tanda tangani sekarang?" ucapnya santai membuat Davina geram.
"Sia*l" umpatnya dalam hati karena merasa dongkol dengan boss nya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments