Thanisa Grizelle Leondra

"APA MENIKAH??" pekik seorang gadis yang kini berdiri di depan pintu sambil menenteng tas ranselnya. Dia kaget saat baru memasuki rumah dan mendengar kedua orang tuanya mengatakan jika dia sudah dijodohkan. Ayolah apa jaman sekarang masih berlaku hal seperti itu?

Gadis dengan rambut panjang itu berjalan tergesa-gesa kehadapan kedua orang tuanya. Dia, Thanisa Grizelle Leondra. Biasa di panggil Nisa, gadis cantik berusia 23 tahun yang memiliki profesi sebagai seorang dokter muda. Yah, diusianya yang sekarang, dia sudah menjadi salah satu dokter di rumah sakit ternama di daerah jakarta. Hidupnya sungguh sempurna, dia merasa Tuhan begitu baik padanya. Dianugerahi otak cerdas, keluarga yang utuh, cukup terkenal dan bahagia juga merupakan anak satu-satunya dari kedua orang tuanya. Dia merupakan anak tunggal dari Arsal Leondra dan juga Kanaya Audina. Namun, semua itu bukanlah hal yang menjadikannya gadis sombong dan angkuh. Bahkan dia lulus di Fakultas Kedokteran dan sekarang menjadi dokter murni karena usahanya sendiri. Otaknya memang patut diacungi jempol. Dia pintar dan dia tidak meminta papanya untuk ikut campur dalam pendidikannya, meskipun hal itu sangat mudah bagi Arsal yang bisa dikatakan memiliki segalanya.

Nisa merupakan gadis cantik, manis, ceria dan baik hati. Sifat itu menurut 100% dari mamanya. Siapa yang tidak mengenal Kanaya, istri dari Arsal yang dulu terkenal polos namun saat memiliki anak perlahan sifat itu berubah saat dia memiliki putri yang mewarisi setiap sikap dan sifatnya. Sedangkan dari segi otak, tanggung jawab dan ketegasan, dia mewarisi itu semua dari papanya, Arsal.

Nisa duduk didepan kedua orang tuanya yang juga menatapnya dengan senyum kecil. Masih tak percaya pada apa yang dia dengar tadi.

"Biar papa jelasin," kata Arsal lembut.

Ini yang membuat Nisa ingin sekali memiliki pasangan hidup seperti papanya. Arsal memang terkenal penyabar, lembut dan penuh kasi sayang untuk kedua wanita kesayangannya itu. Nisa begitu mengangumi sosok tegas itu.

"Papa dan Om Gio sudah merencanakan perjodohan kamu dan Argi. Mama dan tante Ara pun setuju," ucapnya membuat Nisa semakin melotot terkejut. Bagaimana bisa?

"Tapi Pa, Nisa masih belum mau menikah dan Nisa juga masih bisa cari calon sendiri, kenapa harus dijodohkan?" tanya Nisa menggebu-gebu.

Arsal tersenyum kecil melihat raut cantik anaknya yang sedang kesal.

"Kami sudah membicarakan ini semua sebelumnya bahkan saat kamu masih berusia 2 tahun," jawaban yang membuat Nisa semakin tak percaya. Ayolah, ini sudah zaman modern.

"Mau ya Nak, om Gio sama tante Ara pasti seneng Nisa jadi mantunya," bujuk Kanaya yang membuat Nisa menghela nafas. Jika suara lembut mamanya sudah terdengar, bagaimana bisa dia menolak terlebih lagi dia tidak ingin orang tuanya kecewa apalagi om dan tantenya. Yah, dia terlalu menyayangi orang-orang itu.

"Kasi Nisa kesempatan untuk berfikir," ucap Nisa pelan.

Arsal dan Kanaya hanya mengangguk pasrah dengan jawaban putri mereka. Mereka juga tidak ingin memaksa Nisa sekarang apalagi gadis itu pasti lelah karena menjalankan beberapa operasi hari ini.

"Ya udah, sekarang Nisa naik bersih-bersih, habis itu Nisa turun makan malam, yaa." perintah Kanaya yang langsung diangguki Nisa.

Gadis itu berjalan lunglai menuju kamarnya yang berada dilantai dua. Sedangkan Arsal dan Kanaya masih menatap punggung putri mereka hingga punggung kecil itu menghilang dibalik tembok.

"Gimana kalau dia gak mau?" tanya Arsal tiba-tiba.

"Aku gak mau maksa dia sayang. Kasian kalau harus menjalani rumah tangga dengan paksaan." lanjutnya menatap sang istri yang juga menatapnya.

Kanaya tersenyum dan mengusap lembut rahang suaminya.

"Percaya sama aku, dia pasti mau. Karena dia sudah dari lama mencintainya," ucap Kanaya membuat Arsal diam. Benarkah seperti itu?.

...💔💔...

Nisa terdiam di balkon kamarnya. Angin malam menerbangkan beberapa helai rambutnya yang sengaja dia urai. Matanya menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong dan pikiran yang sudah melambung membawanya ke kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika dia menolak atau menerima perjodohan ini.

Hanya ada satu nama yang terlintas di otaknya malam ini. Siapa lagi jika bukan calon suaminya, Argi. Calon suami? Rasanya tidak pantas menyebut laki-laki itu sebagai calon suaminya.

Nisa masih cukup tau diri. Alasan terbesarnya menolak perjodohan ini adalah karena laki-laki yang akan dijodohkan dengannya adalah laki-laki yang sudah mencintai orang lain dan sedang memperjuangkannya selama dua tahun ini. Nisa merasa begitu egois jika menerima perjodohan ini. Meskipun Nisa mengakui bahwa dia juga menyukai Argi sejak kecil tapi dia tidak mau egois hanya karena rasanya itu.

Tapi, disisi lain orang tua mereka yang juga memaksakan hal ini. Sungguh, Nisa sangat-sangat menyayangi mereka semua dan apapun yang mereka minta akan Nisa usahakan tapi bagaimana dengan perjodohan ini?.

Nisa mengacak rambutnya frustasi, "kenapa bisa jadi kayak gini sih?" tanyanya pada diri sendiri.

Tatapannya menatap langit yang terlihat mendung, tidak ada bintang yang menghiasi angkasa malam ini.

"Nisa mau nikah sama orang yang mencintai Nisa, bukan hanya Nisa yang mencintai," monolognya.

"Tapi bagaimana dengan mama, papa, om Gio dan tante Ara pasti mereka kecewa kalau Nisa tolak,".

"Aiiih kenapa jadi rumit gini sih?"

Nisa kembali terdiam dengan helaan nafas panjang. Dia tidak tahu harus apa sekarang. Apa dia harus menghubungi Argi dan meminta laki-laki itu untuk menolak papa dan mamanya?.

Nisa berdecak sebal karena otaknya yang tidak bisa diajak kerja sama malam ini untuk mencari alasan. Setelah merasa angin malam sudah semakin menusuk kulitnya, Nisa memutuskan kembali masuk ke kamarnya untuk mengistirahatkan otak dan tubuhnya yang begitu lelah. Operasinya hari ini berjalan lancar meski tadi sempat hampir kehilangan pasien namun ternyata Tuhan masih baik.

Nisa melangkahkan kakinya memasuki kamar dan berbalik menuju kasur setelah menutup jendela. Namun belum sempat mencapai kasur, suara benda pipih yang sedari tadi dia genggam mengalihkan atensinya. Buru-buru Nisa membuka pesan itu lalu membacanya, siapa tau dari rumah sakit.

Namun ternyata dugaannya salah. Matanya membulat melihat siapa yang mengiriminya pesan. Jantungnya berpacu cepat dengan tangan yang keringat dingin.

"Temui saya di taman dekat kantor saya besok pagi"

...-Batas-...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!