Keluarga Iwan

Iwan mencoba menenangkan diri dan menerima kenyataan bahwa dirinya kembali ke masa lalu saat umurnya 15 tahun, setelah beberapa saat melamun karena masih tidak percaya dengan kenyataan ini, iwan pun keluar kamar dan mencoba melihat situasi dirumahnya. Menuruni tangga karena kamarnya berada di lantai dua.

    Dari tangga dia melihat ruang makan sudah terpenuhi oleh menu sarapan yang disiapkan oleh mamah nya, ada roti, selai dan susu serta telur rebus, mamahnya memang selalu memperhatikan protein dalam menyiapkan makanan. Dapat dilihat dari menu sarapannya, keluarga Iwan termasuk keluarga menengah keatas, dimana orangtua nya memiliki perusahaan, keadaannya lebih baik jika dibandingkan dengan kebanyakan keluarga yang ada di Indonesia.

    Mengingat - ingat yang terjadi di kehidupan sebelumnya, Iwan sadar dia tidak boleh terlena dengan kondisi keluarganya yang dibilang cukup berada, karena 3 tahun lagi perusahaan yang di kelola oleh orangtua nya akan mengalami kehancuran yang di sebabkan oleh seorang mata - mata yang dikirimkan pesaing bisnis orang tuanya. Mata - mata tersebut melakukan sabotase untuk mencegah perusahaan orang tua Iwan berkembang lebih besar lagi.

    Apalagi bisnis yang dilakukan keluarga Iwan bisa dibilang cukup menggiurkan dalam segi profit, sudah pasti banyak yang iri melihatnya, semakin lama semakin berkembang dan semakin berat juga tantangan yang di hadapi, apalagi keluarganya tidak memiliki backingan yang kuat.

    Setelah usaha orang tua Iwan hancur, ia tidak lagi memilki semangat untuk melanjutkan perkuliahan kala itu, ditambah lagi orang tuanya bahkan tidak sanggup untuk membiayai perkuliahan. Memang benar otak Iwan sangat pintar untuk mendapatkan beasiswa, tapi jangankan beasiswa, menjalani perkuliahan saja dia lebih sering bolos.

    Pada saat itulah Iwan merasa kehilangan arah, orang tuanya bangkrut, ia sulit mendapatkan teman baik karena di kucilkan oleh teman - temannya sehingga ia menjadi pemurung.

    Iwan baru sadar ketika sudah berumur 25 tahun tapi apa yang ia bisa, kala itu baginya semua sudah terlambat.

    "Heleehh, makanlah dan langsung berangkat sekolah, ini sudah jam set7, kamu malah melamun." ucap mamah Iwan menyadarkannya dari lamunan.

    "eehh, iya mah," jawab Iwan. Mamah Iwan saat ini berumur 45 tahun, meskipun terbilang tua, akan tetapi masih terlihat sangat cantik karena ia pandai merawat diri nya dan selalu mengutamakan kebersihan, tingginya 169 cm.

    Iwan pun mulai memakan roti isi, sembari mengunyah makanannya ia menatap sang ayah yang ada di samping mamahnya. Pria paruh baya itu tingginya 178 cm, berkumis tipis, mukanya biasa - biasa saja tetapi memilki aura seorang pengusaha. Iwan sendiri tampan karena mengikuti gen mamahnya yang cantik, dan Iwan pun tergolong tinggi dibandingkan teman sebaya nya karena mengikuti gen ayahnya. Bisa di bilang penampilannya cukup sempurna untuk menjadi penakluk wanita, tapi bukan itu yang dipikirkan Iwan, dia menatap sang ayah memikirkan tentang perusahaan yang dijalaninya.

    "Ayah gimana keadaan perusahaan? apa semuanya lancar?," tanya Iwan yang membuat kedua orangtuanya melongo menatap satu sama lain.

    Orang tuanya kaget karena Iwan yang selalu malas - malasan secara tiba - tiba menanyakan kondisi perusahaan. "Wan, kamu pasti lagi nggak enak badan ya? nggak biasanya kamu peduli dengan urusan bisnis ayah," jawab ayah Iwan masih terheran.

    Dahulu memang Iwan sangat tidak peduli dengan urusan seperti itu, ia juga tidak suka ayahnya yang senantiasa menerapkan disiplin yang baginya sangat berlebihan. Akan tetapi seiring berjalan nya waktu ia sadar apa yang di lakukan orang tuanya ternyata demi kebaikannya juga.

    "Kamu nggak usah pikirin masalah itu, tugas mu hanya bersekolah dan rajin lah belajar," ucap ayah Iwan yang tidak mendengar jawaban dari anaknya, ia masih kaget karena anaknya tiba - tiba peduli dengan bisnisnya.

    "Udah sana kamu buruan berangkat sekolah, biar nggak telat," titah mamah Iwan sembari membereskan piring

    Iwan diam bukan karena alasan lain, ia hanya tidak tau bagaimana menyikapi sikap kedua orang tuanya, mana mungkin ia memberitahu bahwa ia yang sekarang dari masa depan. Ingin memberi saran untuk kebaikan perusahaan pun sepertinya tidak akan didengar. Apalagi ia adalah anak yang nakal, ia hanya bisa merubah dirinya agar mendapat kepercayaan dari kedua orang tuanya bahwa ia bisa berubah.

 

    Yogyakarta, SMA Tunas Harapan.

    Iwan sekarang berada di kelas 3, dia sedang berpikir keras bagaimana memanfaatkan potensi keuntungan dari kelahirannya kembali.

    Mengingat - ingat genre time travel pada anime yang pernah di tontonnya, mereka memanfaatkan kemampuan investasi yang mereka bawa dari kehidupan sebelumnya.

    Lah Iwan hanya sekedar pekerja kantor biasa, bagaimana bisa ia melakukan hal yang sama, jika tahu akan kembali ke masa lalu, ia lebih memilih menghafal setiap hasil pertandingan sepak bola, dan ikut serta dalam judi bola.

    "Wann, ntar pulang sekolah ke warnet yuk, main bareng game yang lagi hits Point Blank, seru tau," ucap seorang teman yang menyadarkan Iwan dari lamunannya.

    Iwan pun tersadar dan menoleh ke arahnya, ia mengingat bahwa yang mengajaknya itu Sugeng Rianto, seorang temen sehidup sewarnetnya kala itu. Sugeng ini teman baiknya bahkan ketika keluarga Iwan mengalami kebangkrutan, hanya Sugeng lah yang masih menjadi 'teman' nya dikala teman - teman lainnya malah menjauhi Iwan, ia tidak memandang latar belakangnya bahkan saat itu pernah Iwan kelaparan, ia menumpang makan dirumah Sugeng.

    Namun kesialan menimpah orang baik tersebut, ia meninggal dunia ketika merayakan kelulusan kuliahnya di sebuah kafe. Saat itu ia menggoda seorang wanita cantik yang ternyata wanita tersebut adalah pacarnya dari putra pengusaha nomor 1 di Jogja.

    "Emmm... oke bro, sekalian aku juga mau browsing - browsing nih," jawab Iwan sekenanya saja karena masih memutar pikirannya untuk menemukan cara mendapatkan pundi - pundi rupiah sebelum kejadian 3 tahun mendatang akan terjadi.

    "Oiiii broo.... Ngelamunin apaan sih dari tadi? tumben diem - diem ae, biasanya ngeluhin ayahmu itu," ucap Sugeng.

    "Gapapa kok, aku cuma lagi mikir gimana caranya ngehasilin uang," ucap Iwan.

    "itu gampang banget, toh tinggal minta saja sama orang tua mu kan," ucap Sugeng yang bingung sebab keluarga Iwan termasuk keluarga berada, uang saku Iwan bahkan lebih banyak 3 kali lipat di banding teman sebaya nya.

    "Cuma mikirin aja kok, udahlah nggak usah didengerin yang tadi, gimana kamu sama Ayu? udah nembak belum?," tanya Iwan dengan nada meledek.

    Iwan ingat bahwa Sugeng sangat suka sama si Ayu, karena sifat Sugeng yang pemalu akhirnya ia hanya bisa memendam perasaannya saja sampai lulus SMA, alhasil ketika Reuni kelak Sugeng bertemu Ayu yang ternyata sudah menikah. disitu Sugeng sangat terpukul. Maka dari itu Iwan tidak ingin Sugeng menyia - nyiakan Ayu saat ini. Barangkali mereka bersatu sekarang dan nantinya Sugeng dapat tercegah dari kejadian yang dapat membunuhnya kelak.

    Mendengar pertanyaan Iwan, wajah Sugeng pun tersenyum miris "Udahlah bro, pasrah aja aku sama Ayu, lagian mana mau cewek cantik berprestasi gitu mau sama aku,"

    "Halaaahhh, nggak usah alasan Geng, kamu aja yang penakut, nggak berani nembak kan! saking malu nya pasti gugup nggak bisa ngungkapin perasaan mu ke dia," jawab Iwan yang terus saja mengompori Sugeng

    "hehehehe.... yah kamu tau gimana sifatku lah broo, udahlah jangan ngomongin wanita, mending kita ngomongin game aja," ucap Sugeng mencoba mengalihkan pembicaraan.

    "Iya, iya yaudah.. Emang gimana tuh game? semangat banget kayaknya kamu," tanya Iwan yang sebenarnya sudah tau apa game tersebut. Bahkan dia sangat jago memainkannya saat itu.

    "Game nya seru banget wan, baru banget nih launching. Tipikal FPS gitu kayak Counter-Strike tapi yang ini lebih mantep lagi bro, bahkan ada turnamennya gitu. Kita bisa buat tim nih terus ikut turnamen, gimana tertarik nggak kamu?," ajak Sugeng

    "Aku nggak tertarik bro, ngga ada rencana juga buat jadi pro player game, lagian kayaknya aku bakalan pensiun main warnet deh," jawab iwan.

    "Eeeehhh.. Serius kamu wan? yaahh ngga ada temen lagi dong aku buat bolos ke warnet," ucap Sugeng dengan lemas karena merasa kehilangan teman warnetnya.

    "Udah mau ujian bro, kita kelas 3. Belajar aja dulu yang bener, inget noh ranking kamu di bawah, rawan nggak lulus tahuu," ucap Iwan yang mencoba menyadarkan temannya.

    "Ciiihh, apa kamu nggak punya kaca bro, apa kamu lupa peringkat mu saja hanya 1 tingkat diatas ku kemarin pas kenaikan kelas. Lebih baik perhatiin diri kamu sendiri," balas Sugeng dengan nada bercanda

    "-_-"sialan si Sugeng. Malah di balikin omonganku. Iwan lupa kalau dirinya saat ini dikenal sebagai pemalas yang suka bolos - bolosan.

Terpopuler

Comments

hansen patar

hansen patar

lanjutttt

2023-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!