Rey, kumohon sadarlah! hiks...hiks...hiks. Aku Sabrina Rey, tolong! lepaskan aku Rey!" pinta Sabrina yang tenaga serta suaranya makin melemah dan akhirnya tak kuasa lagi untuk meronta.
Seluruh kain yang menutup tubuh Sabrina sudah tercampak ke sembarang arah, saat Rey semakin buas menarik paksa dan menikmati keindahan tubuh yang ada dihadapannya.
Tangis Sabrina disertai teriakan kesakitan terasa indah ditelinga Rey, saat dengan buasnya dia berhasil merobek selaput dara gadis malang tersebut.
Rey, malam itu bak singa yang kelaparan dan Sabrina menjadi santapan empuk baginya.
Seorang gadis polos yang tidak bersalah menjadi korban pesta bujang ala budaya barat yang sangat bertentangan dengan norma budaya ketimuran.
Harga diri, kehormatan dan masa depan Sabrina hancur dalam sekejap oleh orang yang sangat dia cintai tapi jauh dari kata mungkin untuk bisa dia miliki.
Rey tertidur lelap setelah mendapatkan pelampiasan, sedangkan Sabrina meringkuk menahan perih dan rasa sakit. Sakit pada raga dan terutama sakit pada jiwanya.
Sabrina beringsut turun dari tempat tidur, dia merasa tulang belulangnya seperti remuk akibat perlawanan yang sempat dia lakukan.
Beberapa area tubuhnya lebam, memar merah kebiruan akibat cengkeraman kuat yang dilakukan oleh Rey Aditama.
Dengan susah payah, Sabrina berjalan, beringsut mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai.
Air mata Sabrina tak henti menetes seperti derasnya hujan yang sedang mengguyur bumi, di sepertiga malam itu.
Setelah mengenakan pakaian, Sabrina berjalan terseok-seok tanpa alas kaki, dia menenteng sepatu hak tinggi miliknya agar tidak makin memperlambat jalannya untuk pergi jauh dari sana .
Sabrina pergi dari hotel dengan membawa luka, luka yang akan meninggalkan bekas seumur hidupnya.
Mimpi indah untuk mempersembahkan hal yang paling berharga kelak kepada sang suami, kini pupus sudah.
Sabrina terus menangis dan berjalan di tengah guyuran hujan, dia tidak tahu kemana langkah akan membawanya pergi.
Malam ini tidak ada satu orangpun yang tahu, derita yang Sabrina alami. Sabrina akan menyimpan aib itu untuk dirinya sendiri.
CCTV yang ada di lorong kamar itu kebetulan sedang rusak, jadi tidak ada bukti yang tertinggal selain ponsel perekam yang tadi Sabrina temukan saat dirinya hendak pergi.
Sabrina membawa pergi ponsel tersebut bersama kenangan menyakitkan yang ada di dalamnya.
Niat baik tak selamanya berakhir baik. Sabrina yang bermaksud menolong sahabatnya, malah menjadi korban.
Sabrina terus berjalan menyusuri gelapnya malam hingga dia tiba di sebuah taman kota, dimana anak-anak kolong tidur di sana.
Anak kolong yang penulis maksud, bukan anak para tentara ya sobat, tapi anak-anak yang tidak memiliki keluarga dan tidak memiliki tempat tinggal tetap. Mereka tinggal di kolong-kolong jembatan atau di tempat terbuka lainnya.
Sabrina dengan tubuh gemetaran, duduk di pinggiran kolam. Dia memandangi air hujan yang gemericik jatuh ke dalam kolam dengan tatapan kosong yang tidak berpengharapan.
Rasa lelah, sedih dan kecewa membuatnya stres hingga akhirnya Sabrina jatuh, tergeletak tidak sadarkan diri di sana.
Seorang anak kolong yang belum tidur, langsung berlari menghampiri, saat dia melihat seorang wanita pingsan di tepi kolam.
Demi menolong Sabrina, anak tersebut tidak peduli jika hujan membuatnya menggigil dan basah kuyub.
Sambil gemetaran menahan dingin, anak tersebut menggoyangkan tubuh Sabrina, "Kakak, bangun Kak! Ayo bangun! Nanti Kakak sakit!" ucap bocah laki-laki, yang berusia sekitar 13 tahun.
Dia bernama Rohit, itulah sebutan bagi si anak kolong yang wajahnya sangat mirip dengan aktor Hrithik Roshan."
Karena Sabrina tidak juga bangun, Rohit pun berlari mengambil spanduk bekas yang biasa dia gunakan sebagai alas tidur dan menutupkannya ke tubuh Sabrina.
Saat ini, hanya itu yang bisa Rohit lakukan. Jika membangunkan teman-temannya, juga tidak akan bisa mengangkat tubuh Sabrina.
Setidaknya, Rohit bisa mengurangi dinginnya guyuran hujan yang mengenai tubuh Sabrina.
Hujan mulai reda, saat seruan subuh terdengar berkumandang di masjid terdekat dari taman.
Rohit pun berlari ke arah masjid karet dia ingin mencari pertolongan dengan memberitahukan tentang keberadaan Sabrina kepada salah seorang jamaah yang dia kenal dan baru saja tiba di sana.
Pak Romli, meminta agar Rohit menjaga wanita itu dulu, sampai mereka selesai melaksanakan ibadah.
Setelah selesai, Pak Romli pun mengajak beberapa orang untuk membantu menolong Sabrina.
Dan Saat mereka tiba, Rohit pun masih setia menunggu di samping Sabrina yang terbaring di rerumputan.
Pak Romli beserta teman-temannya segera mengangkat tubuh Sabrina ke aula bermain yang ada di taman tersebut.
Melihat Sabrina mengigau dan tubuhnya menggigil, beliau menduga jika saat ini Sabrina pasti terserang demam.
Kemudian beliau dan yang lain, berinisiatif membawa Sabrina ke klinik terdekat dari tempat tersebut.
Sabrina akhirnya dirawat dan Rohit pun masih setia menemaninya hingga Sabrina sadar.
Sementara Rey, terbangun dalam keadaan kepalanya yang masih pusing. Sisa pengaruh alkohol masih membuatnya enggan untuk membuka mata.
Tapi ketika dia teringat hari ini ada pertemuan ikatan dokter pada jam 10 pagi, Rey pun dengan malas bangkit, duduk sebentar sambil memijat kepalanya yang masih sangat pusing.
Rey membuka mata, dia sangat terkejut saat melihat dirinya tidak memakai sehelai kain pun.
Dan ketika Rey turun dari tempat tidur, matanya membulat saat melihat bercak darah yang menempel di seprai putih alas tidurnya.
Rey memperhatikan noda darah itu, lalu kembali melihat dirinya yang tanpa memakai sehelai benangpun. Dia bisa pastika, jika dirinya telah meniduri seorang wanita yang masih berstatus perawan.
Sambil memijat kepalanya yang sakit, Rey pun berusaha mengingat, apa sebenarnya yang tadi malam terjadi.
Namun yang Rey ingat hanyalah saat teman-teman memintanya untuk minum.
Para penari serta lady escort juga menghiburnya sembari menuangkan minuman, hingga dia tidak mengingat apa-apa lagi setelahnya.
"Astaga! Apa yang telah aku lakukan? Bagaimana jika Lira sampai mengetahui hal ini, bakal hancur rencana pernikahan ku," monolog Rey sambil mengacak-acak kasar rambutnya.
"Siapa sebenarnya wanita yang telah aku tiduri? apakah salah satu dari penari atau mungkin salah satu dari lady escort?"
"Ah, apa mungkin dengan profesi seperti itu, mereka masih ada yang perawan?" monolog Rey lagi.
Rey makin bingung, dalam benaknya timbul berbagai pertanyaan yang tidak dia temukan jawabannya.
Satu hal yang membuat Rey sangat cemas, bagaimana jika suatu saat wanita perawan yang dia tiduri malam tadi hamil dan datang menuntut tanggungjawab. Sudah bisa dipastikan rumah tangganya bakal berantakan.
"Tuhan, aku telah melakukan dosa. Ampuni aku Tuhan! Aku akan bertanggungjawab apapun resikonya nanti," ucap Rey sembari menutupkan kedua telapak tangannya ke wajah.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments