Kini mobil pemadam kebakaran berdatangan untuk segera memadamkan api, sekitar sepuluh mobil orange itu di kerahkan untuk segera memadamkan api.
Alex merasa begitu terpukul melihat rumah sakit itu terbakar, yang di mana ia belum juga bisa mengetahui keberadaan istrinya. Ia hendak masuk ke dalam namun di hentikan oleh para petugas di sana.
"Biarkan saya masuk! Istri saya masih ada di dalam, tolong pak saya ingin menyelamatkan istri saya," lantang Alex
"Pak, ini bukan tugas bapak untuk ikut campur. Tolong pak, jangan mengganggu proses evakuasi ini pak," tegas salah satu petugas "kami pasti akan segera menyelamatkan istri bapak," sambungnya.
"Tapi istri saya tidak bisa bertahan selama ini pak, tolong! Istri saya pasti masih ada di dalam ruangannnya pak," Alex terus saja memberontak.
"Baik, nomor kamar istri bapak berapa?"
"Nomor 305, lantai tiga."
Petugas tersebut langsung menghubungi rekannya yang ada di dalam.
Salah satu petugas medapati wina yang kini terkulai lemas di lantai, ia segera membawanya keluar dengan di bantu rekannya.
Kini Wina sudah di evakuasi keluar, Alex yang melihat itu berlari menghampiri istrinya. Bantuan mendis mengambil alih untuk segera memberi pertolongan, karna ke adaan Wina yang memang dari awal sudah amat kritis, ia di larikan ke rumah sakit lainnya.
Di koridor rumah sakit, Wina yang di bawa oleh brankar membuka mata dengan pandangan yang saru. Ia bergumam kecil lagi!
"Arka, mama pergi dulu ya sayang, mama nggak akan pergi lama kok. Jaga diri kamu, ya,"dengan tangan yang terangkat sedikit.
Kini mata Wina tertutup perlahan, Alex yang melihat itu secepatnya menyuruh perawat untuk segera membawa Wina.
Beberapa saat kemudia sesaat setelah Wina di tangani dokter, dokter keluar dengan muka yang tidak biasa. Alex yang melihat gimmic dokter tersebut hatinya mulai tak karuan, dengan perlahan Alex menanyakan keadaan Wina dengan menatap dokter tersebut penuh makna.
Dokter menghela nafas berat, di sertai gelengan darinya.
"Maaf pak, takdir berkehendak lain. Pasien sebelum bisa kami tangani, pasien sudah tidak lagi bernyawa," jelas dokter tersebut.
Alex terkulai lemas, seakan waktu kini berhenti baginya. Ia bangkit lalu masuk ke dalam melihat istrinya yang kini tak lagi bernyawa, bibir bergetar dengan tangan yang mengepal.
_________
Kini Waktu untuk menguburkan jenazah akan di laksanakan, dengan hanya di temani kerabat jauhnya. Alex menguburkan jenazah istrinya dengan hati yang berat.
Tak lama dua orang perempuan menghampirinya, satu yang sebaya dengannya dan satu lagi seorang anak perempuan yang berumur enam tahun.
"Maaf mas, aku baru mengetahui hal ini," Lily memeluk hangat Alex
"Papa, jangan bersedih pah. Nanti aku juga akan ikut sdih," lanjut bocah itu lagi.
Indah menyusul dengan suaminya, ia melihat kehadiran orang lain di sisi Alex. Ia bertanya-tanya namun saat ini yang lebih penting temannya dulu.
Alex menjelaskan kepada Indah setelah pulang dari peristrahatan Wina yang terakhir, siapa wanita yang saat ini bersamanya, Indah yang mengetahui hal tersebut merasa sangat marah lalu, ia pergi dari sana tanpa pamit.
Flashback Off
,,,,,,,,
Setelah itu Arka bergegas pergi dari tempat ayahnya. Saat ini pikirannya akan almarhum ibunya memenuhi otaknya, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Seakan ia berpacu dengan waktu.
Alex hanya menghela nafas berat, dan di tenangkan oleh istrinya.
Kebetulan Ana saat ini sudah pulang dari sekolahnya, ia melihat mobil yang keluar dari rumahnya dengan. Ia mencoba menelik milik mobil tersebut, dan pastinya dia sudah mengetahui orang tersebut.
"Bang Arka, itu bukannya mobil dia?" Monolognya.
"Papa...., mama,,,,. Aku pulang," seru Ana. Yang hal itu langsung membuat Alex dan Lily membenarkan posisi mereka.
"Tadi bang Arka kesini ya pa?"
"Ana, sebaiknya kamu kekamar dulu. Setelah itu kamu turun untuk makan." Titah mamanya.
"Bang Arka ngapain ke sini?" Tanyanya lagi
"Ana, kamu denger mama tidak! Cepat bersihkan diri kamu dulu."
Ana yang mendengar mamanya berbicara sedikit tidak bersahabat langsung kekamarnya.
__________
Sebuah Mobil sport hitam berhenti di sebuah parkiran kuburan umum, yang di mana Arka duduk termenung di atas sebuah batu nisan dengan terus berucap lirih.
"Mah, kenapa ini semua terjadi sama aku? Aku tidak sanggup menahan beban ini sendiri, aku hanya manusia biasa yang bersembunyi di balik topeng keras dan kejam palsu ku ini ma. Aku hanya tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang lain dengan terus menutupi semua luka yang aku pendam sendiri," Arka mengeluarkan semua beban yang ada di hatinya dengan mengadu di hadapan sebuah batu yang bertuliskan nama Ibunya.
Arka tidak ingin terus berlarut dalam sedihnya, ia bangkit kembali tak lupa ia mengucapkan perpisahan sama Mamanya. Ia kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata.
_________
"Papa kamu masih di kantor, kenapa nyari papa sampai segitunya," tanya Indah yang heran melihat putrinya yang tak biasa bersikap begini.
Emang Nadira bersikap bagaimana, wajar jika seorang anak mencari bapaknya!.
"Pokoknya Nadira nggak mau di jodohin, mama tolongin Nadira, bilangin sama papa kalau anaknya ini tidak ingin segera menikah. Aku masih ingin fokus membahagiakan kalian berdua."
"Emang menurut kamu sekarang, mama kurang bahagia gitu. Cukup dengan kamu menyetujui pernikahan ini saja papa dan mama akan sangat bahagia," lanjut Indah tersenyum manis.
"Tapi kalian pasti memilih pasangan yang tidak ber level sama aku, nanti gimana kalau orangnya itu tua, kalau nggk tua dekil, kalau nggk dekil duda anak lima," Nadira terus saja berucap tanpa jeda. Tentu Indah yang mendengar itu terkekeh geli dalam hati, karna ia sangat tau siapa yang ia jodohkan dengan anaknya.
"Dengan membicarakn hal yang tidak panting, lebih baik kamu pergi ke kamar bersihkan diri kamu dan juga buang semua fikiran negatif dari otak kecil kamu itu," Indah menyentil hidung Nadira gemas.
________
Arka yang sudah pulang ke rumahnya, ia mulai mengganti pakaian kemejanya dengan hanya menggunakan kaos polos dan dengan di padukan jeans tak lupa jaket kulitnya.
Tak lama Arka mengendarai mobilnya, ia berhenti disebuah tempat yang sering ia kunjungi di mana lagi kalau bukan Bar yang di mana teman kampretnya si Imron sudah menunggu kedatangannya.
"Kawan,,,,, kau akhirnya sampai juga," sapa Ron namun di kacangin si empu. Ron yang mendapat respon itu hanya menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
_______
Via WA~~
[Malam ini kita keluar yuk, Nad]
[Papa gue, nggk ngizinin gue keluar]
[Ya lo buat alasan lah]
[Gue paling nggk bisa kalau urusan tipu menipu]
[Oke, lo serahin aja ke gue]
Sepuluh menit kemudian Yoona kini sudah sampai di kediaman Nadira dengan menenteng beberapa paper bag yang di mana itu semua isinya hanya buku.
Tok,,,, tok,,,,tok,,
Yoona di persilahkan masuk lalu menyapa ramah orang tua Nadira.
"Nadira di mana om tante," tanya Yoona kikuk
Yangdi cari muncul, Yoona menyapanya dengan memainkan matanya. Nadira hanya tersenyum bahagia.
"Bisa kan tante ngizinin Nadira keluar sama aku buat menyiapkan rencana kami untuk masuk universt," ucap Yoona lembut.
"Boleh, asal kalian jangan pulang kemaleman," jawab indah ramah.
Kini Nadira sudah siap keluar, ia melirik mamanya dengan senyuman. "Mama urus sisanya," lanjut Indah.
Tak lama Nadira dan Yoona pergi, Elon keluar dari ruang kerjanya. Ia bertanya siapa tadi yang kerumah mereka.
"Itu tadi temannya Nadira, mereka katanya mau mempersiapkan diri untuk melanjutkan masuk universitas saja, udah ya pah. Jangan teralalu ketat sama anak, kayak papa tidak pernah muda saja. Biarin aja dia mau kemana yang penting dia senang," jelas Indah. Elon mengehela nafas panjang Indah yang melihat itu langsung masuk kekamarnya.
"Apa itu perlu? Hah,,,, sudahlah. Lebih baik sekarang aku pergi bermain sama Indah saja kan lebih menyenangkan," Elon berlari kecil mengekori istrinya.
___________
"Yoon, kita sebenarnya mau kemana sih? Dari tadi muter-muter terus! Gue capek tau," grutu Nadira
"Gue juga nggak tau," jawab Yoona polos.
"Yoona, lo yang bener dong. Ngajakin gue keluar tapi lo sendiri tidak tau harus kemana!"
"Gue mau ke tongkrongan anak anak muda jaman sekarang, tapi gue nggk itu dimana."
"Mending lo pake google maps aja."
"Ehh,,, iya juga ya. Otak lo emang brilian Nad."
Setelah mereka berjalan mengikuti arahan google maps tersebut, mereka berhenti di sebuah bangunan yang di mana di sana terdapat begitu banyak kalangan anak muda yang bercumbu rayu dengan di temani segelas minuman di tangannya.
"Yoon, ini tempat apaan?" Tanya Nadira dengan terus melihat sekeliling.
"Gue juga nggak tau, Nad. Tapi kayanya tempat ini bagus deh, liat tuh cowok-cowok di sini ganteng ganteng banget," lanjut yoona terpangah.
Yoona langsung menarik tangan Nadira masuk ke dalam. Di dalam mereka di suguhkan dengan pemandangan lampu kerlap kerlip warna warni.
Tak lama seorang lelaki menghampiri mereka berdua, lelaki itu menyuguhkan segelas minuman namun Nadira langsung bergeleng cepat. Berbeda dengan Yoona yang langsung mnerima itu lantaran ia terpana melihat ketampanan lelaki tersebut.
Berbeda dengan Arka yang tengah duduk di ruangan VIP, ia telah menghabiskan begitu banyak minuman beralkohol tersebut. Namun hal itu tidak langsung membuat kesadarannya hilang.
"Bro, lo beneran tidak ingin di temani cemilan malam ini."
"Semuanya udah pada basi," jawab Arka tersenyum meremhkan.
"Gue bisa cariin lo yang masih seger seger," lanjut Ron.
Nadira sungguh risih dengan berada di sini, yang di mana sekarang Yoona sudah kehilangan sedikit kesadarannya. Nadira mencoba mencari jalan namun ia malah semakin masuk ke dalam.
"Yoona, kalau bisa. gue udah ngutuk lo jadi batu, mimpi apa semalam sampai gue bisa ketempat seperti ini sih," grutu Nadira begitu kesal.
Tiba tiba tangan Nadira di tarik oleh seseorang ke dalam sebuah ruangan.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments