Cinta kembali ke rumahnya, setelah itu uangnya diambil oleh Asha. Tidak sedikitpun diberikan untuk Cinta, kecuali makan lauk tempe goreng.
"Cinta, kamu malam ini ikut sama Ibu. Kamu harus pergi bersama pria kaya." titah Asha.
"Bu, aku tidak mau dijodohkan." jawab Cinta.
"Kamu mau melawan iya sama Ibu. Kamu harus mau pergi." Asha memaksa Cinta.
"Bu, besok aku ada pesanan kroket dari pabrik sawit. Aku tidak bisa pergi, karena harus membuat jajanan." jawab Cinta.
"Jajanan kamu itu, tidak membuat kaya. Kalau kamu berhubungan dengan pria kaya, maka Ibu hanya tinggal goyang kaki." ujar Asha.
"Ibu tidak boleh seperti itu, kita juga harus berusaha sendiri." jawab Cinta.
Asha tidak suka mendengarkan kalimat, yang tidak enak di telinganya. Asha menjewer telinga Cinta tanpa ampun.
"Ampun Bu, sakit." keluh Cinta.
"Makanya nurut, kamu nanti malam pergi." jawab Asha.
Cinta hanya menggangguk, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, dia masuk ke kamarnya. Tak berselang lama, dia keluar untuk memasak di dapur.
"Cinta, masakin Ibu untuk makan sore." titah Asha.
"Iya Bu, tunggu sebentar." jawab Cinta.
Asha mengangkat kakinya, ke atas meja. Tak berselang lama, Cinta membawakan makanan untuk Asha.
"Hmmm... baunya lezat sekali. Kamu memang pintar masak." Asha mengunyah daging ayam dengan cepat.
Pukul 20.00. Cinta bersiap-siap di kamar, sambil menangis menghadap cermin. Dia duduk dengan menatap dirinya sendiri, secara seksama dan detail.
"Apa benar, aku akan menikah dengan pria pilihan Ibu. Aku punya firasat yang tidak enak." monolog Cinta.
Tok! Tok! Tok!
"Cinta kamu sudah siap belum, cepat sedikit. Ibu sudah menunggu kamu dari tadi." titah Asha.
"Iya Bu, tunggu sebentar." jawab Cinta.
Cinta segera keluar dari kamarnya, setelah mengambil tas miliknya. Asha menyeret tangan Cinta, hingga dia hampir terpeleset.
"Sudah Ibu katakan, kamu itu pakai make up yang tebal." Asha menggerutu.
"Aku tidak bisa Bu, aku sudah terbiasa seperti ini." jawab Cinta.
Bugh!
Asha memukul pundak Cinta dengan kuat. Gadis itu diseret hingga keluar rumah. Asha menyinggahi taksi, yang lewat di jalan besar. Mobil melaju hingga sampai ke restoran.
"Ayo cepat sedikit jalannya." ujar Asha.
"Iya Bu, aku masih kurang enak badan." jawab Cinta.
"Hai tuan Robert, sudah lama menunggu?" tanya Asha.
"Tidak, aku juga baru datang." Robert menjawab, sambil melirik Cinta.
"Ini loh anakku yang namanya Cinta, cantik tidak menurut tuan?" tanya Asha.
"Cantik sekali, meskipun tanpa polesan make up." Robert memandang tak jemu.
Cinta terus menundukkan pandangannya, tidak ingin menatap pria paruh baya di depannya. Asha menyenggol lengan Cinta, supaya dia menoleh ke arah dirinya.
"Kamu buta iya, sehingga tidak bisa lihat orang?" Asha memarahi Cinta.
"Tidak Bu." jawab Cinta.
"Kalau orang bicara, jangan terus menunduk. Lihat orang yang ada di depan kamu." Asha mendorong kepala Cinta dengan kuat.
Cinta hanya diam saja tidak memberikan respon, meski hanya dengan menganggukkan kepalanya.
"Jangan memarahi Cinta, kasian dia Bu Asha." Robert tampak tertarik padanya.
"Dia ini tidak mau penurut, harus dengan cara yang kasar baru tuan." jawab Asha.
"Sekarang, bisa tinggalkan kami berdua." pinta Robert.
"Iya tuan, dengan senang hati. Asalkan tuan berikan uang untukku." jawab Asha seenaknya.
Robert meletakkan uang di atas meja, Asha beranjak dari duduknya. Cinta tidak mau ditinggalkan, menarik tangan Asha dengan mata berkaca-kaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments