Besoknya....
Iwan terbangun dari tempat tidur merenggangkan badan melihat jam sekarang sudah pukul 7 pagi ia pun bergegas turun dari tempat tidurnya lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian olahraga. Iwan mempunyai badan yang tinggi diusianya akan tetapi beratnya hanya 49 kg, ini sangat kurus sekali karena dirinya saat itu tidak suka berolahraga dan hanya malas - malasan saja.
Kemudian Iwan bergegas untuk lari pagi, ia tidak ingin di kesempatan kedua nya ini mempunyai tubuh yang tidak sehat. Maka dari itu ia mulai membiasakan lari pagi demi menjaga kesehatannya sehingga dapat terus menjalankan rencana - rencana yang telah ia susun. Jika dia tidak dalam kondisi yang fit itu tentu akan mempengaruhi rencananya.
Iwan turun dari lantai dua, melihat ayah dan mamahnya sedang duduk di ruang keluarga. Mamahnya sedang membereskan tempat makan sedangkan ayahnya sedang ngopi di pagi hari. Kedua orang tuanya tersebut pun saling memandang satu sama lain karena merasa terheran dengan anaknya yang mengenakan stelan olahraga.
"Tumben kamu lari pagi, ada angin apa? Biasanya juga bangun siangan," tanya mamah Iwan.
"Hehe iya nih mah, mau lari pagi biar menjaga kebugaran tubuh, lagian kan kurang baik berlama - lama di tempat tidur," jawab Iwan.
"emmm.. bagus - bagus," respon sang ayah dengan cuek karena tidak ingin terlalu memuji anaknya sembari membaca koran.
"hihihi.... anak mamah akhirnya udah sadar juga, sebentar tunggu mamah isikan air mineral dulu buat kamu kalau nanti kehausan," seru mamah Iwan bergegas ke dapur untuk menyiapkan air untuk dibekalkan pada Iwan.
Berbekal air mineral yang dibawakan mamahnya, Iwan pun keluar rumah dan lari pagi muter - muter komplek, belum sampai setengah kilometer badannya keringetan dan nafasnya ngos - ngosan. Tubuhnya memang sangat lemah saat itu sebab ia tidak memiliki pola hidup yang sehat, hanya bermain warnet saja kerjaannya.
Di jalan ia menyadari bahwa manfaat lari pagi keliling komplek ini sangat banyak, selain badan menjadi lebih bugar, Iwan pun bertemu dengan banyak tetangganya yang sedang berolahraga juga. Rata - rata lansia yang menyapa Iwan di pagi hari ini, anak muda saat itu pada jam segini masih tertidur di kamarnya.
Sembari berlari ia teringat temannya, Sugeng mengalami permasalahan yang sama, tingginya sekitar 170 cm akan tetapi berat badan nya 90 kg, ini jelas tidak sehat untuk tubuhnya, ia mempertimbangkan untuk mengajak temannya itu berolahraga bersama nanti.
Temannya ini bagi Iwan adalah teman sejatinya. Pada kehidupan sebelumnya, Iwan dan Sugeng putus kontak sebab Iwan sangat malu dan terpukul dengan kondisi keluarganya yang bangkrut, selain itu pula Sugeng melanjutkan studi dengan berkuliah di luar negeri sedangkan Iwan hanya berkuliah di Perguruan Tinggi Swasta saja.
Sugeng sudah terus - terusan mencari cara bagaimana menghubungi Iwan, akan tetapi tetap saja seperti Iwan itu menghilang tanpa menginggalkan jejak, pernah suatu ketika Sugeng tanpa sengaja bertemu dengan Iwan di alun - alun lalu Sugeng langsung menghadang jalan Iwan agar bisa berbicara berdua. Kemudian dia menanyakan alasan kenapa Iwan menghilang begitu saja tanpa bisa dihubungi sama sekali. Saat itu Iwan menjawab sejujurnya.
Sugeng yang mendengar jawaban Iwan saat itu pun merasa sangat di kecewakan oleh teman baiknya ini karena Iwan menganggap pertemenan dekat mereka hanya dapat diukur dengan uang, pada saat itu Iwan pun menyesalinya dan hanya bisa pasrah saja menganggukkan kepala lalu pergi.
Sekarang ia menyadari betapa meninggi sekali harga dirinya pada saat itu padahal kondisinya telah terjatuh tetapi ia masih saja menjaga gengsinya yang mana itu semua hanya omong kosong saja demi melarikan diri dari kenyataan. Sekarang ia harus dapat fleksibel mengikuti dan beradaptasi dengan berbagai macam keadaan.
Merasa harga diri yang tinggi hanya menyebabkan kita terpukul terus berkali - kali karena kesombongan sendiri, jadi jikalau nantinya tersungkur, maka jatuh saja dulu. Itu dapat membuat para musuh lengah, saat itulah waktu yang tepat untuk memupuk kembali kekuatan dan bangkit membalikkan keadaan.
---
Lari pagi keliling komplek sedari tadi sudah menghabiskan waktu sejam. ia pun pulang ke rumah dan membersihkan diri, lalu mengisi perut di ruang makan. ia melihat ayahnya sedang menonton berita di TV mengikuti kabar terkini seputar bisnis, sedangkan mamahnya asik sendiri membaca majalah gosip di samping sang ayah, mereka sesekali saling mengobrol membahas apa yang di simaknya.
Pada tahun - tahun ini sebuah keluarga belum terkena virus gadget, yang mana setiap anggota keluarga hanya asik sendiri di dunia maya tanpa peduli kanan dan kirinya. Makanya situasi hangat seperti itu masih sering ditemukan.
"Maahh, aku boleh minta uang jajan bulan depan nggak, aku ada keperluan nih. Bisa nggak?," tanya Iwan sembari nimbrung dengan kedua orang tuanya di sofa ruang keluarga.
"lhooo, buat apa emang? nggak boleh masih sekolah megang uang banyak - banyak, itu sama saja memancing tindak kriminal. Lagian emangnya kamu bisa ngatur uang? nanti kalo uang mu habis sebelum ganti bulan gimana kamu disekolah? mau cuma isep jempol saja sedangkan yang lainnya pada jajan?," jawab mamah Iwan dengan bawelnya padahal ia masih membaca majalah.
"Gini mah, aku jelasin dulu buat keperluan apanya, jadi kan nilaiku ini kan sangat jelek - jelek yaa, berhubung sudah kelas 3 SMA aku mau perbaiki itu, mumpung belum terlambat aku mau ikut kursus, gimana?, masalah atur keuangan aku janji nggak akan minta tambahan uang jajan di pertengahan bulan jika kehabisan uang, itu konsekuensi aku sendiri karena lalai," jelas Iwan dengan cerdiknya.
Kedua orang tuanya pun saling menengok mendengar penjelasan Iwan, dan sang ayah pun diam - diam memberikan kode anggukan.
"emmm... oke oke, berhubung belakangan ini mamah perhatikan kamu sudah memikirkan masa depan ditambah pulang sekolah lebih awal, mamah kasih kamu uang jajan bulan depan plus uang kursus dan ekskul kamu, nanti pas mamah belanja ke minimarket sekalian mamah transfer," angguk mamah Iwan mengiyakan.
"Makasih yaahh maaahh!! aku janji nilai ku nggak akan ngecewain kalian lagi bahkan bisa dapet rangking di kelas," ucap Iwan pada orang tuanya.
----
Iwan pun kembali ke kamarnya merebahkan badannya sebentar merenungkan hal tadi, dia terpaksa berbohong kepada orang tuanya mengenai keinginannya untuk ikut kursus. ia tidak memerlukan itu untuk mendapatkan nilai yang bagus, dengan ingatan kehidupan sebelumnya, soal anak SMA sangat sepele sekali baginya.
ia berbohong karena membutuhkan uang untuk menjalankan rencananya, di ATM-nya ada saldo Rp515.000,- uang bulannya sebesar Rp1.000.000,- per bulannya, lalu uang kursus yang akan dikirimkan ia menebak sebesar Rp2.000.000,- bukan asal sembarangan menebak sebab di kehidupan sebelumnya, sang mamah mentransfer sejumlah tersebut untuk keperluan kursus dan ekskul sekolahnya. Namun itu hanya dia gunakan untuk membeli cash Point Blank demi senjata yang tidak permanen itu.
Jadi jika di totalkan jumlah uang yang ia miliki di rekeningnya sebanyak Rp3.515.000,- ini sudah cukup banyak sebagai modal awal rencananya.
Iwan pun mengeluarkan Handphone Blackberry Bold nya, yang mana HP ini termasuk mewah pada zaman itu karena menggunakan trackpad yang datar dengan kesan berkelas di bandingkan model Blackberry lainnya yang menggunakan trackball yang mudah rusak bukan trackpad datar.
Kemudian ia membuka Blackberry massanger untuk mengirimkan pesan kepada teman baiknya itu, Sugeng.
Jangan lupa Like nya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments