Cinta berjalan gontai, kembali lagi ke sungai. Dia harus menyelesaikan, sebuah pekerjaan yang tertunda.
Beberapa jam kemudian, baju sudah selesai dicuci. Cinta terburu-buru untuk menjemurnya. Cinta tetap harus pergi ke pasar, untuk menjual jajanan yang dia buat. Di dalam perjalanan, Cinta bertemu Bilqis dan Fatihah.
"Assalamualaikum Cinta." ujar Fatihah dan Bilqis.
"Waalaikumus'salam." jawab Cinta.
"Kamu nanti mau ke pasar lagi?" tanyanya.
"Iya, aku harus menjual dagangan ku." jawab Cinta.
"Tapi, kamu terlihat pucat." Bilqis baru menyadari.
"Iya, kamu istirahat saja." timpal Fatihah.
"Aku tidak bisa, aku harus tetap berjualan." ujar Cinta.
"Kami sudah lama kenal kamu, pasti ini karena Ibu Asha." jawab Bilqis.
"Biar kami saja, yang jualin dagangan kamu." tambah Fatihah.
"Kalau aku pulang ke rumah, aku bakalan disuruh pergi juga." ujar Cinta.
"Jangan pulang ke rumah, cukup pulang ke rumah kami saja." jawab Bilqis.
Cinta diantar pergi ke rumah Bilqis, lalu Bilqis dan Fatihah pergi ke pasar berdua. Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai.
"Ukhty, kue kroketnya dua." ucap Stifen.
"Iya, tunggu sebentar." Fatihah memasukkan kroket ke dalam plastik.
Setelah selesai, Bilqis memberikannya pada Stifen. Perempuan paruh baya di sebelahnya, terlihat sudah tidak sabar untuk mencoba.
"Stifen, kita duduk di sana dulu yuk." Zahra menunjuk kursi.
"Iya Ma, tunggu sebentar." Stifen sedang menerima uang kembalian.
Zahra mengambil makanan dalam plastik, lalu memasukkan ke mulutnya dengan perlahan. Stifen juga penasaran, bagaimana rasa kroket tersebut.
"MasyaAllah, enak sekali jajanannya." puji Stifen.
"Mereka sudah cantik, pintar lagi membuat ini. Bagaimana kalau suruh mereka, untuk antar makanan ini ke pabrik sawit kamu." jawab Zahra mengusulkan idenya.
"Boleh juga tuh Ma, ide Mama benar-benar mantap." Stifen berkata sambil bercanda.
"Kamu ini, puji-puji giliran ada maunya." jawab Zahra.
Stifen dan Zahra segera menghampiri tempat jualan, Bilqis dan juga Fatihah.
"Ukhty, apa boleh kami memesan kroket ayam ini?" tanya Stifen.
"Maaf akhy, ini makanan buatan teman. Kami hanya membantu menjualnya, sekalian kami juga berdagang di pasar." jelas Fatihah.
"Boleh minta nomor ponsel temannya ukhty?" tanya Stifen.
"Teman kami tidak punya ponsel. Kalau mau, biar aku simpan di ponselku. Nanti aku tanyakan dia dulu, kira-kira bisa tidak." jawab Fatihah.
"Iya boleh juga, ini nomorku 08xxxxxxxxxx." ucap Stifen.
"Sudah disimpan iya akhy." jawab Fatihah.
"Syukron ukhty, bilang ke dia aku pesan 100 kroket ayamnya." ucap Stifen.
"Iya akhy" jawab Fatihah.
Stifen dan Zahra segera pergi, dari pasar tersebut. Mereka akan kembali pulang ke rumah.
"Mama, ada tugas di kantor desa. Langsung antar saja, Mama ke sana." pinta Zahra.
"Iya Ma." jawab Stifen.
”Sampai detik ini, aku malah kepikiran sama perempuan itu. Siapa iya nama gadis, yang sandalnya hanyut tadi.” batin Stifen.
Stifen menepikan mobilnya, lalu Zahra turun. Setelah itu Stifen melajukan mobilnya, menuju pabrik kelapa sawit miliknya.
Fatihah dan Bilqis sudah sampai rumah, kebetulan rumahnya berdekatan. Cinta terlihat berdiri di ambang pintu.
"Assalamualaikum Cinta." ujar Fatihah dan Bilqis bersamaan.
"Waalaikumus'salam." jawab Cinta.
"Eh Cinta, kroket ayam kamu laris manis. Bahkan sampai mau dipesan lagi." ucap Bilqis.
"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Terima kasih juga, untuk kalian berdua." jawab Cinta.
Fatihah dan Bilqis tersenyum saling pandang, lalu keduanya memeluk Cinta dengan erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments