Asha menghempaskan secara paksa tangan Cinta. Dia segera berlari, meninggalkan Cinta yang ketakutan.
"Tenang saja, ada aku di sini." ucap Robert.
"Aku ingin pulang sekarang tuan." jawab Cinta.
"Tidak semudah itu. Ibu kamu sudah menerima uang dariku." ujar Robert.
"Aku tetap ingin pulang." Cinta beranjak dari duduknya.
Robert segera beranjak, dan menghampiri Cinta. Gadis itu tetap fokus, mengarahkan pandangannya ke lantai.
"Kamu pikir, aku ini sampah yang tidak boleh dipandang. Dasar gadis sialan, tidak tahu diri." Robert menjambak hijab Cinta.
"Tuan, tolong lepaskan aku." Cinta meringis kesakitan, karena rambutnya ikut tertarik.
"Aku tidak akan melepaskan kamu, aku tidak perlu mendengarkan ucapan kamu." ucap Robert.
Robert hendak mencium Cinta, tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ternyata itu telepon dari Stifen, yang merupakan anak tunggalnya. Robert melepaskan jambakkan tangannya, lalu beralih menatap ponsel.
"Halo Stifen!"
"Assalamualaikum, Papa masih sibuk iya?" tanya Stifen.
"Iya, Papa masih di luar kota. Banyak sekali tugas." jawab Robert berbohong.
"Papa cepat pulang iya, Mama rindu sama Papa." ujar Stifen.
"Iya, kamu tenang saja. Kalau tugas Papa sudah selesai, pasti Papa akan pulang." Robert tersenyum melihat Cinta.
Cinta segera berlari, meninggalkan si Robert. Cinta mengambil kesempatan, karena dia sedang menerima panggilan telepon. Robert berpamitan, lalu mematikan sambungan teleponnya.
"Cinta, mau berlari kemana kamu?" Robert berteriak, sambil terus berlari.
"Jangan sampai tertangkap, aku harus pergi." monolog Cinta.
Cinta tidak tentu arah, mau pergi kemana. Tiba-tiba Robert sudah muncul dari balik lorong. Kini dia ada di hadapan Cinta, sudah seperti makhluk buas yang ingin menerkam mangsanya.
”Kenapa sakit ku kambuh, tolong aku ya Allah.” batin Cinta.
Cinta merasa nafasnya sesak secara mendadak, namun memaksakan diri berbalik badan. Cinta berlari kembali, ke jalanan yang dilaluinya tadi.
"Tolong!" Cinta berteriak.
Tiba-tiba ada sebuah tangan, yang menarik dirinya untuk bersembunyi. Cinta ditutup mulutnya, supaya tidak mengeluarkan suara. Robert mencari Cinta kemana-mana, tapi tidak menemukannya.
"Awas kamu Cinta, akan aku buat kamu menderita." monolog Robert.
Cinta mendongak ke belakang, ternyata si Fatihah yang membekap mulutnya. Di sebelahnya ada Bilqis juga, yang sedang duduk berjongkok.
"Cinta, kamu tidak apa-apa 'kan?" tanya Fatihah.
"Aku tidak apa-apa." jawab Cinta.
Cinta memeluk Fatihah, begitupun dengan Bilqis yang memeluk Cinta. Ada tangisan terharu, akan persahabatan mereka.
"Cinta, aku sayang sama kamu." Fatihah mengelus kepalanya.
"Aku sayang kalian." Cinta menangis, lalu tidak bersuara lagi.
"Cinta, kamu tidak apa-apa 'kan?" Bilqis terlihat khawatir.
"Cinta sepertinya pingsan, pasti karena dia memaksa berlari. Sakit paru-parunya kambuh lagi." ucap Fatihah.
"Iya Fatihah, ayo kita papah tubuhnya." jawab Bilqis.
Mereka segera membawa Cinta pergi, untuk beristirahat di rumah Bilqis. Memanggilkan dokter untuk mengobati Cinta.
"Fatihah, bagaimana iya supaya Cinta bebas dari belenggu Ibu tiri?" tanya Bilqis.
"Bagaimana, kalau kita ajak Cinta bekerja." jawab Fatihah.
"Di mana?" tanya Bilqis bingung.
"Di pabrik sawit, milik pria kemarin." jawab Fatihah.
Bilqis tampak berpikir, menimang-nimang ucapan Fatihah. Setelah itu, mereka menghampiri dokter yang memeriksa keadaan Cinta.
"Bagaimana keadaan Cinta?" tanya Fatihah.
"Dia hanya kambuh sesak nafasnya. Kalian tenang saja, saya sudah memberikan dia obat." jawab dokter.
Dokter tersebut berpamitan, setelah Bilqis membayar biaya pengobatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments