Pikiran yang linglung membuat Rey terpaku di dalam kamar, dia masih penasaran, siapa sebenarnya gadis perawan yang malam tadi tidur dengannya.
Tapi berhubung jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, Rey pun bergegas mandi. Setelah itu diapun bersiap untuk mencari teman-temannya di tempat pesta malam tadi.
Rey berharap ada yang bisa memberikan informasi tentang gadis misterius yang membuatnya penasaran.
Dan sebelum meninggalkan kamar tersebut, Rey memperhatikan tempat tidur serta lantai, dia berharap bisa menemukan sesuatu sebagai petunjuk.
Matanya tertuju pada benda yang terselip di ujung tempat tidur dan di lantai dekat nakas. Rey menemukan bros baju dengan huruf S serta sebuah anting yang sebelumnya, seperti pernah dia lihat.
Setelah memperhatikan sejenak benda tersebut, Rey pun memasukkannya ke dalam saku.
Dia berharap suatu saat kedua benda itu bisa menjadi petunjuk untuk menemukan gadis tersebut.
Dengan langkah gontai, Rey meninggalkan kamar, dia mencari teman-temannya dan ternyata sudah tidak ada lagi orang di kamar tempat mereka mengadakan pesta malam tadi.
Di sana hanya ada seorang cleaning servis yang sedang membersihkan ruangan.
Melihat Rey celingukan, sang cleaning service pun menghampirinya, lalu bertanya, "Anda sedang mencari siapa Tuan?"
"Oh ya Mas, para tamu yang tadi malam menginap di sini apakah sudah check-out semua?" tanya Rey.
"Sudah Tuan! barusan mereka meninggalkan hotel. Apakah Tuan teman dari mereka? Kenapa Tuan bisa sampai tertinggal?" tanya sang cleaning service.
"Heemm, iya. Oh ya Mas, apakah saya bisa melihat rekaman CCTV disekitar tempat ini dan yang menuju ke kamar 208 A? Soalnya ada hal penting yang ingin saya ketahui, Mas."
"Maaf Tuan, kalau nggak salah CCTV ke arah kamar 208A rusak, sudah hampir 4 hari, kebetulan teknisi sedang cuti jadi mungkin menunggu dia aktif baru akan diperbaiki."
"Jika di sekitar kamar ini, saya kurang tahu Tuan, coba saja tanya ke karyawan bagian pelayanan," jawab Mas cleaning service.
"Baiklah Mas, terimakasih atas informasinya, Saya akan coba tanya ke sana!"
Rey bergegas menuju ke bagian pelayanan dan dia meminta tolong agar dirinya bisa melihat rekaman CCTV di lorong menuju kamar tempat mereka mengadakan pesta tadi malam. Sementara yang di arah kamar 208 A ternyata jawaban mereka sama, CCTV di sana sedang rusak.
Dengan mengulurkan beberapa lembar uang ratusan, akhirnya karyawan bagian pelayanan mau menghubungi rekannya yang bertugas mengontrol CCTV dan segera Rey di ajak ke sebuah ruangan untuk mengecek layar monitor.
Awalnya terlihat suasana pesta, tapi saat keadaan mulai memanas dengan adanya pertunjukan tari telanjang, rekaman pun tiba-tiba ke mode gelap.
Sepertinya memang ada seseorang yang dengan sengaja mengatur serta mematikan alat perekamnya.
Lalu Rey, meminta tolong untuk memperlihatkan rekaman di sekitar kamar 208 A ternyata memang sedang rusak.
Saat ini tidak ada petunjuk lain yang bisa Rey temukan selain bros serta anting yang hanya tertinggal sebelah.
Akhirnya, Rey pun memutuskan untuk check-out dan kembali ke rumah sakit. Rey tidak jadi menghadiri pertemuan, karena pikirannya masih kacau.
Rey merasa lelah dan mengantuk, tapi dia tidak bisa mengabaikan tugasnya begitu saja.
Sesampainya di rumah sakit, Lira meneleponnya, tapi Rey ragu untuk menerima panggilan tersebut.
Hati Rey resah, dia takut jika Lira bertanya banyak hal dan akhirnya mengetahui tentang pesta mereka malam tadi. Tapi, karena telepon terus saja berdering, Rey pun akhirnya menerima panggilan tersebut.
"Hallo Rey, sebenarnya kamu di mana sih? Kenapa sejak malam tadi ponselmu tidak aktif. Aku telepon ke rumah, dan mama mengatakan, jika kamu tidak pulang."
"Bahkan, mau bertanya dengan Sabrina pun tidak bisa, karena ponsel juga tidak aktif," ucap Lira yang sudah seperti seorang wartawan saja.
Rey bingung harus menjawab apa, karena berbohong bukanlah keahliannya.
Apalagi dalam hubungan, dia selalu menanamkan agar mereka saling percaya dan jujur, meski menyakitkan.
Karena tidak ada jawaban, Lira pun berpikir jika panggilannya terputus, lalu diapun berkata lagi untuk memastikan, "Hallo Rey, hallo...kamu masih di sana kan? Kenapa diam?"
Rey menjawab dengan gugup, "I-iya Ra, aku kemalaman menyelesaikan tugas, tadi malam ada pasien darurat, jadi ku putuskan saja untuk menginap di ruangan pribadiku."
"Oh gitu! tapi setidaknya kabari aku atau orang di rumah Rey, agar mereka tidak cemas!" ucap Lira.
"Iya, maafkan aku ya Ra. Tadi malam aku sangat mengantuk. Jadi agar tidak terganggu, aku matikan saja ponsel."
"Oh ya sudah. Rey, nanti jangan lupa ya, selesai jam istirahat aku jemput, kita akan fitting baju."
"Baiklah Sayang, aku kerja dulu ya, pasienku sudah menunggu."
Alira pun menutup panggilan, dia merasa ada yang aneh dengan Rey.
Biasanya Rey selalu menolak jika Lira buru-buru memutuskan panggilan.
Dan yang paling membuat Lira heran, Rey berbicara dengan gugup serta tidak ada rayuan maupun kecupan jarak jauh seperti biasanya.
Namun, Lira kembali berpikir serta berusaha untuk memaklumi, mungkin saat ini Rey memang sedang banyak pekerjaan, menjelang cuti pernikahan mereka.
Sesampainya Rey di rumah sakit, perawat langsung menghampirinya, "Dok, pasien yang janji datang hari ini, sudah sejak pagi menunggu."
"Oh ya. Baiklah Sus, persilakan beliau masuk, saya ganti pakaian dulu," jawab Rey.
Suster merasa heran melihat penampilan Dokter Rey yang acak-acakan, tidak seperti biasanya. Apalagi saat melihat baju yang Rey pakai, masih sama seperti yang dia kenakan kemaren.
Rey masuk ke ruangan pribadinya untuk berganti pakaian. Dia memang selalu meninggalkan beberapa helai baju di sana untuk kebutuhan mendesak.
Suster telah meminta pasien nomor antrian pertama untuk masuk, saat melihat Rey sudah menuju ke ruangan kerjanya.
Rey melakukan tugasnya seperti biasa, sejenak diapun bisa melupakan kejadian yang terus mengganggu ketenangan hatinya.
Tertawa dengan para pasien membuat Rey merasa terhibur dan rasa lelahnya juga hilang.
Tugas Rey sudah selesai dan
sesuai janji, menjelang jam makan siang, Lira pun datang menjemputnya.
Lira masuk ke ruangan Rey, lalu tanpa malu, diapun mengalungkan lengannya ke leher calon suaminya itu, "Hai Sayang, sudah siap 'kan? Kita makan siang dulu ya, baru lanjut ke butik," ucap Lira.
"Iya. Sebentar ya, aku ambil jaket dulu," ucap Rey sembari melepaskan tangan Lira.
Rey pun bangkit dan masuk ke ruang pribadinya tanpa berani menatap Lira karena rasa bersalahnya.
Lira memperhatikan Rey, tidak ada senyum ceria sedikitpun di wajahnya. Bahkan ciuman selamat datang pun, tidak Lira dapatkan.
Ketidak biasaan serta keanehan dari perubahan sikap Rey kembali mengundang tanda tanya di pikiran Lira, hingga dia berniat ingin menanyakannya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments